26 May 2025

Tren Anomali TikTok, Bagaimana Cara Orang Tua Menyikapinya?

Tak hanya mengawasi penggunaan internet, Moms dan Dads juga perlu aktif berdiskusi dengan Si Kecil
Tren Anomali TikTok, Bagaimana Cara Orang Tua Menyikapinya?

Foto: Orami Photo Stocks

Salah satu tren yang tengah ramai diperbincangkan di era digital yang serba cepat ini adalah anomali TikTok.

Bagi banyak orang tua, fenomena anomali TikTok bisa terasa membingungkan atau bahkan mengkhawatirkan.

Anak-anak mulai menirukan suara dan gerakan dari karakter seperti “Ballerina Cappuccina” atau “Tralaero Tralala” tanpa memahami konteksnya.

Beberapa bahkan terlihat lebih tertarik pada dunia digital dibanding interaksi nyata di sekitarnya.

Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting, bukan untuk melarang sepihak, tetapi untuk memahami dan menyikapi tren ini dengan bijak.

Nah, sebagai panduan, simak yuk, penjelasan seputar anomali TikTok yang perlu Moms dan Dads ketahui sehingga dapat mendampingi penggunaan internet Si Kecil dengan sehat dan aman.

Apa Itu Tren Anomali TikTok?

Tung Tung Tung Sahur
Foto: Tung Tung Tung Sahur (YouTube.com/Corn Studio)

Melansir laman Wikipedia, anomali TikTok yang dikenal juga dengan sebutan Italian Brainrot, merupakan tren internet yang muncul pada awal tahun 2025 dan dengan cepat menyebar melalui platform media sosial seperti TikTok dan Instagram.

Tren ini ditandai oleh konten video absurd yang menampilkan karakter-karakter hasil generasi AI (Artificial Intelligence) dengan nama-nama yang terdengar seperti bahasa Italia, namun sebenarnya tidak memiliki makna yang jelas.

Karakter-karakter ini sering kali merupakan gabungan dari hewan, benda mati, dan elemen manusia, disertai dengan narasi suara AI yang menggunakan logat Italia berlebihan dan frasa-frasa nonsensikal (ungkapan atau kalimat yang tidak masuk akal, tidak logis, atau tidak memiliki arti yang jelas).

Contoh karakter dalam tren ini antara lain:

  • Tralalero Tralalá: seekor hiu berkaki tiga yang mengenakan sepatu Nike.
  • Ballerina Cappuccina: penari balet dengan kepala berbentuk cangkir cappuccino.
  • Bombardiro Crocodilo: gabungan antara buaya dan pesawat pengebom era Perang Dunia II.
  • Tung Tung Tung Sahur: karakter yang menyerupai tongkat kayu dengan mata besar dan membawa tongkat bisbol. Meskipun sering dikaitkan dengan Italian Brainrot, karakter ini berasal dari Indonesia dan terinspirasi oleh tradisi membangunkan sahur selama Ramadan.

Tanda Anak Sudah Terlalu Terpapar Anomali TikTok

TikTok
Foto: TikTok (Thrivesearch.com)

Tren anomali TikTok memang menghibur bagi sebagian anak, tapi konsumsi berlebihan terhadap konten ini bisa berdampak pada berbagai aspek, lho.

Berikut ini beberapa tanda anak sudah terlalu terpapar anomali TikTok yang perlu Moms dan Dads waspadai:

  • Sering mengulang frasa absurd dari video seperti “ballerina cappuccina” atau “tung tung tung sahur” secara spontan dan berulang.
  • Kesulitan fokus dan konsentrasi saat belajar atau mengerjakan tugas karena otak terbiasa dengan konten cepat dan instan.
  • Perubahan emosi yang cepat, seperti mudah marah, gelisah, atau cemas saat tidak menonton konten favoritnya.
  • Gangguan tidur, seperti sulit tidur, tidur tidak nyenyak, atau sering terbangun karena terlalu lama menatap layar.
  • Menarik diri dari aktivitas sosial dan lebih memilih menonton video aneh daripada bermain dengan teman atau melakukan kegiatan fisik.

Baca Juga: 12 Dampak Media Sosial dari Sisi Positif dan Negatif

Dampak Anomali TikTok pada Anak

Dampak Anomali TikTok pada Anak
Foto: Dampak Anomali TikTok pada Anak (Shutterstock.com)

Perlu Moms dan Dads ketahui bahwa paparan berlebihan terhadap konten anomali TikTok ini dapat berdampak signifikan pada perkembangan anak, antara lain:

1. Penurunan Rentang Perhatian dan Konsentrasi

Menurut studi dari Journal of Preprints, konten video pendek yang cepat dan penuh stimulasi, seperti tren anomali yang ditemukan di TikTok, dapat mengurangi kemampuan anak untuk fokus pada tugas yang memerlukan konsentrasi jangka panjang.

Dampak ini semakin terasa ketika penggunaan TikTok bersifat berlebihan dan tidak terkontrol.

Selain memengaruhi rentang perhatian, studi tersebut juga mengaitkannya dengan penurunan waktu belajar dan lemahnya daya serap informasi.

Anak-anak yang terbiasa dengan ritme cepat cenderung tidak sabar menghadapi kegiatan yang bersifat lambat atau linear, seperti menyelesaikan soal atau memahami alur cerita.

2. Overstimulasi dan Kebutuhan akan Kepuasan Instan

Konten anomali di TikTok yang cepat dan penuh warna memberikan rangsangan visual dan audio yang intens secara terus-menerus.

Hal ini dapat menyebabkan otak anak mengalami overstimulasi, di mana sistem saraf menjadi terlalu aktif dan sulit untuk kembali ke kondisi tenang.

Anak-anak yang mengalami overstimulasi mungkin menunjukkan gejala seperti gelisah, mudah marah, kesulitan tidur, dan ketidakmampuan untuk fokus pada tugas-tugas yang memerlukan konsentrasi jangka panjang.

TikTok juga mendorong kebutuhan akan kepuasan instan melalui video pendek yang langsung memberikan hiburan.

Anak-anak yang terbiasa dengan pola ini cenderung mengembangkan ekspektasi untuk mendapatkan hasil atau hiburan secara instan, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menunda kepuasan dan bertahan dalam aktivitas yang memerlukan usaha dan waktu.

3. Gangguan Emosional dan Perilaku

Meski tampak menghibur, paparan berlebihan terhadap konten tren anomali TikTok juga dapat menyebabkan gangguan emosional dan perilaku, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa perkembangan.

Karakter-karakter absurd seperti “Ballerina Cappuccina” atau “Tralaero Tralala” yang viral di TikTok memberi rangsangan sensorik berlebihan sekaligus menciptakan dunia digital yang terlepas dari realitas.

Menurut Jason Nagata, MD, dokter anak di Rumah Sakit Anak UCSF Benioff, anak-anak yang terbiasa mengonsumsi konten ini tanpa pendampingan dapat:

  • Kehilangan kemampuan membedakan ekspresi emosi yang wajar
  • Meniru perilaku impulsif atau agresif yang terlihat lucu dalam konten
  • Menarik diri dari interaksi sosial nyata dan lebih nyaman dengan dunia digital

4. Penurunan Kualitas Tidur

Studi dari International Journal of General Medicine terhadap 961 pelajar menunjukkan bahwa 34,7% mengalami kualitas tidur buruk, dan penggunaan TikTok secara berlebihan merupakan prediktor utama gangguan tidur.

Penurunan kualitas tidur akibat paparan TikTok termasuk konsumsi konten anomali berlebihan pada anak dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Gangguan tersebut bisa terjadi karena peningkatan rangsangan kognitif menjelang tidur, penundaan waktu tidur akibat kecanduan konten, dan penurunan aktivitas fisik yang biasanya membantu tidur lebih nyenyak.

Kondisi ini sangat penting untuk diwaspadai oleh orang tua, karena kurangnya tidur berkualitas berdampak besar pada kesehatan mental, konsentrasi, dan performa belajar anak.

5. Isolasi Sosial dan Penurunan Interaksi Sosial

Paparan berlebihan terhadap konten seperti anomali TikTok, yang mencakup video absurd, karakter AI, dan frasa tidak masuk akal, dapat membuat anak lebih tertarik pada dunia maya dibanding interaksi secara nyata.

Jika tidak diawasi, ini bisa menyebabkan anak mengalami isolasi sosial, yakni kondisi di mana anak menarik diri dari lingkungan sosial dan berkurang kemampuannya dalam membangun hubungan interpersonal.

Baca Juga: 9 Dampak Positif dan Negatif Internet terhadap Anak, Pahami!

Sikap Bijak Orang Tua dalam Menghadapinya

Screen Time Bersama Buah Hati
Foto: Screen Time Bersama Buah Hati (Freepik.com/pch-vector)

Lantas, bagaimana sikap bijak yang sebaiknya orang tua lakukan dalam menghadapinya?

Berikut ini beberapa langkah yang dapat Moms dan Dads lakukan jika Si Kecil terlalu sering menonton konten seputar anomali di TikTok.

1. Jangan Langsung Melarang, Tapi Pahami Dulu

Alih-alih langsung memarahi atau melarang, orang tua sebaiknya meluangkan waktu untuk memahami isi konten anomali di TikTok.

Cari tahu mengapa anak tertarik, karakter seperti apa yang mereka sukai, dan seberapa sering mereka menontonnya.

Jika Moms dan Dads langsung melarangnya, anak bisa merasa tidak dimengerti dan tidak dipercaya.

Akibatnya, mereka justru bisa menonton secara sembunyi-sembunyi, menutup diri dari orang tua, bahkan merasa bersalah atau bingung tanpa tahu alasannya

Namun dengan mendengarkan dan memahami dulu, anak merasa dihargai dan lebih terbuka pada orang tua untuk berdiskusi.

2. Bangun Komunikasi Terbuka secara Dua Arah

Ajaklah anak berdiskusi dengan tenang tentang konten yang mereka tonton di TikTok.

Moms bisa coba menanyakan, “Apa yang kamu suka dari video itu?” atau “Menurutmu, apa maksud dari karakter tersebut?”.

Dengan berdiskusi, anak belajar menilai dan memahami konten secara kritis, bukan sekadar meniru.

Tanpa komunikasi, anak bisa menganggap konten aneh dan absurd seperti anomali TikTok sebagai hal normal.

Hal ini berisiko membuat anak sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya hiburan.

Namun melalui komunikasi terbuka, orang tua dan anak bisa saling memahami dan lebih siap menghadapi dunia digital dengan cara yang sehat dan aman.

3. Tetapkan Batas Waktu Layar yang Jelas

Jika Moms dan Dads tidak ingin anak-anak terkena dampak negatif akibat paparan konten anomali di TikTok, pastikan untuk menetapkan batas waktu layar (screen time) yang jelas.

Misalnya menetapkan waktu maksimal 30–60 menit per hari dan tidak menggunakan gadget 1 jam sebelum tidur.

Orang tua juga dapat menggunakan fitur “Screen Time” atau “Parental Control” di gadget untuk membantu memantau durasi penggunaan.

Menetapkan batas waktu layar bukan bentuk hukuman, tapi langkah preventif agar anak tidak larut dalam dunia digital.

Dengan pendampingan dan aturan waktu yang sehat, orang tua membantu anak menikmati konten digital dengan bijak dan bertanggungjawab.

4. Arahkan Anak pada Aktivitas Alternatif yang Menarik

Anak memang butuh ruang untuk berimajinasi.

Tapi jika hanya mengandalkan konten aneh dari TikTok seperti tren anomali, imajinasinya bisa berkembang ke arah yang tidak logis atau sulit dipahami realitasnya.

Oleh karena itu, Moms perlu mengarahkan anak pada aktivitas lain seperti membuat kerajinan tangan, bermain Lego atau puzzle, atau menulis cerita sendiri.

Aktivitas menarik tersebut akan membantu anak menyalurkan ide kreatif dengan cara yang lebih sehat dan terarah.

Bisa juga mengajak anak untuk bermain dengan teman, berkemah kecil di rumah, atau memasak bersama orang tua untuk meningkatkan interaksi sosial, memperkuat hubungan emosional, dan mencegah isolasi sosial akibat terlalu sering sendirian menonton konten.

5. Edukasi Anak tentang Dunia Nyata vs Dunia Digital

Konten seperti karakter absurd hasil AI atau perilaku tidak masuk akal dalam anomali TikTok bisa membuat anak menganggap hal tersebut normal di kehidupan nyata.

Tanpa pemahaman yang tepat, anak rentan meniru konten yang tidak sesuai nilai kehidupan, menurunkan empati, hingga mengalami distorsi emosi dan moral.

Maka dari itu, mengedukasi anak tentang perbedaan dunia nyata dan dunia digital sangat penting saat mereka terpapar konten anomali di TikTok, karena anak-anak cenderung belum mampu membedakan mana yang fiksi dan mana yang realistis.

Edukasi ini juga menjadi dasar literasi digital yang penting dalam membantu anak berpikir kritis, tidak mudah terpengaruh, dan tumbuh sebagai pengguna media yang cerdas serta bertanggungjawab di era digital.

Baca Juga: Anak Kecanduan Gadget: Dampak, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Dengan pendekatan yang tepat, tren anomali TikTok tidak perlu menjadi ancaman, melainkan bisa menjadi momen untuk memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.

Sekaligus menanamkan nilai-nilai kritis dan sehat dalam menghadapi arus informasi digital yang terus berkembang.

  • https://abcnews.go.com/GMA/Family/parents-viral-italian-brainrot-trend-taking-kids-screens/story?id=121751636
  • https://www.parents.com/does-your-kid-speak-in-italian-brainrot-11725620
  • https://www.movieguide.org/news-articles/what-parents-need-to-know-about-italian-brainrot.html
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Italian_brainrot
  • https://www.preprints.org/manuscript/202501.0269/v1
  • https://www.ucsf.edu/news/2025/01/429296/many-children-use-tiktok-against-rules
  • https://www.mdpi.com/2673-5318/6/1/25
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39049834/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.