Apakah Sibuk Kerja Mempengaruhi Program Hamil? Cek Faktanya!
Intinya Nih Moms!
- Sibuk kerja bisa membuat stres yang berdampak pada terganggunya keseimbangan hormon yang penting untuk kesuburan.
- Kualitas tidur menurun serta gaya hidup tidak sehat karena kesibukan, dapat memengaruhi kesehatan reproduksi pria dan wanita.
- Atur waktu dan intensitas pekerjaan agar program hamil dapat berhasil.
Bagi pasangan yang sedang menanti kehadiran anak, perlu tahu apakah sibuk kerja mempengaruhi program hamil atau tidak.
Sibuk bekerja sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan yang sedang menjalani program hamil.
Yuk, ketahui lebih lanjut bagaimana rutinitas harian dapat berpengaruh terhadap peluang kehamilan.
Apakah Sibuk Kerja Mempengaruhi Program Hamil?
Aktivitas kerja yang padat, tekanan deadline, hingga kelelahan fisik dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesuburan.
Terdapat sebuah penelitian yang membahas kaitan antara durasi waktu bekerja serta intensitas pekerjaan pada kesuburan wanita.
Studi tersebut melibatkan partisipan sebanyak 1739 wanita dengan usia rata-rata 33 tahun dan dipublikasikan di jurnal Occupational & Environmental Medicine.
Hasil penelitian itu mengungkap bahwa wanita yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu dan lebih sering mengangkat atau memindahkan barang berat, perlu waktu lebih lama untuk hamil dibanding wanita yang bekerja kurang dari 40 jam seminggu dan pekerjaannya tidak berkaitan dengan beban berat.
Jadi, terlalu sibuk kerja memang bisa mempengaruhi program hamil, ya Moms!
Terutama jika aktivitas kerja yang padat menimbulkan stres, kelelahan, atau mengganggu pola hidup sehat.
Alasan Mengapa Terlalu Sibuk Kerja Dapat Mempengaruhi Program Hamil

Aktivitas kerja dapat memengaruhi peluang kehamilan karena faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
Berikut penjelasan bagaimana pekerjaan dapat berdampak pada kesuburan, baik bagi wanita maupun pria.
1. Pekerjaan yang Terlalu Melelahkan Dapat Menurunkan Produksi Sel Telur
Melakukan pekerjaan fisik berat seperti mengangkat beban dan membungkuk secara rutin dapat menurunkan kualitas serta produksi sel telur.
Melansir dari Medical News Today, wanita dengan pekerjaan fisik berat memiliki cadangan sel telur 9% lebih rendah dan 14,5% lebih sedikit sel telur matang dibandingkan mereka yang bekerja di bidang yang lebih ringan.
Selain itu, berdiri terlalu lama atau melakukan aktivitas fisik berulang juga dapat berdampak negatif pada kesuburan.
2. Kerja Shift Dapat Sebabkan Hormon Tidak Seimbang
Bekerja di malam hari atau shift bergilir dapat mengganggu ritme alami tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan hormon, dan mengurangi jumlah sel telur matang.
Wanita yang bekerja dengan jadwal tidak tetap memiliki lebih sedikit sel telur matang dibandingkan mereka yang bekerja di jam kerja normal.
Melansir dari Journal of Occupational Health Psychology, jam kerja yang sangat panjang (≥70 jam per minggu) juga bisa menunda pembuahan karena hormon tidak stabil dan durasi tidur yang berkurang.
3. Stres Bisa Mengganggu Siklus Ovulasi
Tingkat stres tinggi akibat pekerjaan yang menuntut dapat mengganggu siklus ovulasi dan menurunkan kadar hormon reproduksi, sehingga membuat pembuahan lebih sulit.
Sama seperti wanita, stres kronis pada pria bisa mengganggu keseimbangan hormon, termasuk testosteron, yang berperan penting dalam produksi sperma.
Stres juga bisa menurunkan libido dan frekuensi hubungan intim.
4. Terlalu Sibuk Dapat Berdampak pada Gaya Hidup Kurang Sehat
Pekerjaan yang banyak dilakukan dalam posisi duduk tanpa aktivitas fisik yang cukup dapat menyebabkan obesitas, yang dikaitkan dengan masalah kesuburan baik pada pria maupun wanita.
Terlalu sibuk kerja juga bisa mengarah pada kebiasaan kurang tidur, hingga pola makan buruk.
Hal ini bisa menurunkan kualitas sperma pada pria, mencakup jumlah, bentuk, dan pergerakannya.
5. Terpapar Zat Berbahaya yang Mengganggu Kesehatan Reproduksi
Melansir dari Fertility Choices, beberapa lingkungan kerja memiliki risiko paparan bahan kimia seperti pestisida atau radiasi, yang dapat merusak sistem reproduksi dan menurunkan kesuburan.
Jika Moms atau pasangan bekerja di tempat dengan risiko ini, sebaiknya lakukan tindakan pencegahan atau konsultasikan dengan dokter.
Tips Bijak Mengatur Pekerjaan saat Menjalani Program Hamil

Tak hanya berdampak pada wanita, kesuburan pria pun bisa terganggu akibat stres dan gaya hidup tidak sehat yang kerap menyertai kesibukan kerja.
Mengatur pekerjaan saat menjalani program hamil membutuhkan keseimbangan antara produktivitas dan menjaga kesehatan.
Berikut beberapa tips bijak yang bisa diterapkan:
1. Prioritaskan Kesehatan
Pastikan pekerjaan tidak mengganggu pola makan, istirahat, dan jadwal konsultasi medis.
Jika memungkinkan, atur jam kerja agar tidak terlalu melelahkan.
2. Kelola Stres dengan Baik
Stres bisa memengaruhi kesuburan, jadi hindari tekanan kerja yang berlebihan.
Luangkan waktu untuk relaksasi, seperti meditasi atau jalan santai di sela pekerjaan.
3. Diskusikan dengan Atasan atau Tim
Jika perlu, informasikan kepada atasan atau tim tentang kondisi yang dialami agar mereka bisa memahami jika ada kebutuhan untuk penyesuaian beban kerja.
4. Bekerja dengan Lebih Efisien
Gunakan teknik manajemen waktu seperti memprioritaskan pekerjaan dari yang paling penting atau mendelegasikan pekerjaan untuk menjaga fokus dan menghindari kelelahan.
5. Jaga Pola Hidup Sehat di Tempat Kerja
Hindari duduk terlalu lama, pastikan tetap bergerak, konsumsi makanan sehat, dan cukup minum air putih agar tubuh tetap bugar.
6. Tetapkan Batasan antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Jangan membawa pekerjaan ke rumah jika tidak perlu. Pastikan ada waktu berkualitas dengan pasangan untuk mendukung program hamil.
Karena pekerjaan dapat memengaruhi program hamil secara langsung, pastikan Moms selalu menjaga kesehatan fisik dan mental di tempat kerja.
Baca Juga: 5 Tips Sehat Bekerja Saat Hamil dan Hal yang Harus Dihindari
Hal Penting yang Harus Diperhatikan saat Program Hamil

Merencanakan kehamilan merupakan langkah besar, jadi ada beberapa hal penting yang perlu Moms pertimbangkan untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan calon bayi.
Yuk, simak poin-poin berikut!
1. Cek Kesehatan Sebelum Hamil
- Periksa ke Dokter: CDC menganjurkan agar Moms menjadwalkan pemeriksaan prakonsepsi untuk memastikan tubuh siap hamil. Dokter akan mengecek riwayat kesehatan, obat-obatan yang dikonsumsi, serta vaksinasi yang diperlukan.
- Tes Darah dan Skrining Genetik: Beberapa kondisi genetik bisa diturunkan, jadi kalau ada riwayat keluarga dengan penyakit tertentu, Moms bisa berkonsultasi dengan dokter.
- Vaksinasi: Pastikan sudah mendapatkan vaksin penting seperti flu dan batuk rejan agar tubuh tetap kuat selama kehamilan.
- Skrining Serviks: Jika sudah waktunya, lakukan pemeriksaan serviks untuk mendeteksi risiko kanker serviks sejak dini.
2. Gaya Hidup Sehat & Nutrisi
- Konsumsi Asam Folat: Minum suplemen asam folat 400-800 mcg setiap hari untuk mencegah cacat lahir pada bayi, melansir dari US Department of Health and Human Services.
- Makan Sehat: Perbanyak sayur, buah, protein, dan makanan bergizi lainnya. Kalau Moms punya pola makan khusus seperti vegetarian, bisa konsultasi ke ahli gizi.
- Jaga Berat Badan Ideal: Berat badan yang sehat bisa membantu mengurangi risiko komplikasi seperti diabetes saat hamil.
- Tetap Aktif: Lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki atau berenang selama 150 menit per minggu untuk menjaga kebugaran tubuh.
3. Hindari Hal yang Berisiko
- Berhenti Merokok, Alkohol, dan Narkoba: Zat-zat ini bisa membahayakan perkembangan janin. Kalau butuh bantuan untuk berhenti, jangan ragu mencari dukungan.
- Hindari Zat Beracun: Kurangi paparan bahan kimia berbahaya, misalnya dari produk pembersih atau lingkungan kerja yang berisiko.
4. Jaga Kesehatan Mental & Emosi
Melansir dari laman dr Kieren Wilson, seorang dokter kandungan yang berbasis di Sydney, jika Moms punya kecemasan atau sedang mengalami stres, konsultasikan dengan tenaga medis agar lebih siap menghadapi kehamilan.
Mental yang sehat juga penting untuk menjadi ibu yang bahagia.
5. Dukungan dari Pasangan & Keluarga
Diskusikan rencana kehamilan dengan pasangan agar bisa saling mendukung sejak awal.
Kenali juga riwayat kesehatan keluarga untuk mengantisipasi kemungkinan risiko genetik pada bayi.
Semoga informasi ini dapat membantu Moms dalam merencanakan kehamilan.
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/315714
- https://www.cdc.gov/pregnancy/about/index.html
- https://odphp.health.gov/myhealthfinder/pregnancy/doctor-and-midwife-visits/have-healthy-pregnancy
- https://drkierenwilson.com.au/10-considerations-for-planning-a-pregnancy/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34323556/
- https://fertilitychoices.com/blogs/is-your-job-affecting-your-fertility/
- https://oem.bmj.com/content/72/11/777.abstract
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.