7 Cara Mengenali Pasangan yang Pasif Agresif, Sudah Tahu?
Cara mengenali pasangan yang pasif agresif penting diketahui agar hubungan tetap sehat dan tidak dipenuhi kesalahpahaman.
Melansir laman Verywell Mind, pasif agresif adalah pola perilaku di mana seseorang menyampaikan emosi negatif, seperti kemarahan atau ketidaksetujuan, secara tidak langsung.
Artinya, orang tersebut tidak secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya, tetapi menunjukkan sikap menentang melalui tindakan halus yang menyakitkan atau membingungkan, seperti mendiamkan, menyindir, menunda tugas, atau berpura-pura lupa.
Sikap ini sering kali tampak sepele, tapi bisa merusak kepercayaan dan komunikasi dalam hubungan.
Cara Mengenali Pasangan yang Pasif Agresif

Yuk, ketahui cara mengenali pasangan yang pasif agresif melalui tanda-tandanya berikut ini.
1. Sering Memberi Silent Treatment (Mendiamkan)
Sering memberi silent treatment atau mendiamkan pasangan bisa menjadi tanda perilaku pasif agresif.
Ini terjadi saat pasangan sengaja tidak mau berbicara atau menghindari komunikasi ketika sedang marah atau kecewa, tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya salah.
Daripada menyampaikan perasaan secara jujur, mereka memilih diam sebagai cara untuk menghukum secara halus, sehingga membuat kita merasa bersalah atau bingung.
2. Suka Menunda-Nunda Permintaan
Pasangan pasif agresif cenderung tidak secara langsung menolak permintaan, tapi justru mengatakan "iya" lalu menunda-nunda pelaksanaannya.
Misalnya, mereka setuju membantu membersihkan rumah, tapi terus membuat alasan atau sengaja melambat-lambatkan pekerjaan.
Ini adalah bentuk penolakan yang tersamar, karena mereka sebenarnya enggan melakukannya, namun tidak mau mengatakannya secara jujur.
3. Menggunakan Sindiran atau Sarkasme
Tanda pasangan pasif agresif selanjutnya yakni sering menggunakan sindiran atau sarkasme melalui komentar sinis atau sindiran yang dibungkus candaan.
Contohnya, saat Moms telat pulang, Dads berkata, “Wah, rumah ini kayak hotel ya, cuma tempat singgah aja.”
Meski terdengar seperti bercanda, sebenarnya itu cara mereka menyampaikan perasaan marah atau kecewa tanpa harus bicara langsung.
Sikap ini dapat membuat kita sulit memahami maksud sebenarnya dan bisa memicu konflik yang tidak terselesaikan.
Baca Juga: 9 Ciri Toxic Relationship, Waspada Bila Moms Mengalaminya
4. Menolak Komunikasi Terbuka
Pasangan pasif agresif biasanya enggan membahas masalah secara langsung.
Saat diajak bicara serius, mereka bisa mengganti topik, menghindar, atau bahkan pura-pura tidak mendengar.
Sikap ini menunjukkan bahwa mereka tidak nyaman mengungkapkan perasaan atau pendapat secara jujur, dan lebih memilih menghindari percakapan yang berpotensi menimbulkan konflik.
Akibatnya, masalah jadi tertahan dan tidak terselesaikan, sementara kita dibiarkan menebak-nebak apa yang sebenarnya dirasakan.
5. Suka Menyalahkan Orang Lain Secara Halus
Jika pasangan sering menyampaikan kritik atau keluhan secara terselubung agar terdengar seperti pernyataan biasa, padahal tujuannya untuk menyalahkan, ini bisa jadi tanda bahwa mereka memiliki sikap pasif agresif.
Contohnya, mereka mungkin berkata, “Coba aja kamu lebih perhatian, mungkin aku nggak bakal begini,” tanpa membahas masalahnya secara langsung.
Kalimat seperti ini dapat membuat Moms merasa bersalah tanpa benar-benar tahu apa yang salah.
Cara ini digunakan untuk menghindari konfrontasi langsung, tapi tetap melampiaskan emosi negatif.
Jika dibiarkan, sikap ini bisa melemahkan harga diri dan merusak kepercayaan dalam hubungan.
6. Menampilkan Sikap Murung atau Dingin
Pasangan pasif agresif sering kali tidak mengungkapkan kemarahannya secara langsung, tetapi menunjukkannya melalui ekspresi wajah yang datar, nada bicara ketus, atau perilaku yang menjauh secara emosional.
Mereka mungkin tidak berkata apa-apa, tetapi suasana jadi terasa tegang dan tidak nyaman.
Sikap ini adalah bentuk penolakan atau protes yang disampaikan secara diam-diam, agar Moms menyadari bahwa ada yang salah, tanpa mereka harus mengatakannya.
Jika berlangsung terus-menerus, perilaku seperti ini bisa membuat hubungan terasa kaku, penuh tekanan, dan membuat Moms merasa disalahkan tanpa alasan yang jelas.
7. Berpura-pura Tidak Mampu
Melansir laman PsychCentral, perilaku ini dikenal juga dengan istilah weaponized incompetence, yaitu ketika pasangan sengaja bertindak seolah-olah tidak tahu atau tidak bisa melakukan sesuatu agar terhindar dari tanggung jawab.
Misalnya, mereka pura-pura tidak tahu cara mencuci piring atau merapikan rumah, padahal sebenarnya mampu.
Tujuannya adalah agar Moms yang akhirnya mengerjakan semuanya.
Ini merupakan bentuk penolakan tidak langsung yang terkesan pasif, tapi sebenarnya memanipulasi situasi supaya mereka tidak perlu repot.
Jika terus dibiarkan, perilaku ini bisa membuat hubungan jadi tidak seimbang dan membebani salah satu pihak secara emosional maupun fisik.
Baca Juga: Ciri-Ciri Toxic People dan Cara Keluar dari Zona Red Flag
Cara Menghadapi Pasangan yang Pasif Agresif

Lantas, bagaimana cara menghadapi pasangan yang pasif agresif? Berikut beberapa tips yang mungkin dapat Moms terapkan.
1. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing Emosi
Pasangan yang bersikap pasif agresif sering kali memancing reaksi emosional dengan sindiran, diam seribu bahasa, atau menunda-nunda permintaan.
Jika Moms membalas dengan marah atau emosi yang meledak, justru akan memperburuk situasi dan memperkuat siklus konflik yang tidak sehat.
Jadi pastikan untuk tetap tenang, mengendalikan percakapan, menjaga komunikasi tetap terbuka, dan menunjukkan bahwa Moms tidak akan terjebak dalam pola komunikasi yang manipulatif.
Sikap tenang juga membantu menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk berdiskusi secara dewasa dan menyelesaikan masalah dengan cara yang sehat.
2. Tanyakan dengan Lembut dan Jujur
Cara efektif lainnya yang dapat Moms lakukan untuk menghadapi pasangan yang pasif agresif yakni coba bertanya dengan lembut dan jujur.
Misalnya dengan mengatakan, “Aku merasa kamu agak berbeda hari ini, ada yang ingin kamu bicarakan?”.
Cara ini dapat membantu menghindari konflik, sekaligus menunjukkan bahwa Moms peduli dan ingin memahami mereka.
Komunikasi yang tenang dan terbuka seperti ini juga sangat penting untuk memutus pola pasif agresif dan membangun hubungan yang lebih sehat.
3. Coba Ubah Sudut Pandang
Mengubah sudut pandang berarti mencoba melihat perilaku pasangan bukan sebagai serangan pribadi, melainkan sebagai tanda bahwa mereka sedang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan.
Bisa jadi mereka merasa cemas, lelah, minder, atau tidak terbiasa menyampaikan emosi secara langsung karena latar belakang keluarga atau pengalaman masa lalu.
Dengan memahami hal ini, Moms akan lebih mudah bersikap sabar, empatik, dan tidak terbawa emosi.
Pendekatan ini juga bisa membantu Moms merespons dengan cara yang lebih sehat dan mendorong pasangan untuk perlahan belajar berkomunikasi secara terbuka.
4. Tetapkan Batasan yang Jelas
Pasangan pasif agresif sering menunjukkan ketidaksetujuan atau kemarahan secara tidak langsung, seperti dengan sindiran atau mendiamkan.
Jika dibiarkan tanpa batas, perilaku ini bisa terus berulang dan merusak hubungan.
Jadi, cobalah untuk menetapkan batasan, dengan cara menyampaikan bahwa Moms tidak menerima perlakuan seperti itu dan menginginkan komunikasi yang jujur dan sehat.
Misalnya, Moms bisa berkata, “Aku merasa tidak nyaman saat kamu mendiamkan aku, lebih baik kita bicara langsung jika ada yang mengganggu.”
Batasan ini membantu menjaga harga diri, sekaligus memberi sinyal kepada pasangan bahwa mereka perlu mengubah cara berkomunikasi.
5. Berikan Respons Positif saat Pasangan Bersikap Terbuka
Umumnya, pasangan yang pasif agresif memiliki kesulitan untuk mengungkapkan perasaan mereka secara langsung.
Maka ketika mereka mulai mencoba bicara jujur, sekecil apa pun usahanya, penting untuk mengapresiasi dan merespons dengan positif.
Contohnya, jika pasangan mulai menyampaikan keluhannya secara langsung tanpa sindiran, Moms bisa berkata, “Terima kasih sudah jujur, aku menghargainya.”
Respons seperti ini mendorong mereka untuk terus membangun pola komunikasi yang sehat.
Sebaliknya, jika Moms menanggapi dengan kritik atau kemarahan, mereka bisa kembali ke pola lama yang pasif agresif.
Dukungan dan penerimaan membantu menciptakan lingkungan emosional yang aman bagi pasangan untuk berubah.
Baca Juga: 10+ Red Flag Terbesar pada Cowok, Hati-Hati Ya Moms!
Itulah beberapa cara mengenali pasangan yang pasif agresif, lengkap dengan cara untuk menghadapinya sehingga hubungan dapat terjalin lebih sehat.
Namun, jika perilaku ini sudah berlangsung lama dan merusak hubungan, jangan ragu untuk coba mencari bantuan profesional, ya.
- https://www.verywellmind.com/what-is-passive-aggressive-behavior-2795481
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/communication-success/201511/10-signs-youre-in-relationship-passive-aggressive
- https://psychcentral.com/relationships/dealing-with-a-passive-aggressive-partner#signs
- https://www.betterhelp.com/advice/relations/nine-signs-of-a-passive-aggressive-relationship-and-how-to-improve-it/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.