06 October 2025

Hormon Testosteron Rendah pada Pria: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Pengobatannya bisa dengan terapi hormon

Intinya nih, Dads

  • Testosteron rendah ganggu energi, mood, dan fungsi seksual.
  • Penyebabnya bisa bawaan lahir, cedera, penyakit, obesitas, atau usia.
  • Gejala: gairah menurun, ereksi terganggu, lelah, otot berkurang, depresi.
  • Terapi utama: TRT bila gejala berat dan kadar hormon rendah.
  • Gaya hidup sehat bantu tingkatkan testosteron alami.

Hormon testosteron rendah pada pria bisa memengaruhi banyak aspek kesehatan, mulai dari energi, mood, hingga fungsi seksual.

Kondisi ini sering kali tidak langsung disadari karena gejalanya berkembang perlahan, seperti menurunnya gairah, mudah lelah, atau perubahan massa otot.

Padahal, testosteron memiliki peran penting dalam menjaga vitalitas, kekuatan tubuh, dan kualitas hidup pria secara keseluruhan.

Memahami penyebab, gejala, serta cara mengatasi hormon testosteron rendah pada pria menjadi langkah penting agar kesehatan tetap optimal.

Yuk, Dads simak informasi selengkapnya di bawah ini!

Baca Juga: 12 Cara Meningkatkan Hormon Estrogen pada Wanita, Simak Yuk!

Penyebab Hormon Testosteron Rendah pada Pria

Hormon Testosteron (Orami Photo Stock)
Foto: Hormon Testosteron (Orami Photo Stock)

Dads, ada 3 penyebab hormon testosteron rendah pada pria, pertama adalah hipogonadisme sekunder, primer, dan hipogonadisme campuran.

Hipogonadisme adalah bahasa medis untuk kondisi ketika organ reproduksi (testis pada pria atau ovarium pada wanita) tidak mampu menghasilkan hormon seks dalam jumlah yang cukup.

Pada pria, ini berarti kadar hormon testosteron rendah.

Berikut penyebab hormon testosteron rendah pada pria seperti mengutip dari Healthline.

1. Hipogonadisme Primer

Hipogonadisme primer terjadi saat testis tidak bekerja dengan baik sehingga tidak mampu memproduksi testosteron dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan pria.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor bawaan sejak lahir maupun karena penyakit atau cedera.

Beberapa penyebab bawaan antara lain:

  • Testis tidak turun (undescended testicles): Testis seharusnya turun dari perut ke kantung zakar sebelum lahir. Jika belum turun sampai usia 1 tahun, biasanya disarankan operasi.
  • Sindrom Klinefelter: Kondisi genetik di mana seorang pria terlahir dengan tiga kromosom seks (XXY) bukan XY.
  • Hemokromatosis: Penumpukan zat besi berlebih dalam darah yang bisa merusak testis atau kelenjar pituitari.

Sementara itu, kerusakan testis yang bisa menyebabkan hipogonadisme primer meliputi:

  • Cedera pada testis (harus terjadi di kedua testis untuk memengaruhi kadar testosteron).
  • Infeksi gondongan yang menyerang testis (mumps orchitis).
  • Efek samping pengobatan kanker, seperti kemoterapi atau radioterapi, yang merusak jaringan testis.

2. Hipogonadisme Sekunder

Hipogonadisme sekunder terjadi ketika masalah berasal dari otak, tepatnya di kelenjar pituitari atau hipotalamus, yang berfungsi mengatur produksi hormon di testis.

Beberapa penyebab bawaan atau penyakit meliputi:

  • Gangguan pada kelenjar pituitari akibat obat, gagal ginjal, atau tumor kecil.
  • Sindrom Kallmann, yaitu kelainan genetik yang mengganggu fungsi hipotalamus.
  • Penyakit peradangan seperti tuberkulosis, sarkoidosis, atau histiositosis yang menyerang otak bagian pengatur hormon.
  • HIV/AIDS yang bisa merusak pituitari, hipotalamus, maupun testis.

Penyebab yang didapat kemudian (bukan bawaan) antara lain:

  • Penuaan alami, yang membuat produksi hormon menurun.
  • Obesitas, karena lemak tubuh berlebih bisa mengganggu produksi hormon.
  • Obat-obatan tertentu, misalnya obat pereda nyeri opioid atau penggunaan steroid.
  • Stres berat, baik emosional maupun fisik (akibat sakit parah atau operasi) bisa membuat sistem reproduksi sementara berhenti bekerja.

3. Hipogonadisme Campuran

Selain primer dan sekunder, ada juga hipogonadisme campuran, yang sering muncul seiring bertambahnya usia.

Kondisi ini juga bisa dialami oleh orang yang menjalani terapi glukokortikoid jangka panjang, penderita penyakit sel sabit (sickle-cell disease), thalassemia, atau mereka yang mengalami kecanduan alkohol.

Gejala Hormon Testosteron Rendah pada Pria

Gejala Kurang Hormon Testosteron (Freepik.com)
Foto: Gejala Kurang Hormon Testosteron (Freepik.com)

Dikutip dari Mayo Clinic, hipogonadisme dapat terjadi mulai dari saat pria masih sebagai janin, sebelum pubertas, atau selama dewasa.

Hipogonadisme yang dimulai saat pria sudah dewasa dapat mengubah karakteristik fisik maskulinitas dan merusak fungsi reproduksi normal.

Beberapa gejala pria kurang hormon testosteron, antara lain:

  • Penurunan gairah seksual
  • Penurunan energi
  • Depresi
  • Disfungsi ereksi
  • Infertilitas
  • Terhambatnya pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh
  • Penurunan massa otot
  • Osteoporosis.

Pada kasus hipogonadisme yang berat, kondisi ini juga dapat membuat perubahan mental dan emosional pria.

Dalam beberapa kasus, pengobatan kurang hormon testosteron dapat membantu mengurangi gejala-gejala yang muncul.

Cara Mengatasi Hormon Testosteron Rendah pada Pria

Cara mengatasi hormon testosteron rendah pada pria tentunya harus berdasarkan penyebanya, Dads.

Jadi, sebaiknya periksakan diri dulu ke dokter, ya. Namun, ada beberapa informasi umum mengenai cara mengatasinya.

Menurut jurnal Annals of Internal Medicine pengobatan utama testosteron rendah pada pria dilakukan dengan terapi penggantian testosteron (Testosterone Replacement Therapy atau TRT).

Terapi ini diberikan jika memang terbukti kadar testosteron rendah dan gejalanya sudah mengganggu.

1. Terapi Penggantian Testosteron (TRT)

Tujuan terapi TRT ini mengembalikan kadar testosteron normal dan memperbaiki gejala seperti rendahnya gairah seksual, disfungsi ereksi, berkurangnya massa otot, cepat lelah, dan mood yang tidak stabil.

TRT biasanya dianjurkan jika perubahan gaya hidup (seperti menurunkan berat badan, mengatasi penyakit lain) tidak memperbaiki gejala setelah 6–12 bulan.

TRT umumnya untuk pria dengan gangguan seksual akibat testosteron rendah.

2. Perubahan Haya Hidup

Perubahan gaya hidup juga bisa menjadi cara mengatasi testosteron rendah pada pria.

Perubahan gaya hidup bisa berupa menurunkan berat badan, olahraga rutin (terutama angkat beban atau HIIT), tidur cukup, dan mengelola stres bisa membantu meningkatkan produksi testosteron alami.

3. Obat-Obatan

Obat-obatan
Foto: Obat-obatan (Pexels.com)

Mengutip dari Aesthetics Hormones Medical, obat-obatan seperti clomiphene citrate atau hCG dapat diberikan pada kasus tertentu untuk merangsang produksi testosteron alami, terutama jika pria masih ingin punya anak.

4. Suplemen Alami

Beberapa bahan seperti tongkat ali, fenugreek, zinc, vitamin D, dan D-aspartic acid disebut dapat mendukung testosteron.

Namun, penggunaannya harus hati-hati dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter, ya Dads!

Baca Juga: Ciri-Ciri Wanita Hormon Tinggi Estrogen dan Testosteron

Itulah penyebab, gejala dan cara mengatasi hormon testosteron rendah pada pria.

Jika Dads mengalami gejala-gejala di atas, ada baiknya segera berkonsultasi pada Dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

  • https://www.healthline.com/health/low-testosterone-causes
  • https://www.acpjournals.org/doi/10.7326/M19-0882
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534853/
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-hypogonadism/symptoms-causes/syc-20354881
  • https://omniya.co.uk/alternatives-to-trt/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.