Kapan Malam Satu Suro? Ini Tradisi dan Larangannya!
Malam Satu Suro merupakan salah satu momen sakral dalam budaya Jawa yang sarat makna spiritual dan penuh nuansa mistis.
Malam ini menandai pergantian tahun baru dalam penanggalan Jawa, yaitu 1 Muharram dalam kalender Hijriah, yang dipercaya sebagai waktu untuk merenung, membersihkan diri lahir batin, serta memohon perlindungan dari hal-hal buruk.
Tradisi dan ritual unik kerap digelar oleh masyarakat untuk menyambut malam tersebut, mulai dari tirakat, laku tapa bisu, hingga berbagai bentuk kegiatan adat lainnya yang menunjukkan kedalaman nilai budaya dan kearifan lokal.
Tentang Malam Satu Suro

Tradisi malam Satu Suro berakar dari penyatuan dua sistem penanggalan, yakni kalender Saka (Hindu) dan kalender Hijriah (Islam), yang dilakukan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram, pada tahun 1940 Jawa atau sekitar 1633 Masehi.
Tujuan penyatuan ini adalah untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa sekaligus menyatukan kelompok masyarakat yang berbeda kepercayaan, seperti santri dan abangan.
Malam Satu Suro dianggap sebagai malam yang penuh energi magis dan spiritual.
Masyarakat Jawa percaya bahwa pada malam ini, pintu-pintu alam gaib terbuka dan roh nenek moyang turun ke dunia untuk memberikan berkah dan perlindungan.
Selain itu, malam ini juga menjadi momen untuk introspeksi, memperbaiki diri, dan mengucap syukur atas nikmat yang telah diterima selama setahun terakhir.
Kapan Malam Satu Suro?
Malam Satu Suro pada tahun 2025 jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025, dimulai setelah waktu Maghrib.
Tanggal 1 Suro sendiri jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025, yang juga bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah dalam kalender Islam dan menjadi hari libur nasional untuk memperingati Tahun Baru Islam.
Dalam tradisi Jawa, pergantian hari dimulai sejak matahari terbenam, sehingga malam Satu Suro dimulai pada Kamis petang dan berlangsung hingga Jumat pagi.
Larangan Malam Satu Suro

Berikut larangan malam 1 Suro yang Perlu Moms ketahui.
1. Larangan Bicara atau Berisik
Larangan malam 1 Suro yang paling sakral adalah Tapa Bisu atau berupa larangan berbicara.
Masyarat di Solo dan Yogyakarta diketahui masih banyak yang melakukan larangan ini, lho Moms khususnya di lingkungan keraton.
Masyarakat dilarang mengucapkan sesuatu yang buruk karena dipercaya apa yang dikatakan akan terwujud di malam 1 Suro.
2. Dilarang Membangun Rumah
Selain membangun rumah, masyarakat juga dilarang untuk merenovasi rumah.
Sebab, di malam 1 Suro, dipercaya sebagai waktu yang kurang menguntungkan untuk memulai proyek kontruksi ataupun merenovasi rumah.
Jika melakukan hal tersebut, dipercaya bisa membawa kesialan dan gangguan pada proyek tersebut.
3. Larangan Keluar Rumah di Malam Hari
Larangan malam 1 Suro selanjutnya adalah larangan keluar rumah di malam hari.
Masyarakat percaya bahwa pada malam 1 Suro, arwah leluhur yang sudah meninggal akan datang kembali ke rumah keluarganya.
Selain itu, banyak yang mengatakan akan banyak jin yang keluar dan bisa mencelakakan manusia.
Oleh karena itu, pada malam 1 Suro, banyak yang diam di rumah dengan melakukan ibadah seperti mengaji dan salat. Keluar rumah boleh hanya untuk berziarah.
4. Larangan Mencuci Pakaian
Meski tidak semua percaya dengan larangan mencuci pakaian, beberapa masyarakat ada yang percaya dengan larangan ini.
Dalam beberapa kepercayaan, mencuci pakaian di malam 1 Suro dianggap sebagai tindakan yang membawa kesialan.
5. Dilarang Menikah
Larangan malam 1 Suro selanjutnya adalah dilarang menikah. Jadi, usahakan untuk tidak menikah di malam 1 Suro, ya.
Menurut kepercayaan Jawa, mengadakan pernikahan sama saja mengundang bencana.
Tidak hanya pengantin yang menanggung bencana tersebut, melainkan seluruh keluarga berisiko mengalami kesialan.
Ada yang mengatakan bahwa malam 1 Suro adalah bulan menantunya Nyi Roro Kidul.
Jadi, bagi yang tetap melaksanakan pernikahan, akan dijadikan tumbal oleh Nyi Roro Kidul.
6. Larangan Pindah Rumah
Larangan malam 1 Suro yang juga masih dipercaya hingga sekarang adalah larangan pindah rumah.
Larangan ini sama dengan membangun ataupun merenovasi rumah, Moms.
Tradisi Malam Satu Suro
Malam Satu Suro merupakan malam yang sangat sakral dalam budaya Jawa dan diperingati dengan berbagai tradisi spiritual, ritual, dan adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Berikut adalah beberapa tradisi utama yang biasa dilakukan masyarakat Jawa pada malam Satu Suro:
1. Tirakat dan Laku Spiritual
Pada malam Satu Suro, banyak masyarakat Jawa melakukan tirakat atau laku prihatin, seperti berpuasa, menyepi, atau berdiam diri (tapa bisu) sebagai bentuk introspeksi dan penyucian diri.
Khususnya di Yogyakarta, tapa bisu dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng keraton tanpa berbicara atau mengeluarkan suara.
Tradisi ini menjadi simbol pengendalian diri dan perenungan mendalam dalam menyambut tahun baru Jawa. Selain itu, ada juga tradisi Mubeng Beteng saat malam satu suro.
2. Doa Bersama dan Selametan
Doa bersama atau tahlilan serta selametan digelar oleh masyarakat sebagai bentuk permohonan keselamatan, berkah, dan perlindungan dalam mengawali tahun baru.
Dalam beberapa tradisi, acara ini disertai dengan penyajian jenang suran, yaitu bubur merah putih yang melambangkan perjuangan hidup dan harapan akan keselamatan di masa depan.
3. Ziarah Kubur
Ziarah kubur menjadi kegiatan penting yang dilakukan masyarakat untuk mendoakan arwah leluhur serta memohon restu dan perlindungan dari mereka.
Tradisi ini mencerminkan nilai penghormatan terhadap orang-orang terdahulu dan menjaga hubungan spiritual dengan mereka.
4. Jamasan Pusaka
Di lingkungan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, jamasan pusaka menjadi salah satu ritual utama malam Satu Suro.
Benda-benda pusaka seperti keris, tombak, dan gamelan dibersihkan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus pelestarian budaya.
Jamasan ini juga diyakini mampu menghilangkan energi negatif dan membawa keberkahan.
5. Pawai Obor dan Upacara Adat
Beberapa daerah merayakan malam Satu Suro dengan pawai obor yang melambangkan penerangan batin serta semangat baru dalam menyambut tahun yang akan datang.
Selain itu, ada juga tradisi membagikan bubur putih kepada warga sekitar sebagai bentuk sedekah dan doa keselamatan bersama.
Itulah penjelasan seputar malam satu suro dan tradisinya yang tetap lestari hingga kini. Semoga dapat memperkaya wawasan, ya!
- https://ambarrukmo.com/tradisi-malam-satu-suro-yogyakarta-dan-surakarta/
- https://www.dinamika.ac.id/forums/malam-satu-suro-makna-tradisi-larangan/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.