Kisah Teladan Istri Nabi Ibrahim: Siti Hajar dan Sarah
Istri Nabi Ibrahim adalah sosok penting dalam sejarah Islam yang memiliki peran besar dalam perjalanan hidup sang nabi.
Ada dua istri utama yang dikenal dalam kisah Nabi Ibrahim, yaitu Sarah dan Hajar.
Keduanya tidak hanya dikenal karena hubungannya dengan Nabi Ibrahim, tetapi juga karena ketabahan, kesabaran, dan keimanan mereka yang luar biasa.
Dari merekalah lahir dua nabi besar, Ishaq dan Ismail, yang menjadi leluhur dari bangsa-bangsa besar dan pembawa risalah tauhid.
Kisah kehidupan mereka sarat pelajaran berharga tentang keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan kepada Allah SWT.
Baca Juga: 12 Kisah Istri Nabi Muhammad SAW, Patut Jadi Teladan!
Kisah Sarah, Istri Nabi Ibrahim yang Pertama

Dijelaskan bahwa Sarah adalah perempuan tercantik setelah Hawa.
Tidak hanya cantik, Sarah juga cerdas dan terkenal sebagai perempuan terbaik di zamannya.
Kecantikannya tidak hanya terpancar dari wajahnya saja, tetapi juga dari hatinya.
Sarah adalah sepupu dan istri pertama Nabi Ibrahim yang sangat setia, saat menikah, Nabi Ibrahim berusia 37 tahun.
Selain itu, Sarah juga memiliki banyak lahan pertanian dan peternakan yang kemudian semuanya diserahkan kepada Nabi Ibrahim.
1. Kisah Sarah di Kerajaan Mesir
Walau dikaruniai kelebihan sedemikian rupa, Sarah tidak pernah lupa akan kewajibannya untuk patuh pada sang suami, Nabi Ibrahim AS.
Ia selalu mengikuti kemanapun Nabi Ibrahim pergi. Salah satunya adalah ketika keduanya hijrah ke Mesir dari Babilonia.
Saat itu, dakwah Nabi Ibrahim tidak diterima oleh masyarakat Babilonia yang masih menyembah berhala.
Nabi Ibrahim dan Sarah akhirnya tiba di Baitul Maqdis dan tinggal di Harran.
Tidak ada bedanya dengan tempat sebelumnya, masyarakat setempat juga menyembah berhala.
Kala itu, Mesir dipimpin Raja Amr bin Amru Al-Qais bin Mailun yang kafir dan suka menghamburkan kekayaannya dengan berfoya-foya.
Ia juga sangat suka mencari perempuan tercantik di kerajaannya. Bila perempuan itu sudah bersuami, ia akan memaksa mereka untuk bercerai.
Kecantikan Sarah yang tiba di Mesir bersama Nabi Ibrahim AS tentu menjadi sebuah topik hangat di kerajaan.
Hingga seorang pengawal memberitahukan hal tersebut kepada Amr.
Mendengar berita tentang Sarah, Raja langsung menyuruh pengawalnya dengan segera memanggil keduanya.
Ibrahim menyanggupi panggilan tersebut dan tiba di kerajaan bersama Sarah.
Sesampainya di kerjaan, Raja Amr langsung menanyakan siapakah perempuan di sebelah Ibrahim.
Lalu, Nabi Ibrahim AS menjawab bahwa Sarah adalah saudarinya.
Nabi Ibrahim AS berbisik pada istrinya agar mengaku sedemikian rupa, agar mereka berdua bisa selamat.
Dari kisah ini, Rasulullah SAW bersabda:
"Ibrahim tidak pernah berbohong kecuali 3 kali. Pertama, perkataannya ketika diajak untuk beribadah kepada berhala Tuhan mereka dan Ibrahim menjawab, sesungguhnya dirinya sakit."
"Kedua, perkataannya patung besar itulah yang melakukannya. Ketiga, perkataannya tentang Sarah, 'Sesungguhnya dia saudariku.'"
Sarah kemudian dibawa oleh pengawal raja. Ia didandani dan dibawa ke hadapan raja.
Sebelumnya ia melaksanakan salat dan berdoa akan tetap dijaga kesuciannya.
Perasaan Sarah sangat sedih. Ia enggan berpisah dengan suaminya dan takut disentuh Sang Raja.
Ketika Sarah melihat raja hendak mendekatinya, ia berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Lalu raja itu merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya. Sarah terkejut dan kembali berdoa:
"Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!"
Setelah berdoa, raja itu kembali sehat seperti biasa. Namun, raja itu tetap berjalan mendekatinya. Sarah kembali berdoa,
"Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Hal tersebut terjadi sebanyak 2 kali hingga akhirnya raja tersebut ketakutan dan mengatakan pada pengawalnya:
"Pasti ini ulah setan yang kau bawa kepadaku. Kembalikan ia pada Ibrahim dan beri dia seorang hamba sahaya!"
Sarah akhirnya terbebas dan bisa pulang ke rumahnya.
Sebagai permintaan maaf atas perlakuannya, Raja Mesir memberikan hadiah kepada Sarah berupa seorang budak perempuan cantik bernama Hajar.
Setelah melakukan beberapa perjalanan, termasuk ke Syam (sekarang Suriah) dan Mesir, Sarah dan Ibrahim memutuskan untuk menetap di Palestina.
Baca Juga: Bacaan Surat Ibrahim Ayat 40 Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin, dan Artinya
2. Hadiah dari Tamu
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 24-27, Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai orang yang sangat menghormati tamu.
Lalu dikisahkan pada suatu hari datanglah seseorang ke rumahnya. Seperti biasa, Nabi Ibrahim segera menyuruh Sarah untuk menghormati tamu.
Sarah diperintahkan untuk menyembelih anak sapi yang gemuk. Setelah selesai dipanggang, daging itu disuguhkan.
Ternyata, tamu itu rupanya sosok malaikat yang mampir ke kediaman mereka karena diperintah Allah SWT untuk memberi kabar gembira, yaitu Sarah akan mengandung bayi.
Sarah yang sudah tua langsung kaget dan terheran, karena ia telah berumur 90 tahun.
Kabar itu membuat pasangan ini berbahagia, karena setelah puluhan tahun berumah tangga, Nabi Ibrahim dan Sarah akhirnya akan memiliki anak.
3. Melahirkan Nabi Ishaq
Sarah pun melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishaq.
Melansir laman Muhammadiyah, Ishaq lahir saat umur Ibrahim 100 tahun dan Sarah 90 tahun.
Allah SWT juga mengabarkan bahwa Sarah tidak hanya akan melahirkan Ishaq, tetapi juga bahwa Ishak akan tumbuh menjadi seorang nabi yang saleh.
Kisah ini juga dituangkan dalam surat Hud ayat 71, yang berbunyi:
وَامْرَاَتُهٗ قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ يَعْقُوْبَ
Artinya: "Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak (akan lahir) Yakub (putra Ishak)."
Setelah itu, Sarah pun disebut sebagai muhadatsah, yakni manusia yang berdialog langsung dengan malaikat.
Muhadatsah adalah keutamaan dan fadhilah yang hanya dimiliki oleh para Nabi, Aimmah Maksum, Sayidah Zahra, Sayidah Maryam, Yukabad (ibu Nabi Musa), dan Sarah.
4. Akhir Hidup Sarah
Sarah hidup hingga usia tua dan melihat Ishak tumbuh menjadi pemuda yang saleh.
Menurut catatan, Sarah meninggal pada usia 127 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi Ibrahim dan Ishak.
Sarah dimakamkan di Gua Makhpela, yang dibeli Nabi Ibrahim sebagai tempat pemakaman bagi mereka.
Makam tersebut, yang terletak di Hebron, sekarang dikenal sebagai Makam Para Patriark.
Sarah dihormati tidak hanya karena perannya sebagai istri dan ibu, tetapi juga sebagai perempuan yang tangguh dan memiliki keyakinan kuat.
Kisahnya mengajarkan tentang pengorbanan, kesetiaan, dan pentingnya percaya kepada janji Allah.
Sarah sering dipanggil sebagai contoh kekuatan wanita dalam menghadapi kesulitan.
Kisahnya menunjukkan bagaimana Allah dapat mengubah situasi yang tampak tidak mungkin menjadi kisah kesuksesan dan berkat.
Sarah juga dianggap sebagai perantara penting dalam sejarah keselamatan, karena melalui keturunannya, banyak nabi dan bangsa besar telah muncul.
Kepercayaannya kepada Allah dan dukungannya kepada Ibrahim dalam menjalankan misi ilahinya memberi inspirasi bagi banyak orang.
Pelajaran Hidup yang Dapat Diteladani dari Kisah Sarah

Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim, adalah sosok perempuan mulia yang memiliki banyak keteladanan luar biasa.
Ada beberapa hal penting yang dapat diteladani dari Sarah:
1. Kesetiaan kepada Suami dalam Dakwah
Sarah setia mendampingi Nabi Ibrahim dalam perjalanan panjang dakwahnya. Mereka bersama-sama meninggalkan kampung halamannya di Ur, Babilonia, menuju negeri Syam untuk menyebarkan ajaran tauhid.
Kesetiaan Sarah dalam kondisi sulit menunjukkan betapa teguh dan taatnya ia dalam mendukung perjuangan suaminya.
2. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian Lama Tak Memiliki Anak
Sarah menjalani puluhan tahun kehidupan rumah tangga tanpa anak, sesuatu yang tentu menjadi ujian besar bagi seorang perempuan.
Namun, ia tetap sabar dan tidak kehilangan keimanan.
Bahkan, ketika ia tahu bahwa dirinya sudah tua, ia tetap beriman saat diberi kabar oleh Allah bahwa akan memiliki anak yaitu Ishaq.
3. Menerima Takdir dengan Ridha
Saat malaikat datang membawa kabar gembira bahwa ia akan mengandung di usia tua (QS Hud: 71–72), Sarah sempat heran.
Namun setelah itu, ia menerima kabar tersebut dengan kerendahan hati dan rasa syukur, membuktikan bahwa iman dan tawakalnya kepada Allah sangat kuat.
4. Wanita Salehah dan Terjaga
Sarah dikenal sebagai wanita yang sangat cantik dan terjaga kehormatannya.
Ketika mereka berada di Mesir dan Raja Mesir ingin mengambil Sarah, Allah menyelamatkannya melalui perlindungan ilahi, menunjukkan bahwa Allah menjaga perempuan salehah yang menjaga diri dan imannya.
Kisah Siti Hajar, Istri Nabi Ibrahim yang Kedua

Istri Nabi Ibrahim AS yang kedua adalah Siti Hajar.
Ia adalah budak raja Mesir yang telah dihadiahkan kepada Sarah, istri Nabi Ibrahim AS yang pertama.
Menurut sebuah riwayat, Siti Hajar sebenarnya putri raja Mesir.
Setelah sekelompok penduduk 'Ain al-Syams memberontak, ia diperbudak dan dijual kepada raja Mesir yang baru.
Ia adalah perempuan yang cantik, mulia, dan juga penyabar. Hajar merupakan sosok yang sangat taat beribadah serta tidak pernah mengeluh dan pantang menyerah.
1. Pernikahan dengan Nabi Ibrahim AS dan Melahirkan Nabi Ismail
Kala itu Siti Hajar didatangkan dari tanah Kan'an dan bertugas untuk menemani Nabi Ibrahim AS melakukan perjalanan dari Mesir menuju Makkah.
Pada saat yang sama, Sarah belum juga diberi keturunan di usianya yang sudah semakin tua.
Ia selalu berpikir untuk memberikan suaminya seorang anak laki-laki yang dapat meneruskan perjuangan dakwah Nabi Ibrahim AS.
Karena sifat Siti Hajar yang baik dan Sarah juga mengaguminya, ia meminta Hajar untuk menikah dengan suaminya agar mereka dapat memiliki keturunan.
Nabi Ibrahim AS mengabulkan permintaan Sarah. Tak lama, keduanya menikah.
Nabi Ibrahim saat menikah dengan Siti Hajar berusia 85 tahun, namun tidak dikisahkan berapa usia Siti Hajar saat menikah dengan Nabi Ibrahim.
Tak lama setelah menikah, di usia Nabi Ibrahim 86 tahun, keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ismail.
2. Berpindahnya Hajar ke Makkah
Diberkahi dengan anak laki-laki, tentu Sarah dan Hajar sangat senang menyambut karunia tersebut.
Namun tak berselang berapa lama, timbul rasa cemburu dari Sarah ketika melihat Ismail.
Karena hal tersebut, Sarah berjanji untuk tidak tinggal dengan Hajar dalam satu atap.
Lalu datanglah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS, yaitu untuk memindahkan Hajar dan Ismail ke Makkah.
Untuk memenuhi perintah tersebut, mereka berangkat menuju Makkah yang saat itu masih merupakan lahan tandus dan panas.
Mereka kemudian menggendong bayi Ismail bergantian selama di perjalanan.
Setibanya di Makkah, mereka menemukan sebuah bekas rumah tua dari dahan-dahan kayu yang sudah mengering di atas bukit berwarna merah.
Di sanalah, seperti diriwayatkan 2 sejarawan, At-Tabari (838-923 M) dan Ibnu al Atsir (1160-1233 M), Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS tidak menoleh sekali pun kepada Siti Hajar, meski ia menangis dan terus memanggil namanya.
Semakin jauh Nabi Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan:
“Ke mana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di padang pasir yang tidak ada manusia dan bahkan kehidupan ini? Apakah Allah SWT memerintahkan kamu wahai suamiku?”
“Benar,” jawab Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah pasti tidak akan membiarkan kami,” kata Siti Hajar.
Di tempat yang tandus dan tidak ada suami yang menemani, Ismail menangis tersedu-sedu karena kehausan.
Hajar berkeliling mencari air di antara bukit Shafa dan Marwah. Ia berjalan bolak-balik di antara kedua bukit sebanyak 7 kali.
Sayangnya, tidak ada air yang ia temui.
Dalam keadaan yang putus asa, Hajar berdoa kepada Allah SWT untuk melindungi putranya.
Tak lama, Allah SWT memberikan mukjizat. Kaki Ismail mulai bergerak-gerak, tumitnya dihentak-hentakkan di tanah yang gersang.
Tanpa diduga, air begitu derasnya mengucur dari jejak hentakan kaki Ismail.
Sumber mata air tersebut kini dikenal sebagai mata air zamzam.
Ketika Nabi Ismail AS dewasa, ia dan Nabi Ibrahim membangun Ka'bah di tempat tersebut.
3. Akhir Hidup Siti Hajar
Menurut sebuah riwayat, Siti Hajar meninggal dunia pada usia 90 tahun.
Menurut hadis dari Imam Shadiq, Nabi Ibrahim menguburkan Siti Hajar di Hijr Ismail dan meninggikan kuburannya.
Ia juga membangun sebuah tembok di sekeliling kuburan ini supaya tidak dilewati oleh penduduk.
Menurut penegasan beberapa hadis, demi menghormati Siti Hajar, orang-orang bertawaf di sekeliling Hijr Ismail dan tidak boleh memasukinya supaya tidak menginjak-injak kuburannya.
Pelajaran yang Dapat Diteladani dari Kisah Siti Hajar

Kisah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Ismail, menyimpan banyak keteladanan luar biasa, terutama bagi umat Islam.
Berikut adalah beberapa pelajaran berharga yang bisa diteladani dari kehidupannya:
1. Keimanan dan Kepasrahan kepada Allah
Siti Hajar menerima keputusan Nabi Ibrahim untuk meninggalkannya bersama bayi Ismail di padang pasir tandus (Mekah saat itu) karena perintah Allah.
Ia tidak memberontak, melainkan bertanya, “Apakah ini perintah dari Allah?” dan ketika dijawab “Ya”, ia menjawab dengan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka.
Keteladanan ini menunjukkan betapa tinggi iman dan tawakalnya kepada Allah.
2. Kesabaran dalam Ujian
Ditinggal di tengah gurun tanpa bekal yang cukup adalah ujian luar biasa.
Namun Siti Hajar menghadapi semua itu dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, tanpa keluhan dan tetap menjaga amanah Allah untuk melindungi putranya.
3. Ikhtiar dan Usaha Tanpa Putus Asa
Saat Ismail menangis kehausan, Siti Hajar berlari tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air. Usaha kerasnya yang tidak mengenal lelah akhirnya dibalas Allah dengan keluarnya air zamzam. Ini menjadi pelajaran penting bahwa tawakal kepada Allah harus disertai dengan usaha maksimal.
4. Peran Ibu yang Luar Biasa
Siti Hajar adalah simbol pengorbanan dan cinta kasih ibu.
Ia rela menghadapi kondisi sulit demi anaknya dan terus berjuang untuk kelangsungan hidup Ismail.
Perannya sebagai ibu sangat menginspirasi dalam hal mendidik dan menjaga anak dengan keimanan.
5. Jejak Perempuan dalam Sejarah Islam
Perjuangan Siti Hajar diabadikan dalam salah satu rukun ibadah haji, yaitu sa’i antara Shafa dan Marwah, yang hingga kini dilakukan oleh jutaan umat Islam.
Ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki tempat terhormat dalam sejarah Islam dan perjuangannya tidak dilupakan.
Kisah Siti Hajar mengajarkan bahwa keimanan, usaha, dan kesabaran bisa mengubah keterbatasan menjadi keberkahan yang luar biasa.
Baca Juga: Bacaan Surat Ibrahim Ayat 7 Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin, dan Artinya
Itu dia Moms kisah para istri Nabi Ibrahim AS yang selalu sabar, taat kepada suami dan Allah SWT.
Semoga kisah ini dapat menjadi teladan bagi para Moms dan Si Kecil, ya!
- https://islamqa.org/hanafi/daruliftaa-birmingham/87388/was-sayyidah-hajira-the-wife-of-sayyidna-ibrahim-alaihis-salaam-2/
- https://www.muftisays.com/nti.php?article=5260
- https://islamichistorypodcast.com/sarah-and-hajjar/
- https://islami.co/mengenal-anak-istri-nabi-ibrahim/
- https://muhammadiyah.or.id/2023/06/siapa-putra-nabi-ibrahim-yang-dikurbankan-ismail-atau-ishak
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.