8 Masalah Komunikasi Orang Tua dan Anak, Pahami Moms!
Intinya Nih, Moms
- Komunikasi sehat penting untuk hubungan orang tua dan anak.
- Anak perlu didengar, bukan hanya dinasihati.
- Kata-kata negatif bisa melukai anak.
- Waktu berkualitas dan bahasa tubuh perlu diperhatikan.
- Terima perbedaan tanpa menghakimi.
Masalah komunikasi orang tua dan anak sering kali menjadi tantangan yang dapat memengaruhi hubungan keluarga secara keseluruhan.
Dalam era yang serba cepat dan penuh distraksi ini, kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak semakin nyata.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, mulai dari perbedaan cara pandang, kecanggihan teknologi yang membuat perhatian terpecah, hingga kesibukan masing-masing pihak.
Padahal, komunikasi yang baik adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat, saling memahami, dan mendukung perkembangan anak secara emosional dan sosial.
Pentingnya Komunikasi antara Orang Tua dan Anak

Komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting karena menjadi dasar untuk membangun hubungan yang sehat, penuh kepercayaan, dan saling pengertian.
Melalui komunikasi yang baik, Moms dan Dads dapat memahami perasaan, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi anak, sementara anak juga bisa merasa didengar dan dihargai.
Selain itu, komunikasi yang efektif membantu Si Kecil untuk belajar cara menyampaikan pendapat dan perasaan mereka dengan jelas, serta mengajarkan mereka keterampilan sosial yang penting.
Dalam jangka panjang, hubungan komunikasi yang terbuka dan positif dapat memperkuat ikatan emosional, mengurangi konflik, dan mendukung perkembangan anak secara mental dan emosional.
Masalah Komunikasi Orang Tua dan Anak

Berikut beberapa masalah komunikasi orang tua dan anak yang perlu disadari:
1. Kurang Mendengarkan Secara Aktif
Melansir dari Mentes Abiertas Psicologia, orang tua sering kali lebih fokus memberikan nasihat atau menyelesaikan masalah daripada benar-benar mendengarkan, yang membuat anak merasa tidak didengarkan dan tidak dihargai.
Mendengarkan secara aktif adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat, karena ini menunjukkan perhatian dan empati terhadap apa yang dirasakan dan dipikirkan anak.
2. Menggunakan Bahasa yang Negatif
Melansir dari publikasi Center for Effective Parenting yang diterbitkan oleh University of Arkansas for Medical Sciences, penggunaan kritik, sindiran, atau frasa negatif dapat merusak harga diri anak dan mengikis rasa percaya antara orang tua dan anak.
Kata-kata yang menyakitkan bisa meninggalkan dampak yang panjang, mempengaruhi bagaimana anak memandang diri mereka sendiri dan hubungan dengan orang lain.
3. Kurang Memperhatikan Komunikasi Nonverbal
Dilansir dari laman Parenting Perspectives, Dr Rini Mathai (Holistic Mental Wellness Specialist) menjelaskan bahwa kehilangan atau salah menafsirkan bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau intonasi suara dapat menyebabkan salah paham.
Komunikasi nonverbal sering kali lebih kuat daripada kata-kata, dan kerap kali orang tua gagal menangkap petunjuk ini saat berkomunikasi dengan anak.
Moms dan Dads mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang anak rasakan atau coba sampaikan.
4. Membatasi Kebebasan Berbicara
Ketika anak tidak didorong untuk mengungkapkan perasaan atau pendapat mereka, mereka mungkin menarik diri atau merasa tidak dimengerti.
Menjaga komunikasi terbuka dan memberikan ruang bagi anak untuk berbicara dengan bebas sangat penting agar mereka merasa dihargai dan didengar.
5. Terlalu Banyak Bertanya
Membombardir anak dengan terlalu banyak pertanyaan bisa terasa mengganggu dan mengurangi kenyamanan mereka dalam berbagi.
Alih-alih menanyai mereka secara terus-menerus, orang tua sebaiknya memberikan kesempatan bagi anak untuk berbicara secara bebas dan mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang tidak tertekan.
6. Manajemen Waktu yang Buruk
Jadwal yang sibuk dapat menyebabkan percakapan yang terburu-buru atau dangkal, yang mengurangi kesempatan untuk terhubung secara bermakna.
Menyisihkan waktu khusus untuk berbicara dengan anak dan memperhatikan kebutuhan emosional mereka sangat penting untuk mempertahankan kedekatan dalam hubungan keluarga.
Oleh karena itu, Moms perlu menyediakan quality time bersama keluarga dengan kegiatan yang menyenangkan.
7. Perbedaan Nilai dan Keyakinan
Dalam laman resminya, Dr Roseann (Children's Mental Health Expert and Therapist), konflik sering muncul ketika orang tua dan anak memiliki perspektif yang berbeda, terutama saat masa remaja.
Dalam situasi seperti ini, penting untuk tetap terbuka dan menerima perbedaan, serta mencari cara untuk berdiskusi dengan hormat tanpa menghakimi.
Dengan begitu, keluarga dan rumah tangga bisa tetap harmonis.
8. Menggunakan Ancaman atau Perilaku Mengontrol
Bergantung pada ancaman atau terus-menerus memberitahu anak bagaimana menyelesaikan masalah mereka dapat membuat anak merasa tidak berdaya dan kesal.
Sebaiknya orang tua mendukung anak untuk menemukan solusi sendiri dengan memberi mereka kebebasan dan kepercayaan untuk membuat keputusan.
Agar masalah ini tak berulang, Moms bisa mencoba beberapa cara menjaga komunikasi antara orang tua dan anak yang sudah Orami rangkum.
Dengan memahami masalah komunikasi di atas, semoga kedekatan Moms dan Dads dengan Si Kecil akan terus terjaga, ya!
- https://www.mentesabiertaspsicologia.com/blog-psicologia/communication-problems-between-parents-and-children
- https://parenting-ed.org/wp-content/themes/parenting-ed/files/handouts/communication-parent-to-child.pdf
- https://drroseann.com/why-parent-and-child-communication-breaks-down/
- https://www.linkedin.com/pulse/5-common-communication-barriers-parenting-holding-you-rini-mathai-4lznc/
- https://www.compassion-culture.com/blog/communication-problems-between-parents-children
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.