12 September 2025

Mastitis pada Ibu Menyusui: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Cari tahu penyebab dan gejalanya, yuk!

Intinya nih, Moms:

  • Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang sering terjadi pada ibu menyusui.
  • Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang masuk melalui saluran susu yang tersumbat.
  • Gejalanya termasuk payudara merah, bengkak, dan terasa nyeri, sering kali disertai demam.
  • Jika tidak ditangani, mastitis dapat berkembang menjadi abses payudara yang lebih serius.
  • Pengobatan yang tepat, seperti antibiotik dan pengosongan payudara secara teratur, sangat penting untuk pemulihan.

Salah satu kondisi yang sering kali menyerang para ibu selama masa menyusui adalah mastitis.

Mastitis bisa menyebabkan ibu menyusui mengalami demam, sangat letih dan lesu.

Selain itu, mereka juga harus menghadapi tuntutan merawat bayi baru lahir, akibatnya banyak wanita berhenti menyusui.

Padahal, sangat penting untuk Moms memberikan ASI, sebab menyusui memberi manfaat bagi luar biasa untuk bayi dan juga ibu.

Apa Itu Mastitis?

Mastitis adalah peradangan payudara yang biasanya disebabkan oleh infeksi, suatu kondisi yang menyebabkan jaringan payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui.

Ini dapat terjadi pada setiap wanita, dan paling umum terjadi selama 6 bulan pertama menyusui.

Dokter menyebut mastitis pada ibu menyusui sebagai mastitis laktasi atau mastitis puerperalis, lalu wanita yang tidak menyusui dan mengalami mastitis sering mengalami yang disebut mastitis periductal.

Kabar baiknya, meskipun mastitis bisa menyakitkan dan menyiksa, biasanya mudah ditangani dengan pengobatan tertentu.

Cari tahu lebih lanjut tentang kondisi payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui pada artikel ini!

Baca Juga: 5 Penyebab Hiperlaktasi saat Menyusui dan Cara Mengatasinya

Gejala Mastitis

Gejala Mastitis (Orami Photo Stock)
Foto: Gejala Mastitis (Orami Photo Stock)

Gejala paling umum dari kondisi mastitis, yaitu adanya pembengkakan payudara dan terasa nyeri saat menyusui.

Selain itu, mengutip dari National Health Service (NHS), berikut gejala mastitis.

1. Peradangan pada Satu Bagian Payudara

Mastitis biasanya hanya memengaruhi satu payudara, dan gejalanya sering kali berkembang dengan cepat.

Gejala mastitis dapat mencakup payudara meradang dan bengkak yang kadang terasa panas dan nyeri ketika disentuh.

2. Terdapat Benjolan atau Bagian Payudara yang Mengeras

Selain itu, ada juga benjolan payudara atau bagian yang mengeras pada payudara, serta rasa nyeri dan terbakar di payudara.

Frekuensinya lebih sering dan lama atau hanya dapat terjadi ketika sedang menyusui, bahkan terkadang disertai demam dan payudara panas jika diraba.

3. Abses pada Payudara

Kondisi payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui ini disertai dengan keluarnya abses atau radang jaringan tubuh yang memungkinkan timbulnya rongga tempat nanah mengumpul.

Biasanya nanah berwarna putih atau mengandung bercak darah pada payudara.

Penyebab Mastitis pada Ibu Menyusui

Ibu Menyusui (Orami Photo Stock)
Foto: Ibu Menyusui (Orami Photo Stock)

Gejala mastitis tentunya sangat mengganggu proses pemberian ASI pada Si Kecil. Untuk mencegah kondisi tersebut, Moms perlu mengetahui apa saja penyebabnya.

Mengutip dari Mayo Clinic, berikut beberapa penyebabnya.

1. ASI Tersumbat

Mastitis pada ibu menyusui sering disebabkan oleh penumpukan susu di dalam payudara. Ini disebut juga stasis susu atau ASI tersumbat yaitu terhentinya cairan susu dalam payudara.

Stasis susu dapat terjadi karena sejumlah alasan, termasuk bayi tidak benar-benar mengisap payudara selama menyusui.

Ini berarti bahwa ASI yang keluar tidak cukup banyak. Moms perlu memperbaiki posisi menyusui yang benar sehingga membantu bayi Moms mengisap ASI dengan benar.

Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan ketika bayi mengalami masalah mengisap, dan jarang menyusui atau sering terlewatkan, misalnya, ketika bayi tidur sepanjang malam tanpa menyusui.

Kondisi ini juga dapat terjadi ketika Moms terlalu sering menyusui dengan salah satu payudara.

Misalnya, ketika salah satu puting terasa sakit, sehingga membuat Moms hanya menyusu di satu sisi.

Hal tersebut dapat menyebabkan ASI tersumbat (stasis susu) berkembang pada payudara lainnya.

2. Infeksi Bakteri

Payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui bisa juga dikarenakan bakteri dari permukaan kulit dan mulut bayi dapat masuk ke saluran ASI melalui celah di kulit puting susu atau melalui lubang saluran susu.

Susu yang menggenang di payudara yang tidak dikosongkan memberikan tempat berkembang biak bagi bakteri.

Dalam beberapa kasus, ASI tersumbat ini juga dapat terinfeksi dengan bakteri, yang dikenal sebagai mastitis infektif.

Ini terjadi ketika payudara terinfeksi sebagai akibat dari kerusakan pada puting, seperti puting lecet atau luka.

3. Radang Payudara

Mengutip dari jurnal Health Sciences Review, mastitis juga bisa disebabkan oleh radang payudara.

Sayangnya, penyebab radang payudara ini juga tidak diketahui secara pasti.

Namun, beberapa faktor yang diduga tersumbatnya saluran susu, reaksi sistem kekebalan tubuh, kebiasaan merokok, gangguan hormon, obesitas, serta kemungkinan infeksi bakteri Corynebacterium.

Baca Juga: Bikin Deras, Ini 14 Makanan Pelancar ASI yang Harus Dicoba

Faktor Risiko Mastitis

Faktor Risiko Mastitis
Foto: Faktor Risiko Mastitis (Orami Photo Stocks)

Kondisi nyeri pada payudara tentunya memiliki beberapa faktor risiko dalam pembentukannya.

Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan oleh Sage Journal, ini beberapa faktor risiko dari kondisi ini.

  • Luka atau kerusakan puting (puting pecah-pecah atau terasa perih).
  • Sumbatan saluran ASI karena posisi menyusui yang salah, jarang menyusui, melewatkan jadwal menyusui, atau pelekatan bayi yang kurang tepat.
  • Kesulitan menyusui, misalnya posisi menyusui yang tidak benar atau penggunaan pompa ASI yang tidak sesuai.
  • Produksi ASI berlebih (hiperlaktasi/oversupply).
  • Riwayat mastitis sebelumnya, yang dapat meningkatkan risiko kambuh di masa menyusui berikutnya.
  • Menggunakan bra atau pakaian yang terlalu ketat, sehingga aliran ASI terhambat.
  • Kebersihan payudara kurang terjaga atau puting tidak dibersihkan dengan baik.
  • Stres dan kelelahan.
  • Kebiasaan merokok.
  • Ibu baru (baru pertama kali melahirkan/primipara).
  • Melahirkan dengan operasi caesar.
  • Trauma pada payudara (terbentur atau cedera).
  • Faktor pendidikan dan kondisi sosial ekonomi yang rendah.
  • Gangguan suasana hati setelah melahirkan dan kurangnya waktu istirahat.
  • Infeksi bakteri, terutama Staphylococcus aureus.

Diagnosis Mastitis pada Ibu Menyusui

Diagnosis Payudara Bengkak dan Sakit pada Ibu Menyusui
Foto: Diagnosis Payudara Bengkak dan Sakit pada Ibu Menyusui (Healthline.com)

Langkah awal mendiagnosis kondisi payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui alias mastitis, dokter biasanya akan menanyakan riwayat kesehatan terkait gejala yang dialami oleh pasien.

Pemeriksaan fisik pun biasanya akan dilakukan untuk mendeteksi adanya benjolan di payudara.

Nah, untuk ibu menyusui, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap sampel ASI di laboratorium dengan tujuan mendeteksi keberadaan bakteri penyebab infeksi dan menentukan jenis antibiotik yang cocok bagi penderita kondisi tersebut.

Pemeriksaan lanjutan yang biasanya disarankan oleh dokter adalah;

Baca Juga: Mengenal Fibroadenoma, Benjolan Payudara yang Tidak Nyeri

Cara Mengobati Mastitis pada Ibu Menyusui

Cara Mengobati Mastitis (Orami Photo Stock)
Foto: Cara Mengobati Mastitis (Orami Photo Stock)

Untuk Moms yang telah didiagnosis mastitis, tentunya membutuhkan penanganan yang tepat.

Dalam penelitian yang diterbitkan di European Journal of Breast Health, jika tidak diobati, mastitis dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang mengakibatkan abses.

Abses laktasi sering kali merupakan perkembangan dari mastitis atau peradangan payudara laktasi yang dapat terasa lebih menyakitkan.

Jadi, pastikan Moms periksakan diri ke dokter ya. Ini dia pengobatan mastitis yang biasanya dilakukan oleh dokter.

1. Istirahat Cukup

Mengutip dari Journal of Clinical Medicine, pengobatan mastitis yang pertama bisa dengan istirahat cukup.

Istirahat cukup dan menjaga asupan cairan sangat penting untuk pemulihan.

Ibu tetap dianjurkan untuk menyusui atau memerah ASI sesuai kebutuhan agar tidak terjadi penyumbatan.

Hindari penggunaan pelindung puting, dan pastikan teknik serta posisi menyusui sudah benar.

Pemakaian bra yang nyaman serta pijatan lembut pada payudara juga bisa membantu melancarkan aliran ASI.

Untuk mengurangi nyeri dan bengkak, bisa menggunakan obat pereda nyeri (NSAID) dan kompres es.

2. Pengobatan dengan Antibiotik

Mengutip dari Cleveland Clinic Journal of Medicine, antibiotik juga bisa menjadi pengobatan mastitis.

Antibiotik diberikan bila ada infeksi bakteri, terutama jika gejala tidak membaik setelah 48 jam perawatan.

Umumnya dokter meresepkan antibiotik seperti dicloxacillin, flucloxacillin, atau cephalexin selama 10–14 hari.

Untuk infeksi yang resisten, bisa digunakan clindamycin atau trimethoprim-sulfamethoxazole, meski penggunaannya perlu hati-hati pada bayi tertentu.

3. Pengeluaran Cairan

Masih mengutip dari Cleveland Clinic Journal of Medicine, jika terbentuk abses (kantong berisi nanah), biasanya dokter melakukan pengeluaran cairan dengan panduan ultrasonografi.

Pada kondisi tertentu, operasi mungkin dibutuhkan, mulai dari pembilasan saluran, pengangkatan sebagian jaringan, hingga operasi rekonstruksi, tergantung tingkat keparahannya.

4. Salep Kortikosteroid

Ibu sebaiknya tidak memencet atau memecahkan sendiri bintil pada puting (nipple blebs), karena bisa diganti dengan pemakaian salep kortikosteroid sesuai anjuran dokter.

Dukungan psikologis juga penting, karena mastitis sering membuat ibu merasa cemas atau stres saat menyusui, nih Moms.

Dengan pendampingan yang tepat, proses pemulihan akan lebih cepat dan ibu bisa lebih tenang dalam merawat bayinya.

Pencegahan Payudara Bengkak dan Sakit pada Ibu Menyusui

Payudara Nyeri (Orami Photo Stock)
Foto: Payudara Nyeri (Orami Photo Stock)

Meskipun payudara bengkak dan sakit pada ibu menyusui biasanya dapat diobati dengan mudah, kondisi tersebut dapat kambuh jika penyebab utamanya tidak segera ditangani.

Jika sedang menyusui, Moms dapat membantu mengurangi risiko terkena mastitis dengan mengambil langkah-langkah untuk menghentikan ASI tersumbat berikut ini.

1. Rutin Menyusui

Melansir Family Doctor, coba berikan ASI eksklusif selama enam bulan, jika memungkinkan.

Serta, menyusuilah sesering mungkin, terutama ketika payudara terasa penuh dan membengkak.

2. Menyusui Bayi dengan Benar

Pastikan bayi Moms betul-betul mengisap payudara dengan benar selama menyusui, dan biarkan bayi Moms mengisap ASI sampai selesai. Aturlah jarak waktu menyusui.

Jika mungkin, lakukan secara bertahap.

3. Tidak Mengenakan Pakaian Ketat

Hindari tekanan pada payudara akibat pakaian ketat, termasuk bra. Pilih bra menyusui yang nyaman.

Demikian ulasan mengenai mastitis. Bila Moms mengalami beberapa gejalanya dan telah melakukan penanganan awal di rumah, namun tidak menunjukkan hasil, atau bahkan gejalanya semakin parah, segera hubungi dokter.

Hal tersebut menunjukkan Moms membutuhkan asupan obat untuk menangani gejala yang dialami.

Dokter juga kemungkinan besar akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Biasanya pemberian antibiotik dapat mempercepat mengatasi gejala.

Perlu diingat bahwa Moms harus mengonsumsi semua antibiotik yang diresepkan dokter untuk mencegah resistensi antibiotik, tanpa kurang atau lebih.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas diharapkan dapat ampuh dalam mengatasi kondisi yang sedang Moms alami. Selalu jaga kesehatan ya, Moms!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6092150/
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mastitis/symptoms-causes/syc-20374829
  • https://www.nhs.uk/conditions/mastitis/
  • https://familydoctor.org/condition/mastitis/
  • https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2772632024000448
  • https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0890334420907898
  • https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7465810/
  • https://www.ccjm.org/content/91/5/283

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.