Pembengkakan Otak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Intinya Nih, Moms:
- Pembengkakan otak adalah kondisi serius ketika jaringan otak membesar akibat cedera atau penyakit.
- Tekanan dalam tengkorak meningkat sehingga mengganggu aliran darah dan oksigen ke otak.
- Gejalanya bisa berupa sakit kepala hebat, mual, muntah, hingga gangguan kesadaran.
- Jika tidak segera ditangani, pembengkakan otak dapat menyebabkan kerusakan permanen.
- Penanganan medis cepat sangat penting untuk menyelamatkan fungsi otak dan nyawa pasien.
Pembengkakan otak adalah kondisi medis serius ketika cairan menumpuk di jaringan otak dan meningkatkan tekanan di dalam kepala.
Keadaan ini berbeda dengan bengkak di bagian tubuh lain karena otak berada di dalam tengkorak yang kaku dan sempit, sehingga ruang untuk mengembang sangat terbatas.
Jika tidak segera ditangani, pembengkakan otak dapat menghambat aliran darah, mengurangi suplai oksigen, hingga merusak sel-sel otak.
Gejala Pembengkakan Otak

Gejala pembengkakan otak bisa sangat bervariasi tergantung penyebabnya.
Tingkat keparahan juga dipengaruhi oleh usia pasien, ukuran otak, serta lokasi bengkak.
Menurut Ramani Balu, MD, PhD, dari University of Pennsylvania, yang dilansir dari laman Everyday Health, biasanya pasien datang ke rumah sakit bukan dengan gejala edema itu sendiri, melainkan karena cedera otak, stroke, atau masalah saraf lainnya.
Dengan kata lain, pembengkakan otak adalah akibat dari kondisi dasar yang lebih dulu terjadi.
Beberapa tanda umum pembengkakan otak antara lain:
- Sakit kepala, gejala paling sering muncul ketika otak mulai membengkak.
- Pusing.
- Mual.
- Perubahan suasana hati, misalnya depresi, cemas, atau mudah marah akibat cedera otak.
- Gangguan kognitif, seperti sulit berpikir atau menurun daya ingat.
- Kesadaran menurun, bisa tampak mengantuk, bingung, hingga pingsan.
- Kejang.
- Hilang koordinasi, misalnya sulit menggerakkan tubuh dengan seimbang.
- Mati rasa atau kelemahan otot, bisa menyeluruh atau hanya di bagian tertentu tubuh.
- Penglihatan ganda, akibat mata tidak bisa digerakkan penuh ke arah tertentu.
- Ubun-ubun menonjol pada bayi, terlihat di bagian lunak kepala.
Penyebab Pembengkakan Otak

Pembengkakan otak terjadi karena adanya penumpukan cairan di jaringan otak yang membuat tekanan di dalam kepala meningkat.
Kondisi ini bisa dipicu oleh berbagai hal, antara lain:
1. Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury/TBI)
Benturan keras pada kepala, misalnya akibat jatuh, kecelakaan, olahraga, atau kekerasan fisik, dapat merusak jaringan otak dan pembuluh darah.
Kerusakan ini menyebabkan cairan menumpuk sehingga otak membengkak.
2. Stroke Iskemik
Terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat oleh gumpalan darah.
Akibatnya, aliran oksigen dan nutrisi ke otak terhenti.
Sel otak yang kekurangan oksigen bisa rusak dan membengkak.
3. Stroke Hemoragik atau Pendarahan Otak
Ketika pembuluh darah di otak pecah, darah yang keluar dapat menekan jaringan otak.
Selain itu, respons alami tubuh terhadap perdarahan juga memicu pembengkakan.
4. Tumor Otak
Pertumbuhan sel abnormal di otak dapat menekan jaringan sekitarnya.
Selain itu, tumor bisa menghalangi aliran cairan otak (cairan serebrospinal), sehingga menimbulkan penumpukan cairan dan pembengkakan.
5. Infeksi Otak
Beberapa infeksi dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada otak, contohnya:
- Meningitis → infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.
- Ensefalitis → infeksi langsung pada jaringan otak, biasanya disebabkan virus.
- Toksoplasmosis → infeksi parasit yang sering menyerang bayi dalam kandungan atau orang dengan imun lemah.
- Abses otak → nanah yang terbentuk akibat penyebaran infeksi dari penyakit lain seperti sinusitis atau telinga.
6. Ketinggian Ekstrem (High-Altitude Cerebral Edema/HACE)
Naik ke dataran tinggi lebih dari 4.000 meter tanpa adaptasi yang cukup bisa memicu pembengkakan otak.
Hal ini terjadi karena tekanan oksigen rendah di ketinggian membuat otak kekurangan suplai oksigen.
7. Keracunan atau Paparan Zat Berbahaya
Beberapa racun, obat-obatan, atau gigitan hewan berbisa dapat memengaruhi sistem saraf dan memicu pembengkakan otak.
8. Gangguan Metabolisme atau Penyakit Sistemik
Kondisi medis tertentu juga bisa menyebabkan otak membengkak, seperti:
- Diabetes berat (ketoasidosis diabetik).
- Gagal hati atau gagal ginjal yang memengaruhi keseimbangan cairan tubuh.
- Hiponatremia (kadar natrium rendah dalam darah) yang membuat cairan masuk ke sel otak berlebihan.
Baca Juga: 5 Penyebab Otak Lambat Berpikir, Menurut Dokter Spesialis
Diagnosis Pembengkakan Otak

Mendiagnosis pembengkakan otak tidak mudah karena gejalanya mirip dengan penyakit lain.
Oleh karena itu, dokter perlu melakukan beberapa langkah untuk memastikan kondisi ini, yaitu:
1. Wawancara Medis (Riwayat Kesehatan dan Gejala)
Dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan pasien, seperti sakit kepala hebat, mual, muntah, atau kejang.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan kapan gejala mulai muncul, bagaimana perkembangannya, serta apakah pasien punya riwayat cedera kepala, stroke, tumor, atau infeksi.
2. Pemeriksaan Fisik dan Saraf
Setelah mendengarkan keluhan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Pemeriksaan ini termasuk memeriksa refleks, kekuatan otot, kemampuan bicara, keseimbangan, serta tingkat kesadaran pasien.
Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada tanda gangguan fungsi otak akibat tekanan di dalam kepala.
3. Tes Pencitraan Otak
Karena pembengkakan otak tidak bisa dilihat langsung dari luar, dokter dapat menggunakan alat pencitraan untuk mendiagnosis, seperti:
- CT Scan (Computed Tomography): untuk melihat lokasi bengkak, perdarahan, atau adanya tumor di otak.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging): memberikan gambar lebih detail tentang jaringan otak dan area yang terkena pembengkakan.
4. Tes Darah
Melansir laman Web MD, tes darah juga dapat dilakukan untuk mencari penyebab yang mendasari kondisi pembengkakan otak.
Misalnya infeksi, gangguan elektrolit (natrium rendah), atau penyakit lain yang bisa memicu edema otak.
5. Pemeriksaan Tekanan Intrakranial (ICP Monitoring)
Pada kasus tertentu, terutama pasien yang kritis, dokter bisa memasang alat khusus di dalam otak untuk mengukur tekanan intrakranial secara langsung.
Alat ini membantu memantau kondisi pasien secara real time.
Baca Juga: Fungsi 12 Saraf Kranial Otak yang Mengatur Panca Indra
Penanganan Pembengkakan Otak

Pembengkakan otak adalah kondisi darurat medis.
Tujuan utama penanganannya adalah menurunkan tekanan di dalam kepala, memastikan otak tetap mendapat oksigen dan aliran darah, serta mengatasi penyebab yang mendasari.
Berikut beberapa cara yang biasanya dilakukan dokter:
1. Obat-obatan
Pengobatan dengan obat bertujuan untuk menurunkan pembengkakan, menjaga stabilitas tubuh, serta mencegah komplikasi.
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan adalah:
- Kortikosteroid (misalnya Dexamethasone)
Kortikosteroid bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan menstabilkan dinding pembuluh darah sehingga cairan tidak mudah bocor ke jaringan otak.
Obat ini paling sering diberikan pada pasien dengan tumor otak yang menyebabkan edema di sekitarnya.
Namun, kortikosteroid biasanya tidak efektif pada pembengkakan akibat stroke atau trauma.
- Diuretik (misalnya Mannitol atau Furosemide)
Diuretik membantu menarik cairan berlebih dari jaringan otak ke dalam pembuluh darah, kemudian dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk urine.
Mannitol sering digunakan sebagai terapi cepat karena dapat menurunkan tekanan intrakranial dalam waktu singkat.
- Obat Anti-Kejang
Pembengkakan otak dapat mengganggu aktivitas listrik otak sehingga menimbulkan kejang.
Untuk mencegah atau mengatasi hal ini, dokter bisa memberikan obat anti-kejang (antiepilepsi) seperti phenytoin atau levetiracetam.
- Obat Penurun Demam dan Penenang
Demam dapat memperburuk kondisi otak yang sudah membengkak.
Karena itu, obat antipiretik (penurun demam) diberikan untuk menjaga suhu tubuh tetap normal.
Sementara obat penenang digunakan agar pasien tetap tenang, mengurangi agitasi, dan membantu menjaga tekanan otak tetap stabil.
2. Osmoterapi
Osmoterapi adalah metode yang menggunakan cairan dengan kadar garam tinggi, seperti saline hipertonik, untuk menarik air keluar dari jaringan otak.
Cairan ini bekerja dengan prinsip osmosis, yakni perbedaan konsentrasi garam membuat air berpindah dari sel otak ke pembuluh darah.
Hasilnya, pembengkakan berkurang dan aliran darah ke otak membaik.
Osmoterapi biasanya digunakan dalam situasi darurat atau pasien kritis.
3. Terapi Hipotermia (Pendinginan Tubuh)
Dalam terapi ini, suhu tubuh pasien diturunkan beberapa derajat di bawah normal.
Pendinginan ini bisa memperlambat metabolisme sel otak, mengurangi kebutuhan oksigen, dan membantu menekan proses pembengkakan.
Terapi ini tidak selalu digunakan, tetapi bisa menjadi pilihan tambahan pada kasus tertentu untuk memberikan waktu bagi otak pulih.
4. Ventrikulostomi
Ventrikulostomi adalah prosedur medis dengan cara memasukkan selang (kateter) kecil melalui tengkorak ke dalam ventrikel otak.
Kateter ini berfungsi mengalirkan cairan serebrospinal (CSF) yang berlebihan, sehingga tekanan di dalam kepala (intrakranial) menurun.
Selain itu, alat ini juga bisa digunakan untuk mengukur tekanan otak secara langsung.
5. Operasi (Bedah Otak)
Operasi dilakukan bila pembengkakan otak sangat parah dan terapi lain tidak cukup membantu.
Ada dua bentuk utama operasi:
- Kraniektomi Dekompresi
Dokter mengangkat sebagian tulang tengkorak sementara agar otak memiliki ruang untuk mengembang tanpa menekan struktur penting di sekitarnya.
- Operasi Pengangkatan Penyebab
Jika pembengkakan disebabkan oleh tumor, bekuan darah, atau pembuluh darah yang pecah, dokter akan melakukan operasi untuk mengangkat atau memperbaiki sumber masalah tersebut.
6. Perawatan Suportif di Rumah Sakit
Selain obat dan operasi, pasien dengan pembengkakan otak juga mendapat perawatan tambahan untuk mendukung proses penyembuhan:
- Posisi tidur dengan kepala ditinggikan 30–45° untuk membantu cairan otak mengalir dengan baik.
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit agar tubuh tidak kekurangan atau kelebihan cairan.
- Mengontrol suhu tubuh agar tetap normal.
- Memberikan lingkungan yang tenang dengan pencahayaan redup untuk menghindari stres berlebihan yang bisa meningkatkan tekanan otak.
7. Mengatasi Penyebab yang Mendasari
Penanganan pembengkakan otak tidak hanya fokus pada gejalanya, tetapi juga harus menyelesaikan penyebab utamanya:
- Jika disebabkan infeksi, akan diberikan antibiotik, antivirus, atau obat antiparasit sesuai penyebab.
- Jika akibat stroke, penanganannya disesuaikan, misalnya obat penghancur gumpalan darah untuk stroke iskemik, atau operasi/perawatan khusus untuk stroke hemoragik.
- Jika karena ketinggian ekstrem (High-Altitude Cerebral Edema/HACE), pasien harus segera diturunkan ke dataran rendah dan diberikan oksigen tambahan.
Baca Juga: 8 Permainan Asah Otak Kanan dan Kiri untuk Anak, Yuk Coba!
Ingat, ya, pembengkakan otak bukan kondisi yang bisa dianggap sepele.
Oleh karenanya, penting untuk selalu waspada dengan gejala dan segera mencari pertolongan medis agar peluang pemulihan akan lebih baik.
- https://www.webmd.com/brain/brain-swelling-brain-edema-intracranial-pressure
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537272/
- https://www.healthline.com/health/cerebral-edema#outlook
- https://www.healthgrades.com/right-care/brain-and-nerves/brain-swelling
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/322475
- https://www.everydayhealth.com/edema/cerebral-edema/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/cerebral-edema-brain-swelling
- https://ukhealthcare.uky.edu/kentucky-neuroscience-institute/conditions/brain-injury/cerebral-edema
- https://intermountainhealthcare.org/conditions-treatments/brain-swelling
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.








