12 September 2025

Pola Asuh Otoriter: Ciri-Ciri, Dampak, dan Contohnya

Bisa menurunkan kepercayaan diri anak

Intinya nih, Moms

  • Pola asuh otoriter menuntut kepatuhan penuh, tanpa ruang negosiasi bagi anak.
  • Orang tua lebih fokus memberi hukuman daripada pujian atau apresiasi.
  • Anak tidak diberi kebebasan memilih atau menyampaikan pendapat.
  • Komunikasi dan kehangatan emosional antara orang tua dan anak sangat minim.
  • Pola ini dapat menurunkan kepercayaan diri dan memicu kecemasan pada anak.

Pola asuh otoriter adalah salah satu dari beberapa jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

Pola asuh otoriter menekankan disiplin, kepatuhan, dan kontrol, namun belum tentu cocok untuk semua anak.

Meski masih banyak orang tua menerapkannya, pendekatan ini sebaiknya dihindari karena berisiko memberi dampak negatif pada tumbuh kembang anak.

Baca Juga: 12 Contoh Hukuman yang Mendidik untuk Anak, Tanpa Kekerasan!

Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan tuntutan tinggi namun minim kehangatan. Orang tua fokus pada kepatuhan, bukan pada pengembangan pengendalian diri anak.

Umpan balik lebih sering berupa hukuman daripada pujian.

Lalu, apa saja kah ciri-ciri orang tua yang otoriter? Berikut yang perlu Moms dan Dads ketahui:

1. Terlalu Banyak Menuntut

Ilustrasi Pola Asuh Otoriter
Foto: Ilustrasi Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)

Mengutip dari Very Well Mind, ciri-ciri pola asuh otoriter yang pertama adalah terlalu banyak menuntut atau demanding.

Salah satu ciri orang tua otoriter, yakni terlalu banyak menuntut pada anak.

Orang tua yang otoriter sering mengatur hampir seluruh aspek kehidupan dan perilaku anak mereka, baik di rumah maupun di depan umum.

Selain itu, orang tua otoriter juga memiliki banyak aturan tidak tertulis yang diharapkan dipatuhi oleh anak-anak.

Meski mungkin, anak-anak tidak menerima instruksi tentang aturan ini secara langsung.

Sebaliknya, anak-anak diharapkan untuk mengetahui bahwa aturan-aturan tersebut ada.

2. Tidak Memberikan Kehangatan

Ada kesan bahwa beberapa orang tua otoriter mungkin kurang hangat atau jarang membangun kedekatan dengan anak-anak mereka.

Jika Moms dan Dads sering mengomel atau meneriaki anak ketimbang memberikan pujian, mungkin ini tanda orang tua yang otoriter.

Apabila demikian, Moms dan Dads sebaiknya berhenti dan cobalah untuk mencurahkan kasih sayang sebanyak mungkin pada anak.

Hal ini karena rasa cinta orang tua dapat menjadi salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang buah hati.

3. Menyikapi Kesalahan Anak dengan Hukuman

Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)
Foto: Pola Asuh Otoriter (Orami Photo Stock)

Ciri-ciri orang tua otoriter yang berikutnya, yakni sering kali menyikapi kesalahan anak dengan hukuman, bahkan kekerasan.

Meski sebenarnya, kesalahan tersebut bisa diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan.

Dibandingkan dengan sikap positif, orang tua yang otoriter biasanya akan bereaksi dengan cepat dan kasar ketika aturan dilanggar oleh anak-anak mereka.

Ada situasi di mana beberapa orang tua dengan gaya asuh otoriter mungkin menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan anak.

Baca Juga: 22 Cara Mendidik Anak di Era Digital, Orang Tua Wajib Tahu!

4. Tidak Mau Negosiasi dengan Anak

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pola asuh otoriter ini ditandai dengan banyak tuntutan terhadap anak.

Maka, orang tua sering kali tidak mau melakukan negosiasi dengan anak-anak mereka.

Orang tua memandang seluruh situasi baik dan benar sehingga hanya ada sedikit ruang, bahkan mungkin tidak ada ruang bagi anak untuk berkompromi.

Anak-anak pun tidak pernah dilibatkan dalam membuat aturan atau menentukan keputusan.

Mereka hanya dituntut untuk patuh dan apabila melanggar, orang tua tidak segan menghukumnya.

5. Tidak Percaya pada Anak

Ilustrasi Ibu Memarahi Anak
Foto: Ilustrasi Ibu Memarahi Anak (Foto: Shutterstock)

Ciri pola asuh otoriter lainnya adalah tidak percaya pada anak sehingga mereka tak dapat membuat pilihan.

Orang tua dengan gaya asuh ini tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak-anaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan perilaku yang baik.

Orang tua otoriter pun cenderung mengarahkan anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

Meski sebenarnya, orang tua bisa membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan tersebut.

6. Kurangnya Komunikasi Terbuka

Ciri-ciri pola asuh otoriter selanjutnya seperti mengutip dari National Library of Medicine, adalah kurangnya komunikasi terbuka atau komunikasi satu arah.

Pola asuh otoriter seringkali kurang menerapkan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak.

Anak-anak mungkin merasa takut atau tidak nyaman untuk berbicara dengan orangtua mereka tentang masalah pribadi atau perasaan mereka.

Pada akhirnya, anak lebih sering memendam apa yang mereka rasakan karena tidak mendapatkan kesempatan untuk membuka diri.

7. Peran Orangtua yang Mendominasi

Pola asuh otoriter selanjutnya adalah peran orang tua yang mendominasi.

Dalam pola asuh ini, peran orangtua cenderung dominan, dan anak-anak diharapkan untuk patuh tanpa banyak pertimbangan terhadap keinginan atau kebutuhan mereka sendiri.

Baca Juga: 5 Cara Menerapkan Pola Asuh Positif pada Bayi agar Si Kecil Bahagia

Dampak Pola Asuh Otoriter pada Anak

Ilustrasi Anak Sedih (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Anak Sedih (Orami Photo Stock)

Apabila Moms dan Dads termasuk dalam salah satu ciri di atas, sebaiknya segera mengubah pola asuh anak ke arah yang lebih baik.

Pasalnya, pola asuh otoriter ini memiliki banyak dampak negatif pada anak. Berikut di antaranya:

  • Tingkat percaya diri yang rendah.
  • Kesulitan dalam situasi sosial karena kurangnya kemampuan sosial.
  • Anak-anak lebih mungkin untuk menunjukkan perilaku agresif di luar rumah.
  • Anak-anak cenderung tidak bisa menerima kegagalan.
  • Sulit menyesuaikan diri karena lebih berisiko menderita kecemasan dan depresi.
  • Bertindak takut atau terlalu malu di sekitar orang lain.
  • Memiliki harga diri yang lebih rendah.

Contoh Pola Asuh Otoriter

Berikut 5 contoh pola asuh otoriter yang sering dijumpai dan sebaiknya dihindari, ya Moms.

Contoh 1

Ilustrasi Ayah Otoriter
Foto: Ilustrasi Ayah Otoriter (Pexels.com/Monstera)

Ibu langsung membentak anaknya karena lupa merapikan tempat tidur, tanpa memberi kesempatan menjelaskan. Ia berkata, “Pokoknya ikuti aturan Ibu, tidak ada alasan!”

Contoh 2

Ayah tidak mengizinkan anak memilih jurusan sekolah dan berkata, “Kamu ikut pilihan Ayah saja. Anak seumur kamu belum tahu apa-apa.”

Contoh 3

Anak dihukum tidak boleh bermain selama seminggu karena nilai ulangannya turun, tanpa ada diskusi atau dukungan untuk memperbaiki.

Contoh 4

Orang tua menolak permintaan anak untuk ikut kegiatan pramuka dan berkata, “Kamu hanya boleh belajar di rumah, kegiatan lain tidak penting.”

Contoh 5

Saat anak menangis karena dimarahi, ibunya berkata, “Berhenti menangis sekarang juga! Kalau tidak, Ibu tambah hukum kamu.”

Contoh 6

Ayah melarang anak bermain di luar tanpa penjelasan dan berkata, “Jangan banyak tanya, ikut saja aturan!”

Contoh 7

Ibu membuat daftar tugas rumah harian yang harus dilakukan anak tanpa memberi waktu bermain atau istirahat.

Contoh 8

Orang tua langsung menyalahkan anak saat nilai ulangan buruk, tanpa bertanya apa kesulitannya di sekolah.

Contoh 9

Anak tidak diizinkan memilih pakaian sendiri karena orang tua menganggap pilihan anak selalu salah.

Contoh 10

Saat anak minta izin tidur lebih malam untuk belajar, orang tua langsung menolak dan berkata, “Aturan sudah jelas, tidak bisa diubah.”

Baca Juga: Ciri Pola Asuh Permisif dan Dampak Buruknya pada Anak

Meskipun pengasuhan otoriter seringkali dikaitkan dengan dampak negatif, ada beberapa kemungkinan hasil positif bagi anak.

Misalnya, anak-anak mungkin akan mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar.

Karena omelan dan dorongan kuat terus-menerus yang dilakukan oleh orang tua, anak-anak mungkin juga akan selalu ingin berbuat baik.

Hal ini terjadi karena anak merasa takut akan hukuman atau konsekuensi yang buruk.

Namun, sebaiknya Moms dan Dads menghindari pola asuh otoriter ini karena lebih banyak dampak negatifnya pada anak.

Mari menjadi orang tua yang lebih bijak, Moms!

  • https://www.webmd.com/parenting/authoritarian-parenting-what-is-it#1
  • https://www.verywellmind.com/what-is-authoritarian-parenting-2794955
  • https://www.healthday.com/a-to-z-health/general-health/authoritarian-parenting-2661078699.html
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.