03 September 2025

Jenis Ruam Kulit pada Pengidap HIV dan Gejalanya, Waspada!

Munculnya ruam bisa jadi salah satu tanda gejala HIV

Intinya Nih, Moms:

  • Ruam sering muncul pada pengidap HIV sebagai salah satu tanda awal infeksi.
  • Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau efek obat antiretroviral.
  • Ruam biasanya berupa bercak merah, gatal, atau disertai rasa perih di kulit.
  • Jika ruam semakin parah atau muncul bersamaan dengan gejala lain, segera periksakan diri.
  • Penanganan yang tepat dapat membantu meredakan ruam dan mencegah komplikasi.

Berbicara tentang gejala HIV/AIDS, hal ini bisa berkaitan dengan ruam kulit. Apakah Moms tahu seperti apa rupa ruam kulit pada pengidap HIV?

Melansir WebMD, perubahan kulit bisa menjadi tanda pertama bahwa seseorang mengalami HIV.

Hal itu karena virus dapat melemahkan sistem kekebalan dan memudahkan infeksi kuman penyebab masalah kulit.

Selain itu, beberapa pengobatan HIV dapat pula menyebabkan ruam pada kulit.

Lebih lengkapnya soal ruam kulit HIV, Moms dapat menyimak informasi di bawah ini.

Baca Juga: Sariawan pada Pengidap HIV, Berbeda dengan Sariawan Biasa?

Mengenal Virus HIV

Tes HIV
Foto: Tes HIV (Orami Photo Stock)

Perlu dipahami, HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Melansir studi di Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, gejala HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Virus inilah yang merusak dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh.

Kemudian, virus tersebut menggagalkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan jenis kanker tertentu.

Bila tak diatasi dengan cepat dan tepat, infeksi HIV bisa berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Kondisi ini tidak dapat disembuhkan dan angka harapan hidup yang berkurang secara drastis.

Namun, beberapa pengobatan bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan.

Mengenal Ruam Kulit pada Pengidap HIV

Ruam Kulit
Foto: Ruam Kulit (Freepik.com/freepik)

Melansir studi di The Pediatric Infectious Disease Journal, lebih dari 90% pasien HIV menunjukkan setidaknya satu masalah kulit atau gangguan dermatologis.

Karena itulah penyakit kulit merupakan ciri umum dan mencolok dari infeksi HIV.

Pada tahap awal infeksi HIV, beberapa orang dapat mengalami gejala seperti demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit.

Ruam pada pengidap HIV biasanya muncul 2-4 minggu setelah paparan virus, tetapi bisa juga muncul lebih lama dari itu.

Tahap awal infeksi HIV dikenal sebagai fase akut atau serokonversi.

Pada fase ini, sistem kekebalan tubuh sedang berjuang melawan virus, dan gejala seperti demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening sering terjadi.

Ruam kulit yang disebabkan oleh HIV adalah salah satu gejala tambahan yang mungkin terjadi.

Jenis Ruam pada Pengidap HIV dan Gejalanya

Ruam HIV
Foto: Ruam HIV (Webmd.com)

Perbedaan antara ruam kulit yang terkait dengan HIV dan ruam kulit biasa tidak selalu mudah untuk diidentifikasi hanya dengan melihatnya.

Berikut ini beberapa ciri-ciri ruam HIV yang mungkin perlu diwaspadai dan diperiksa lebih lanjut ke dokter.

1. Ruam Serokonversi Akut

Ruam serokonversi akut adalah salah satu ruam pada penderita HIV yang muncul saat sistem kekebalan tubuh merespons virus untuk pertama kalinya.

Pada tahap ini, tubuh mulai memproduksi antibodi dan zat kimia yang memicu peradangan di seluruh tubuh dalam upaya melawan infeksi tersebut.

Mengutip studi dari Johns Hopkins University, peradangan ini dapat menimbulkan gejala mirip flu, seperti demam dan nyeri otot.

Gejala ruam serokonversi akut antara lain:

  • Bercak merah datar di kulit disertai benjolan kecil
  • Biasanya muncul di bagian tubuh bagian atas, seperti dada dan punggung
  • Bisa disertai rasa gatal atau nyeri
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Ruam ini terjadi pada sekitar 50% orang yang baru terinfeksi HIV.

Meskipun ruam bisa hilang dalam 1–2 minggu tanpa pengobatan, virus tetap aktif di dalam tubuh dan secara perlahan akan merusak sistem imun bila tidak segera diobati dengan terapi antiretroviral.

2. Pruritic Papular Eruption

Ruam pada penderita HIV tidak hanya muncul di awal infeksi, tapi juga bisa terjadi di tahap laten ketika virus tetap aktif meski tanpa gejala mencolok.

Salah satu jenis ruam yang umum dialami adalah Pruritic Papular Eruption (PPE), yaitu ruam berbentuk bintik merah kecil yang terasa sangat gatal.

Menurut studi di jurnal Indian Journal of Sexually Transmitted Diseases and AIDS, PPE bisa menjadi satu-satunya tanda infeksi HIV pada seseorang yang tampak sehat secara fisik.

Kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan dan orang yang tinggal di wilayah tropis, terutama saat infeksi HIV sudah memasuki tahap lanjut.

Beberapa gejalanya meliputi:

  • Benjolan kecil berwarna merah dan terasa padat di kulit
  • Muncul di lengan, kaki, wajah, dan badan (biasanya tidak mengenai telapak tangan dan kaki)
  • Rasa gatal yang sangat mengganggu
  • Kulit menjadi lebih gelap di area yang sering digaruk

3. Eosinophilic Folliculitis

Salah satu jenis ruam pada penderita HIV yang jarang ditemui namun penting dikenali adalah Eosinophilic Folliculitis.

Kondisi ini mirip dengan Pruritic Papular Eruption (PPE), namun melibatkan peradangan pada folikel rambut.

Menurut studi di jurnal Eosinophilic Pustular Folliculitis (EPF) in a Patient with HIV Infection, ruam ini disebabkan oleh produksi berlebih sel darah putih jenis eosinofil, yang biasanya berfungsi melawan infeksi jamur atau parasit.

Beberapa gejala dari ruam yang satu ini adalah:

  • Folikel rambut yang memerah, terasa gatal, dan meradang
  • Umumnya muncul di bahu, dada, lengan atas, leher, dan dahi
  • Kadang disertai keluarnya nanah dari kulit

4. Seborrheic Dermatitis

Ruam pada penderita HIV bisa muncul dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah seborrheic dermatitis yang sangat umum terjadi.

Berdasarkan studi di jurnal South African Family Practice, kondisi ini menyerang lebih dari 80% pengidap HIV, khususnya yang belum mendapatkan pengobatan.

Meski juga bisa dialami orang tanpa HIV, angkanya jauh lebih kecil, hanya sekitar 1–3%.

Kondisi ini ditandai dengan peradangan kulit yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan perubahan penampilan kulit, terutama di area yang berminyak.

Gejala seborrheic dermatitis pada penderita HIV biasanya ditandai dengan kulit kepala, alis, atau area janggut yang mengelupas menyerupai ketombe.

Kulit juga cenderung tampak berminyak disertai sisik, terutama di area wajah, hidung, telinga, dada, serta bagian lipatan tubuh seperti ketiak dan selangkangan.

Selain itu, kondisi ini bisa menyebabkan perubahan warna kulit, yakni menggelap pada kulit cerah atau menjadi lebih terang pada kulit gelap.

Perbedaan Ruam HIV dan Ruam Biasa

Perbedaan Ruam HIV dan Ruam Biasa
Foto: Perbedaan Ruam HIV dan Ruam Biasa

Ruam pada kulit memang bisa terjadi karena banyak hal, tapi penting bagi Moms untuk mengetahui perbedaan antara ruam pada pengidap HIV dan ruam biasa, terutama jika disertai gejala lain yang tidak wajar.

Berikut penjelasan lengkapnya dengan bahasa yang mudah dipahami, berdasarkan informasi dari Verywell Health:

1. Penyebab Ruam

Ruam pada pengidap HIV umumnya muncul sebagai respons tubuh terhadap infeksi virus, terutama pada tahap awal atau yang dikenal sebagai fase serokonversi.

Selain itu, ruam ini juga bisa terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat antiretroviral yang digunakan dalam pengobatan HIV.

Sementara itu, ruam biasa biasanya dipicu oleh berbagai hal seperti alergi makanan atau udara, iritasi dari produk perawatan kulit, eksim, atau infeksi ringan lainnya.

2. Penampilan Ruam

Ciri khas ruam pada pengidap HIV adalah berupa bercak-bercak merah datar yang disertai bintik-bintik kecil, dengan pola penyebaran yang simetris di tubuh.

Warna ruam bisa bervariasi dari merah muda, merah terang, hingga ungu, dan biasanya tidak terlalu gatal. Bentuknya cenderung terlihat jelas seperti patch yang terdefinisi.

Berbeda dengan ruam kulit umum yang bentuk dan tampilannya sangat beragam bisa berbentuk benjolan, lepuh, bersisik, atau kering tergantung pada penyebabnya seperti alergi atau infeksi kulit tertentu.

3. Lokasi Munculnya Ruam

Ruam pada pengidap HIV sering kali muncul di bagian tubuh bagian atas seperti wajah, dada, punggung, lengan, dan kaki.

Dalam beberapa kasus, ruam juga dapat muncul di area sensitif seperti mulut, bibir, dan organ kelamin.

Sementara itu, ruam biasa tidak memiliki pola penyebaran khusus dan bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tergantung pada faktor pemicu atau kondisi kesehatan yang mendasari.

4. Gejala yang Menyertai

Berbeda dari ruam biasa yang biasanya hanya muncul di permukaan kulit tanpa gejala lain, ruam pada pengidap HIV kerap disertai tanda-tanda sistemik seperti demam, kelelahan, nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Gejala-gejala ini mencerminkan bahwa infeksi sudah memengaruhi sistem kekebalan tubuh secara menyeluruh, sehingga ruam tidak berdiri sendiri sebagai keluhan kulit semata.

5. Lama dan Pengobatan

Durasi ruam pada pengidap HIV bisa berlangsung lebih lama, yaitu hingga beberapa minggu.

Pada beberapa kasus, ruam dapat hilang sendiri, tetapi jika disebabkan oleh reaksi obat, biasanya memerlukan evaluasi dan penyesuaian pengobatan.

Sebaliknya, ruam biasa umumnya lebih cepat membaik, terutama jika diberikan penanganan sesuai penyebab, seperti krim antihistamin untuk alergi atau pelembap khusus untuk kulit kering dan eksim.

Tanda Ruam HIV yang Berbahaya

Ruam Kulit (Orami Photo Stock)
Foto: Ruam Kulit (Orami Photo Stock)

Berikut adalah beberapa tanda ruam HIV yang berbahaya dan perlu diwaspadai:

1. Ruam Menyebar dengan Cepat

Jika ruam tiba-tiba menyebar ke berbagai area tubuh dalam waktu singkat, ini bisa menandakan reaksi tubuh yang serius terhadap infeksi atau pengobatan HIV.

2. Disertai Gejala Demam Tinggi

Ruam HIV yang disertai dengan demam tinggi, nyeri otot, atau keringat malam dapat menandakan infeksi HIV pada tahap awal, atau bahkan infeksi sekunder yang perlu segera ditangani.

3. Munculnya Luka atau Lepuhan

Ruam yang berkembang menjadi lepuhan atau luka terbuka bisa menjadi tanda reaksi alergi berat, yang dikenal sebagai Sindrom Stevens-Johnson. Ini adalah kondisi berbahaya yang memerlukan perawatan medis segera.

4. Ruam yang Gatal, Nyeri, atau Menyebabkan Ketidaknyamanan Ekstrem

Rasa gatal atau nyeri yang berlebihan pada ruam dapat mengganggu kualitas hidup dan menandakan peradangan parah atau infeksi kulit yang perlu ditangani.

5. Disertai Pembengkakan di Area Lain

Ruam yang disertai dengan pembengkakan pada wajah, bibir, atau mata menunjukkan kemungkinan reaksi alergi yang berpotensi serius, dan memerlukan perhatian medis segera.

6. Ruam Berwarna Ungu atau Gelap

Jika ruam berwarna ungu, hitam, atau gelap, ini bisa menjadi tanda infeksi yang lebih serius, atau bahkan kondisi kulit terkait HIV yang dikenal sebagai sarkoma Kaposi, yang memerlukan diagnosis dan perawatan segera.

7. Tidak Hilang atau Membaik dalam Beberapa Minggu

Ruam HIV yang berlangsung selama lebih dari beberapa minggu, bahkan dengan pengobatan, memerlukan perhatian khusus karena mungkin mengindikasikan masalah pada sistem kekebalan tubuh.

Baca Juga: Mengenal Eksim Atopik, dari Gejala hingga Pengobatannya

Penting untuk dicatat bahwa ruam kulit bukanlah tanda khas atau spesifik untuk infeksi HIV saja.

Ruam kulit juga dapat disebabkan oleh banyak kondisi lain, termasuk infeksi lainnya, alergi, penyakit kulit, dan lain-lain.

Oleh karena itu, diagnosis yang akurat memerlukan pemeriksaan medis oleh dokter atau profesional kesehatan yang berpengalaman.

Jika mengalami ruam kulit atau memiliki kekhawatiran tentang HIV atau kondisi kesehatan lainnya, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan tes yang tepat.

  • https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
  • https://www.webmd.com/hiv-aids/ss/slideshow-hiv-aids-skin
  • https://www.verywellhealth.com/top-signs-you-may-have-hiv-49428
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/315963#other-symptoms
  • https://journals.lww.com/jaids/fulltext/2018/08151/a_global_research_agenda_for_pediatric_hiv.3.aspx
  • https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3428906/
  • https://journals.lww.com/co-allergy/abstract/2019/08000/drug_hypersensitivity_in_hiv_infection.4.aspx
  • https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/20786190.2019.1610234
  • https://journals.lww.com/ijst/fulltext/2019/40020/prevalence_of_pruritic_papular_eruption_among_hiv.8.aspx
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563020/
  • https://link.springer.com/article/10.1007/s15010-020-01543-z

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.