Sindrom Asherman: Penyebab, Gejala, dan Penanganan
Intinya Nih, Moms:
- Sindrom Asherman adalah perlengketan rahim akibat jaringan parut.
- Umumnya disebabkan prosedur medis, operasi, atau infeksi.
- Gejalanya berupa haid tidak normal, nyeri, dan infertilitas.
- Dapat meningkatkan risiko keguguran dan komplikasi kehamilan.
- Bisa dicegah dan diobati dengan teknik medis serta terapi hormon.
Sindrom asherman adalah kondisi medis yang terjadi ketika terbentuk jaringan parut di dalam rahim sehingga menyebabkan dinding rahim saling menempel.
Kondisi ini bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan reproduksi, mulai dari gangguan menstruasi, sulit hamil, hingga keguguran berulang.
Banyak wanita yang tidak menyadari gejalanya karena keluhan bisa berbeda-beda pada tiap individu.
Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu Sindrom Asherman, penyebabnya, serta cara penanganannya agar dapat mencegah dampak yang lebih serius.
Penyebab Sindrom Asherman

Moms, sindrom asherman bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut penjelasannya:
1. Trauma pada Rahim Setelah Prosedur Medis
Penyebab paling umum dari sindrom asherman adalah trauma pada lapisan dasar endometrium, biasanya setelah prosedur kuretase (D&C).
Melansir dari Web MD, prosedur ini sering dilakukan setelah keguguran, aborsi, sisa plasenta pasca persalinan, atau untuk mengatasi perdarahan rahim berlebihan.
Trauma tersebut dapat memicu peradangan dan pembentukan jaringan parut di dalam rahim, yang kadang menyebabkan penyempitan bahkan sumbatan total pada rongga rahim.
2. Operasi pada Rahim
Tindakan medis lain seperti operasi caesar, miomektomi (pengangkatan miom), atau ablasi endometrium juga dapat menjadi penyebab sindrom asherman.
Menurut laman Advanced Fertility Center of Chicago, operasi ini berpotensi merusak lapisan rahim, sehingga menimbulkan jaringan parut yang berujung pada terbentuknya perlengketan di dalam rahim.
3. Infeksi Panggul
Infeksi pada area panggul, misalnya tuberkulosis genital atau endometritis berat, juga bisa memicu terbentuknya perlengketan rahim.
Meski kasus ini lebih jarang di negara maju, di beberapa negara berkembang infeksi semacam ini masih menjadi faktor risiko penting penyebab sindrom asherman.
4. Faktor Lain
Selain itu, ada juga penyebab lain yang lebih jarang terjadi, seperti prosedur medis yang dilakukan berulang kali, trauma pasca kehamilan ketika dinding rahim lebih rapuh, atau bahkan infeksi tertentu.
Jurnal Human Reproduction juga menyebut adanya kemungkinan faktor genetik yang bisa meningkatkan risiko terbentuknya sindrom asherman.
Gejala Sindrom Asherman

Ada beberapa gejala Sindrom Asherman yang bisa Moms kenali, di antaranya:
1. Menstruasi Sedikit atau Tidak Ada Sama Sekali
Gejala paling umum dari sindrom asherman adalah menstruasi yang sangat sedikit (hipomenore) atau bahkan tidak datang sama sekali (amenore).
Dilansir dari Mayo Clinic, hal ini terjadi karena jaringan parut menutupi rongga rahim sehingga aliran darah menstruasi tidak bisa keluar dengan normal.
2. Gangguan Siklus Menstruasi
Beberapa wanita juga mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, atau tidak haid sama sekali meski hormon tetap berfungsi normal.
Pada kondisi ini, sebagian penderita bisa merasakan nyeri menstruasi (dismenore) ketika seharusnya haid datang, namun darah sulit atau tidak bisa keluar, melansir dari Top Doctors.
3. Nyeri Panggul dan Kram
Jaringan parut yang menghalangi aliran darah menstruasi dapat menyebabkan darah terperangkap di dalam rahim.
Akibatnya, muncul rasa nyeri, kram, dan ketidaknyamanan di area panggul yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Infertilitas dan Keguguran Berulang
Mayo Clinic menyebut, sindrom asherman juga sering dikaitkan dengan kesulitan untuk hamil maupun keguguran berulang.
Hal ini disebabkan oleh rusaknya lapisan rahim akibat jaringan parut, sehingga embrio tidak dapat menempel dengan baik dan kehamilan sulit dipertahankan.
5. Penyumbatan pada Rahim atau Serviks
National Organization for Rare Disorders menyebut, dalam kasus yang lebih parah, jaringan parut bisa menyebabkan penyumbatan sebagian atau total pada rahim maupun leher rahim.
Kondisi ini dapat memicu masalah serius, termasuk aliran darah menstruasi yang berbalik ke tuba falopi (retrograde menstruation).
Sindrom Asherman Memengaruhi Kesuburan
Beberapa wanita dengan sindrom ini tidak dapat hamil atau mengalami keguguran berulang.
Ada kemungkinan untuk hamil jika memiliki sindrom ini, tetapi perlengketan di dalam rahim dapat menimbulkan risiko bagi janin yang sedang berkembang.
Peluang keguguran dan kelahiran mati juga akan lebih tinggi daripada wanita yang tidak mengalami sindrom Asherman.
Dilansir dari Cleveland Clinic, sindrom asherman juga meningkatkan beberapa risiko selama kehamilan:
- Plasenta previa, yakni plasenta letak rendah dan terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks selama bulan-bulan terakhir kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat sebelum atau selama persalinan.
- Plasenta increta, yaitu plasenta menempel lebih dalam ke dinding otot rahim.
- Persalinan prematur, ruang rahim yang terbatas akibat perlengketan membuat lingkungan untuk janin menjadi kurang ideal. Hal ini dapat memicu persalinan prematur serta menghambat pertumbuhan janin.
Pencegahan dan Pengobatan Sindrom Asherman

Melansir dari Medical Journal of Indonesia, sindrom asherman masih bisa dicegah dengan beberapa cara, seperti:
- Meminimalkan trauma pada lapisan rahim saat prosedur medis seperti kuretase (D&C). Penggunaan teknik operasi yang lebih minim invasif serta alat yang tidak merusak endometrium dapat menurunkan risiko terbentuknya perlengketan.
- Pemberian antibiotik dan terapi estrogen pascaoperasi pada pasien dengan risiko tinggi. Antibiotik membantu mencegah infeksi, sementara estrogen berfungsi untuk mempercepat regenerasi lapisan rahim.
- Pemasangan IUD atau penghalang fisik di dalam rahim selama operasi. Langkah ini dilakukan untuk menjaga dinding rahim agar tidak saling menempel sehingga perlengketan bisa dicegah.
- Suntikan gel asam hialuronat saat atau setelah operasi rahim. Studi terbaru menunjukkan metode ini efektif mengurangi risiko pembentukan jaringan parut yang memicu Sindrom Asherman.
Jika sindrom asherman sudah terjadi, ada beberapa metode medis yang bisa dilakukan untuk mengobatinya, seperti:
- Histeroskopi adhesiolisis
Pengobatan utama dilakukan dengan prosedur histeroskopi, yaitu menggunakan kamera kecil dan instrumen khusus untuk memotong serta mengangkat jaringan parut di dalam rahim. - Terapi tambahan pascaoperasi
Setelah operasi, biasanya diberikan terapi estrogen untuk membantu penyembuhan lapisan rahim dan mencegah perlengketan kembali. - Pendekatan terbaru
Beberapa penelitian mulai mengembangkan metode baru, seperti terapi sel punca dan cangkok membran amnion. Kedua cara ini bertujuan untuk mempercepat regenerasi endometrium dan meningkatkan fungsi rahim.
Sindrom asherman memang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi wanita, terutama terkait siklus menstruasi dan kesuburan.
Namun, dengan deteksi dini, pencegahan yang tepat, serta pengobatan modern, kondisi ini bisa ditangani sehingga peluang untuk hamil dan memiliki kehamilan yang sehat tetap terbuka.
Penting bagi setiap wanita untuk memperhatikan gejala yang muncul dan melakukan konsultasi medis bila ada keluhan, agar penanganan dapat dilakukan sejak dini dan kualitas hidup tetap terjaga.
- https://www.webmd.com/women/what-is-asherman-syndrome
- https://www.advancedfertility.com/blog/ashermans-syndrome-causes-symptoms-diagnosis-treatment
- https://academic.oup.com/humrep/article/33/8/1374/5061901?login=false
- https://www.mayoclinic.org/medical-professionals/obstetrics-gynecology/news/asherman-syndrome-a-rare-collection-of-symptoms-that-can-profoundly-affect-patients/mac-20575535
- https://www.topdoctors.co.uk/medical-dictionary/asherman-s-syndrome/
- https://rarediseases.org/rare-diseases/ashermans-syndrome/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16561-ashermans-syndrome
- https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/540
- https://www.obgynia.com/obgyn/index.php/obgynia/article/view/603
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.








