5 Contoh Teks Khutbah Idul Adha, tentang Haji dan Kurban
Selepas salat Idul Adha, jamaah akan mendengarkan bacaan teks khutbah Idul Adha yang disampaikan oleh imam atau mubaligh.
Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari khutbah tersebut, bahkan jika dihayati tentu akan sangat membekas di hati.
Karena sama-sama memiliki khutbah, beberapa orang mungkin masih menyangka bahwa khutbah Idul Adha sama dengan khutbah Jumat.
Padahal, ada beberapa perbedaan, lho!
Hukum khutbah Jumat adalah wajib, sedangkan khutbah Idul Adha atau Idul Fitri hukumnya sunah.
Buat Dads yang sedang dapat giliran membacakan teks khutbah Idul Adha, bisa menyimak inspirasi bacaannya berikut ini.
Baca Juga: 5 Resep Rendang Daging Sapi Empuk untuk Idul Adha!
Perbedaan Khutbah Idul Adha dan Khutbah Jumat

Sebelum memahami contoh teks khutbah Idul Adha, penting juga untuk memahami perbedaan khutbah Idul Adha dengan khutbah Jumat.
Pelaksanaan khutbah Idul Adha memang tidak jauh berbeda dengan khutbah Jumat.
Hanya saja, ada sedikit perbedaan teknis antara khutbah Jumat dengan khutbah Idul Adha. Seperti:
- Khutbah Idul Adha dilakukan setelah salat Idul Adha. Sementara salat Jumat dilaksanakan setelah khutbah Jumat.
- Khutbah Jumat didahului oleh azan, sementara salat dan khutbah Idul Adha tidak didahului dengan azan dan iqamah.
- Khatib pada khutbah Idul Adha dianjurkan melafalkan takbir sebanyak 9 kali pada khutbah pertama, dan 7 kali pada khutbah kedua. Sementara dalam khutbah Jumat tidak disunahkan takbir.
- Duduk di antara dua khutbah termasuk rukun dalam khutbah Jumat, hukumnya wajib. Sementara dalam khutbah Idul Adha, ulama memiliki perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan sunah, ada juga yang berpendapat khutbah Idul Adha itu hanya satu kali.
Baca Juga: 8 Resep Gulai Kambing Empuk, untuk Persiapan Idul Adha!
Contoh Teks Khutbah Idul Adha tentang Kedermawanan

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
Jamaah salat Idul Adha rahimakumullah.
Mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT di pagi yang penuh berkah ini.
Kisah Nabi Ibrahim AS mengajarkan kesetiaan dan pengabdian kepada Sang Pencipta, menunjukkan bahwa cinta kepada Allah tak terhenti meski dihadapkan pada ujian dan cobaan.
Ujian adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan keimanan kita.
Ketika seseorang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, secara otomatis dan harus disadari juga bahwa dia sudah siap menerima ujian yang akan diberikan oleh Allah, sebagaimana firman Allah:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. al-Ankabut: 2).
Ujian yang diberikan Allah tidak untuk melemahkan, tapi untuk mengukur sejauh mana keimanan dan cinta kita kepada-Nya.
Sikap bijak dalam menghadapi ujian adalah mengambil hikmah sebagai pelajaran untuk meningkatkan kehidupan.
Spiritualitas seseorang tercermin dalam hubungannya dengan orang lain sehari-hari.
Islam mengajarkan ibadah tidak hanya secara vertikal kepada Allah, tetapi juga dimensi sosial seperti infak, zakat, dan qurban.
Contohnya, pada Idul Fitri, umat Islam diperintahkan untuk memberikan zakat fitrah kepada yang berhak.
Di hari raya Idul Adha, daging qurban tidak hanya untuk mereka yang berkurban, tapi juga untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan fakir.
Sebagaimana firman Allah saw:
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
Artinya: “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.
Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (Qs. al-Hajj: 28).
Ayat tersebut mengajarkan bahwa rezeki yang diberikan Allah tidak hanya untuk dinikmati sendiri, tapi juga untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.
Islam mendorong kita untuk menjadi dermawan dan peduli terhadap sesama, terutama saat melihat saudara kita dalam kesulitan.
Kita harus menghormati dan membantu orang-orang di sekitar kita, memperhatikan kebutuhan mereka, dan saling membantu dalam kesulitan.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar. Jamaah salat Idul Adha rahimakumullah.
Penting untuk dipahami oleh semuanya, bahwa jika kita berbuat baik pada orang lain, maka sejatinya kebaikan itu akan kembali pada diri kita, begitu pula sebaliknya, sebagaimana firman Allah swt:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Artinya: "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,...” (Qs. al-Isra’: 7)
Akhir khutbah, semoga kita semua diberikan kesembuhan dan kesehatan, diberi kekuatan untuk selalu beribadah.
Kita juga patut berdoa semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian yang menimpa kepada kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Baca Juga: 45 Twibbon Idul Adha 2024, Gratis dan Mudah Dipasang!
Contoh Teks Khutbah Idul Adha Singkat

Untuk lebih memahami isinya, berikut contoh teks Idul Adha singkat sekitar 8 menit yang dilansir NU Jabar:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
Jamaah salat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.
Marilah bersama-sama kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, momen ini mengingkatkan kepada seluruh hadirin dan khusus kepada diri sendiri untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sebab, hanya dengan bertakwa kepada Allah SWT lah, jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat akan kita peroleh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Dalam bulan Dzulhijjah, umat Islam di seluruh penjuru dunia dianjurkan untuk menjalankan dua amalan ibadah, di samping ibadah wajib yang dilakukan setiap harinya.
Dua amalan tersebut adalah melakukan ibadah haji dan ibadah kurban.
Pertama, ibadah haji. Pagi ini, umat Islam yang istitha’ah (mampu) sedang berduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqabah dan tahallul awal.
Setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arafah.
Kalimat talbiyah, labbaika allahumma labbaik berkumandang hampir di seluruh kawasan masy’aril haram. Kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.
Secara hukum, ibadah haji merupakan hal yang wajib bagi yang mampu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ
(Inna awwala baitiw wuḍi'a lin-nāsi lallażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-'ālamīn)
Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 96)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamdu Jamaah Salat Id Rahimakumullah.
Anjuran ibadah yang kedua yakni ibadah kurban. Ibadah ini berhukum sunnah ‘ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga.
Hal ini memiliki kaitan dengan ibadah haji yang bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.
Baca Juga: Puasa Sunah Idul Adha: Niat dan Keutamaannya, Masya Allah!
Pada hari ini, lebih dari 3.000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim A.S menjalankan praktik keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran, dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya.
Pada saat itu, Nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat luar biasa.
Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya diperintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya Nabi Ismail AS.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Selain itu, yang lebih penting adalah bagaimana memetik pelajaran dari perintah Allah SWT tersebut dalam kehidupan saat ini.
Ibadah haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat fisik.
Pelajaran yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan orang di tanah yang luas, kita merasa kecil.
Dalam kondisi seperti itu, tidak pantas bagi kita untuk sombong.
Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita.
Tolong menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah.
Karena, kita tidak bisa beribadah dengan baik tanpa ada sikap tolong menolong.
Sedangkan secara spiritual apa yang bisa kita rasakan, alami dan refleksikan di tanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita.
Hal ini terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air.
Dengan begitu, ibadah haji yang dijalankan akan memompa kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa.
Baca Juga: Salat Iduladha: Tata Cara, Niat, Doa Setelah Salat, dan Sunah yang Bisa Diamalkan
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar wa LillahiIlhamdu.
Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari melakukan ibadah kurban adalah dalam kehidupan ini tidak semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu spiritual.
Dalam kitab-kitab Fiqih disebutkan bahwa daging hewan kurban harus di sedekahkan dan tidak boleh diperjualbelikan.
Karena itu, dalam berkurban kita diajarkan bahwa dalam hidup ini semuanya tidak bisa sekadar materi, tidak sekedar dihitung dengan uang.
Semuanya selalu diperhitungkan dengan uang. Jika tidak memiliki uang, tidak punya kehormatan sehingga diremehkan.
Padahal, uang bukanlah segala-galanya karena ada yang lebih dari itu, yaitu spiritualitas.
Spiritual, yang berasal dari kata spirit yang berarti semangat.
Semangat untuk berkurban, berjuang, dan melakukan sesuatu pekerjaan tidak sekedar mencari harta benda.
Jamaah salat Id rahimakumullah.
Demikian khutbah yang bisa kami sampaikan. Semoga ibadah yang sedang dijalankan oleh para jamaah haji di tanah suci bisa menjadi haji yang mabrur.
Selain itu, ibadah kurban yang akan kita lakukan terhitung sebagai amal yang bisa membawa kita menjadi manusia yang tidak hanya sekedar bersikap materialistik, tetapi juga memiliki jiwa spiritualitas yang tinggi.
Contoh Teks Khutbah Idul Adha: Ibadah Kurban dan Kepedulian Sosial

Maʼasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Mari kita awali khutbah ini, dengan senantiasa mengungkapkan syukur dan terimakasih kepada Allah swt, dengan kalimat alhamdulillâhilladzi bi niʼmatihi tatimmusshalihat, yang telah mempertemukan kita semua pada momentum yang sangat luar biasa dan sakral, yaitu Hari Raya Idul Adha.
Mudah-mudahan hari raya ini bisa menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang suci, diampuni segala dosa dan diterima semua amal ibadah oleh-Nya.
Shalawat dan salam tak henti-hentinya kita haturkan, kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih, sebagai manusia terbaik dan utusan terbaik.
Karena berkah dakwah dan perjuangannyalah, kita semua bisa berkumpul saat ini dalam keadaan iman dan Islam.
Semoga kita semua diakui sebagai umatnya dan bisa mendapatkan syafaatnya, kelak pada hari kiamat.
Maʼasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah
Menumbuhkan kepedulian sosial dan empati kepada sesama saudara merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt yang bisa kita lakukan saat ini.
Dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, kita semua bisa lebih memahami nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan solidaritas yang diajarkan dalam Islam.
Sehingga, kita semua bisa menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat dan bantuan kepada sesama. Menjadi manusia yang bermanfaat dan peduli terhadap sesama, merupakan salah satu ajaran mulia dalam agama Islam.
Bahkan, Islam mengajarkan kepada kita semua, bahwa manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat terhadap sesama.
Pasalnya, dengan memberikan manfaat kepada orang lain, kita bisa menciptakan dampak positif dalam kehidupan mereka. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda:
ُعُهْم ِللَّناِس ْنَف َخْيُر الَّناِس َأ
Artinya, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.” HR ad-Daru Quthni dan al-Baihaqi).
Momentum Hari Raya Idul Adha merupakan waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan hadits ini.
Pada momentum ini, kita semua yang sudah mampu untuk berkurban, sangat dianjurkan untuk berkurban.
Tujuannya, selain sebagai bentuk patuh terhadap perintah Allah swt dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga untuk menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan empati kepada sesama manusia.
Pentingnya dan perintah berkurban telah ditegaskan dalam Al-Qurʼan, Allah swt berfirman:
َفَص ِّل ِلَرِّبَك َواْنَحْر
Artinya, “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” QS Al-Kautsar 108 2.
Maʼasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Hari Raya Idul Adha tidak hanya tentang ritual ibadah shalat dan takbir saja, namun juga untuk membangun dan memperkuat hubungan sosial.
Dan hal ini bisa kita raih dengan cara berkurban. Dengan berkurban, selain menjadi bentuk kepatuhan dan wujud syukur setiap Muslim kepada Allah, juga memiliki makna sosial yang sangat dalam, yaitu merasakan empati terhadap sesama yang kurang beruntung sekaligus memperkuat rasa kebersamaan dalam membagi rezeki
Oleh sebab itu, ibadah kurban harus benar-benar dibangun atas dasar kesadaran dan kepedulian yang tinggi kepada saudara-saudara yang kurang mampu, sehingga orangorang yang berkurban akan melakukannya dengan penuh ikhlas karena Allah semata.
Dan, semua ini tidak bisa kita raih selain dilandasi dan didasari oleh ketakwaan kepadaNya.
Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qurʼan:
ُه ال َّتْقَوى ِمْنُكْم ُلُحوُمَها َواَل ِدَماُؤَها َوَلِكْن َيَناُل َلْن َيَناَل َهَّللا
Artinya, “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.” QS Al-Hajj, 22 37.
Perintah untuk membangun kepedulian sosial kepada kerabat, saudara, fakir-miskin dan lainnya, juga tertuang dalam Al-Qurʼan surat An-Nisaʼ, Allah swt berfirman:
ْلَجاِر ِذي َمَساِكيِن َوا ْل َي َتاَمى َوا ْل ُقْرَبى َوا ْل َواْعُب ُدوا َهَّللا َواَل ُتْشِرُكوا ِبِه َشْيًئا َوِباْلَواِل َدْيِن ِإْحَساًنا َوِبِذي ا ْيَماُنُكْم ْلُجُنِب َوالَّصاِحِب ِباْلَجْنِب َواْبِن الَّسِبيِل َوَما َمَلَكْت َأ ْلَجاِر ا ُقْرَبى َوا ْل ا
Artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki.” QS An-Nisaʼ, 4 36.
Tidak hanya ayat di atas, Rasulullah juga menegaskan bahwa tidak sempurna iman orang yang hanya berpikir tentang perutnya sendiri dan mengenyangkannya, tanpa mempedulikan saudara dan tetangganya yang kelaparan.
Dalam hadits yang berasal Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda:
َلى َجْنِبِه ِذى َيْشَبُع َوَجاُر ُه َجاِئٌع ِإ ُمْؤِمُن اَّل ْل ْيَس ا َل
Artinya, “Tidaklah beriman, orang yang selalu kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lumbungnya.” HR Al-Baihaqi).
Maʼasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Itulah pentingnya menjadikan Idul Adha ini sebagai momentum untuk membangun kepedulian sosial dan empati terhadap sesama, yaitu dengan cara berkurban.
Oleh karena itu, hari raya tidak hanya tentang ibadah shalat sunnah saja, namun juga tentang kepedulian sosial kepada sesama, yaitu dengan cara berkurban.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjadikan momentum perayaan shalat sunnah Idul Adha ini sebagai ajang untuk membangun spirit kebahagiaan bersama, kepedulian bersama dan empati kepada orang-orang yang tidak mampu, sehingga harapannya, kita semua dijadikan hamba-hamba yang dicintai dan disenangi oleh Allah swt.
Demikian khutbah Idul Adha perihal ibadah kurban dan kepedulian sosial ini. Semoga bisa membawa bermanfaat dan membawa keberkahan bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Contoh Teks Khutbah Idul Adha: Menghidupkan Spirit Pengorbanan Nabi Ibrahim di Zaman Modern

Khutbah Pertama:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd...
Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa. Karena hanya dengan ketakwaan, kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hari ini kita berkumpul dalam suasana penuh syukur dan haru, menyambut hari raya Idul Adha yang sarat makna.
Idul Adha bukan sekadar perayaan, tetapi momentum spiritual untuk merenungkan nilai-nilai ketaatan, kesabaran, dan pengorbanan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Ibrahim rela menyembelih anak yang sangat dicintainya karena perintah Allah. Ismail pun dengan ikhlas menyerahkan dirinya.
Inilah puncak kepasrahan hamba kepada Tuhannya. Sebuah pelajaran agung bahwa ketaatan kepada Allah lebih utama daripada perasaan pribadi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari kisah agung ini, kita belajar bahwa berkurban bukan hanya menyembelih hewan, tapi menyembelih ego, hawa nafsu, dan keinginan duniawi yang menghalangi kedekatan kita dengan Allah.
Di era modern ini, mari kita hidupkan kembali semangat berkorban.
Jadilah hamba yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan harta untuk agama, keluarga, dan sesama.
Tak lupa, mari kita doakan saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, dan wilayah konflik lainnya. Semoga Allah beri mereka kekuatan dan kemenangan.
Allahu Akbar, walillahil hamd...
Contoh Teks Khutbah Idul Adha: Meneladani Keteguhan Nabi Ibrahim: Makna Ketaatan dan Pengorbanan Sejati”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillaahil hamd.
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, hingga kita bisa berkumpul dalam suasana penuh syukur dan khidmat di pagi hari yang agung ini—hari raya Idul Adha, hari raya pengorbanan dan ketundukan kepada Allah.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman.
Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Hari ini kita merayakan Idul Adha, hari yang tidak hanya identik dengan penyembelihan hewan kurban, tetapi juga momentum untuk merefleksikan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan yang agung.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ash-Shaffat ayat 102:
"Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"
Ia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Inilah puncak ketaatan dan ketundukan, baik dari Nabi Ibrahim AS sebagai ayah, maupun Nabi Ismail AS sebagai anak. Ketika cinta kepada Allah mengalahkan cinta kepada anak dan diri sendiri.
Betapa berat ujian yang dialami Nabi Ibrahim. Seorang ayah yang sudah menantikan anak selama puluhan tahun, diminta menyembelih anaknya sendiri. Tapi karena perintah Allah, beliau tidak ragu menjalankannya. Begitu pula Ismail, dengan penuh keikhlasan, ia siap menyerahkan dirinya.
Maka pengorbanan dalam Islam bukan hanya soal harta, melainkan pengorbanan perasaan, kenyamanan, dan kehendak pribadi, demi meraih keridhaan Allah SWT.
Khutbah Kedua
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Hari ini kita menyembelih hewan kurban, bukan untuk memuaskan nafsu makan atau sekadar ritual tahunan. Tapi untuk menghidupkan nilai taqwa dan kepedulian sosial.
Allah berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
"Daging dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu..."
Kurban adalah bentuk nyata kepedulian terhadap sesama. Di saat kita makan daging, ada saudara kita yang mungkin baru pertama kali menikmati makanan bergizi dalam setahun. Maka jangan pernah remehkan amal ini.
Lebih dari itu, Idul Adha juga mengingatkan kita untuk menyembelih sifat-sifat negatif dalam diri—kesombongan, egoisme, cinta dunia, dan malas beribadah.
Mari jadikan momen ini sebagai titik balik. Bangun hubungan yang lebih kuat dengan Allah, dan lebih peduli kepada sesama manusia.
Tak lupa, mari kita doakan saudara-saudara kita di daerah konflik, yang tak bisa merasakan hari raya seindah kita. Semoga Allah angkat penderitaan mereka dan hadirkan kedamaian.
Jamaah sekalian,
Tunaikan kurban dengan hati yang ikhlas. Semoga setiap tetes darahnya menjadi saksi ketulusan kita kepada Allah.
Jadikan Idul Adha ini sebagai langkah awal memperbaiki diri, memperbaiki hubungan kita dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Penutup
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd...
Semoga khutbah ini mengingatkan kita untuk senantiasa meneladani Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam hal ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan.
Mari kita jaga keikhlasan dalam beribadah, perkuat semangat berbagi, dan tumbuhkan solidaritas umat.
Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.
Baca Juga: 5+ Syarat Sah Hewan Kurban, Jangan Sampai Keliru!
Demikian contoh dari teks khutbah Idul Adha tentang hikmah berkurban dan ibadah haji.
Semoga dapat meningkatkan keilmuan dan keimanan kita, ya!
- https://jabar.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-singkat-hanya-5-menit-dua-ibadah-istimewa-yang-dianjurkan-di-bulan-dzulhijjah-9rwvz
- https://worldquran.com/
- https://islami.co/ini-perbedaan-khutbah-idul-fitri-dengan-khutbah-jumat/
- https://jombang.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-singkat-kurban-sarana-menjadi-pribadi-dermawan-rECgi
- https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-ibadah-kurban-dan-kepedulian-sosial-82hxw
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.