23 September 2025

Kehamilan Heterotopik: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Kehamilan heterotopik merupakan kehamilan yang jarang sekali terjadi

Intinya Nih, Moms:

  • Kehamilan heterotopik adalah kondisi langka dengan dua kehamilan di lokasi berbeda.
  • Satu janin tumbuh di rahim, satunya di luar rahim (umumnya tuba falopi).
  • Gejalanya sering mirip kehamilan normal atau ektopik.
  • Berisiko tinggi bila tidak segera ditangani.
  • USG awal penting untuk deteksi dan menjaga keselamatan ibu.

Kehamilan heterotopik merupakan kondisi yang jarang terjadi, tetapi berbahaya jika tidak terdeteksi sejak dini.

Pada kasus ini, seorang wanita mengalami dua kehamilan sekaligus di lokasi yang berbeda.

Satu janin tumbuh di dalam rahim dengan normal, sementara janin lainnya berkembang di luar rahim atau disebut kehamilan ektopik.

Yuk, ketahui lebih lanjut tentang kehamilan heteropik melalui artikel Orami berikut ini, Moms.

Apa Itu Kehamilan Heterotopik?

Apa Itu Kehamilan Heterotopik?
Foto: Apa Itu Kehamilan Heterotopik? (Es.lovetoknow.com)

Studi dari Journal of Cureus menjelaskan bahwa kehamilan heterotopik adalah kondisi ketika seorang wanita hamil di dua tempat sekaligus.

Satu janin berkembang normal di dalam rahim (disebut kehamilan intrauterin), sementara janin lainnya tumbuh di luar rahim, misalnya di tuba falopi (disebut kehamilan ektopik).

Dengan kata lain, ini seperti ada dua kehamilan dalam satu waktu, tetapi salah satunya berada di lokasi yang tidak seharusnya dan tidak bisa dipertahankan.

Gejala Kehamilan Heterotopik

Gejala Kehamilan Heterotopik
Foto: Gejala Kehamilan Heterotopik (Scarymommy.com)

Kehamilan heterotopik kadang sulit dikenali karena gejalanya mirip dengan kehamilan biasa.

Bahkan, sebagian perempuan tidak merasakan tanda apa pun sampai kondisinya cukup serius.

Namun, ada beberapa gejala yang bisa muncul, yaitu:

  • Pendarahan vagina yang tidak normal

Bisa berupa bercak darah ringan hingga perdarahan yang lebih banyak dari biasanya.

  • Nyeri perut atau kram

Rasa sakit bisa muncul ringan hingga sangat parah, biasanya di bagian bawah perut.

  • Nyeri di salah satu sisi tubuh

Karena janin ektopik biasanya berada di tuba falopi, rasa sakit bisa terasa di sisi kanan atau kiri perut.

  • Perut terasa kembung

Beberapa perempuan merasa perut penuh atau tidak nyaman meski tidak sedang makan banyak.

  • Pusing hingga pingsan

Ini bisa terjadi jika perdarahan dalam tubuh cukup banyak dan menyebabkan tekanan darah turun.

  • Mual dan muntah

Gejala ini mirip dengan kehamilan normal, tapi bisa lebih sering muncul jika ada masalah di luar rahim

Baca Juga: Bahaya Jarak Kehamilan Terlalu Dekat untuk Ibu dan Bayi

Penyebab Kehamilan Heterotopik

Penyebab Kehamilan Heterotopik
Foto: Penyebab Kehamilan Heterotopik (Heart.org)

Sampai sekarang, penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami.

Namun, ada beberapa penjelasan yang bisa membantu memahami mengapa kehamilan heteropik ini bisa terjadi:

1. Dua Sel Telur Dibuahi dalam Satu Waktu

Kadang, tubuh melepaskan lebih dari satu sel telur saat ovulasi.

Jika dua sel telur ini sama-sama dibuahi, maka keduanya bisa tumbuh di lokasi berbeda.

Satu menempel di rahim, sedangkan yang lain bisa menempel di tuba falopi atau area lain di luar rahim.

2. Kehamilan Ektopik Diikuti Kehamilan Normal

Ada juga kemungkinan kehamilan ektopik sudah terjadi lebih dulu.

Lalu, beberapa waktu kemudian, sel telur lain dibuahi dan berhasil menempel di rahim.

Akibatnya, ibu hamil mengalami dua kehamilan sekaligus, yaitu intrauterin dan ektopik.

3. Pengaruh Prosedur Bayi Tabung (IVF) atau Program Kesuburan

Pada perempuan yang menjalani fertilisasi in vitro (IVF) atau terapi hormon untuk merangsang pelepasan sel telur, risiko kehamilan heterotopik bisa meningkat.

Hal ini karena ada kemungkinan lebih dari satu embrio yang menempel di lokasi berbeda.

Diagnosis Kehamilan Heterotopik

Diagnosis Kehamilan Heterotopik
Foto: Diagnosis Kehamilan Heterotopik (Hopkinsmedicine.org)

Studi dari Journal of Ultrasonography menyebutkan bahwa diagnosis kehamilan heterotopik masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam ginekologi modern.

Meski begitu, ada beberapa cara yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosis kehamilan heteropik:

1. Pemeriksaan Gejala Klinis

Dokter akan menanyakan dan memeriksa keluhan ibu hamil, seperti pendarahan vagina yang tidak normal, nyeri perut yang parah, kram, pusing, atau pingsan.

Namun gejala ini mirip dengan masalah kehamilan lain, sehingga butuh pemeriksaan lebih lanjut.

2. Pemeriksaan USG

Ada beberapa pilihan pemeriksaan USG yang dapat dilakukan, yakni:

  • USG Transabdominal (dari perut): biasanya digunakan pertama kali, tapi sering tidak bisa mendeteksi kehamilan di luar rahim.
  • USG Transvaginal (melalui vagina): lebih detail dan bisa melihat adanya kantong kehamilan atau massa di luar rahim.

Dalam USG, dokter mencari akan mencari kantong kehamilan di dalam rahim, kantong atau massa lain di luar rahim (tuba falopi/rongga perut), detak jantung janin di dalam rahim, dan apakah ada tanda janin di luar rahim.

3. Tes Darah (Hormon B-hCG)

Pemeriksaan kadar hormon kehamilan B-hCG dilakukan berulang untuk melihat apakah perkembangan hormon sesuai dengan usia kehamilan.

Jika hasilnya tidak sesuai, bisa menandakan adanya masalah seperti kehamilan heterotopik.

4. Tindakan Medis Tambahan

Jika ibu datang dengan gejala parah (misalnya perut akut atau perdarahan dalam), dokter bisa langsung melakukan tindakan operasi laparoskopi atau laparotomi.

Selain sebagai terapi, tindakan ini juga membantu memastikan diagnosis.

Baca Juga: Kehamilan Gemeli: Penyebab, Perawatan, dan Komplikasi

Penanganan Kehamilan Heterotopik

Penanganan Kehamilan Heterotopik
Foto: Penanganan Kehamilan Heterotopik (Orami Photo Stock)

Dalam kehamilan heterotopik, janin yang di luar rahim tidak bisa bertahan hidup dan justru bisa membahayakan ibu jika dibiarkan.

Oleh karena itu, penanganan utamanya adalah menghentikan kehamilan ektopik sambil berusaha menjaga kehamilan normal di dalam rahim.

Cara yang dipilih tergantung kondisi ibu, lokasi kehamilan ektopik, serta tingkat keparahan gejalanya.

Berikut ini beberapa pilihan penanganan kehamilan heteropik yang perlu diketahui:

1. Observasi (Menunggu dengan Hati-hati)

Jika kondisi ibu stabil dan kehamilan ektopik tidak menimbulkan gejala serius, dokter bisa melakukan pemantauan ketat.

Namun, ini jarang dipilih karena risikonya tinggi bila tuba falopi pecah.

2. Perawatan Medis

Pada beberapa kasus, dokter bisa memberikan obat khusus (misalnya suntikan ke area kehamilan ektopik) untuk menghentikan pertumbuhan jaringan kehamilan di luar rahim.

Cara ini lebih aman bila posisi dan ukuran kehamilan ektopik memungkinkan.

3. Tindakan Operasi

Menurut studi dari Journal of Frontiers, bagi ibu hamil yang mengalami kehamilan heterotopik, operasi sering menjadi pilihan untuk mengangkat kehamilan ektopik.

Kabar baiknya, jika operasi dilakukan lebih cepat, ukuran janin ektopik masih kecil, dan posisinya berada di bagian ampula tuba falopi (bagian tengah saluran tuba), maka peluang mempertahankan kehamilan normal di dalam rahim akan lebih besar.

Operasi bisa berupa:

  • Laparoskopi: operasi dengan sayatan kecil menggunakan kamera, biasanya dipilih jika kondisi masih terkendali.
  • Laparotomi: operasi dengan sayatan lebih besar di perut, dilakukan bila kondisi darurat, misalnya saat tuba falopi sudah pecah.

Dalam operasi, dokter akan mengangkat kehamilan ektopik dan kadang juga tuba falopi yang rusak.

Setelah penanganan, dokter juga akan melakukan hal-hal berikut ini:

  • Pemantauan B-HCG: setelah tindakan, kadar hormon kehamilan akan dipantau melalui tes darah untuk memastikan semua jaringan ektopik sudah benar-benar hilang.
  • USG rutin: dilakukan untuk memantau kehamilan di dalam rahim, apakah masih berkembang dengan baik.
  • Perawatan ibu: dokter akan memberi obat untuk pemulihan, menjaga nutrisi, serta menyarankan istirahat cukup.

Baca Juga: 5 Penyebab Air Ketuban Keruh dan Risikonya pada Kehamilan

Itulah penjelasan seputar kehamilan heteropik yang perlu dipahami. Semoga bermanfaat, ya!

  • https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6894893/
  • https://www.frontiersin.org/journals/medicine/articles/10.3389/fmed.2022.864560/full
  • https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6444310/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.