21 April 2025

Biografi Kartini: Masa Kecil, Remaja, Dewasa, hingga Wafat

Semangatnya bisa menginspirasi perempuan Indonesia

Berkat jasanya, Moms harus mengetahui biografi RA Kartini.

Raden Adjeng Kartini adalah salah satu pahlawan perempuan Indonesia.

Hidup pada masa penjajahan Belanda, membuat kehidupan RA Kartini sebagai perempuan adalah hal yang sulit.

Namun, alih-alih menyerah Kartini malah menyebarkan rasa semangat juangnya pada perempuan lain yang hidup pada masanya.

Melalui perjuangannya, kini perempuan di Indonesia bisa merasakan kesamaan derajat dengan pria.

Menjadi salah satu pahlawan dengan jasanya yang besar, Moms perlu menceritakan kehidupan Kartini pada Si Kecil.

Lantas, bagaimana perjalanan kehidupan RA Kartini? Simak biografi RA Kartini singkat di bawah ini, yuk Moms!

Biodata RA Kartini

Kartini
Foto: Kartini (Collectie.wereldculturen.nl)
  • Lahir: 21 April 1879
  • Meninggal: 17 September 1904
  • Anak: Soesalit Djojoadhiningrat
  • Saudara kandung: Kardinah, Roekmini, Soematri, Slamet, Sulastri, Busono, Sosrokartono, Muljono, Rawito
  • Orang tua: Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, M.A. Ngasirah
  • Pasangan: Raden Adipati Joyodiningrat (m. 1903–1904)
  • Pendidikan: Europeesche Lagere School

Silsilah Keluarga Raden Ajeng Kartini

Silsilah Keluarga Kartini (Kibrispdr.org)
Foto: Silsilah Keluarga Kartini (Kibrispdr.org)

R.A. Kartini lahir dari keluarga yang berasal dari kelas bangsawan atau priyayi.

Karena itulah ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya. Gelar Raden Ajeng ini digunakan semasa ia masih gadis dan belum menikah.

Setelah menikah, gelar kebangsawanan tersebut berubah menjadi Raden Ayu. Ini diambil berdasarkan tradisi Jawa yang dianut keluarganya.

Raden Ajeng Kartini ini pun membawa nama besar dari orang tuanya.

Ibunya, M.A Ngasirah adalah putri seorang ulama. Sementara itu, sang ayah yakni Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, adalah seorang bangsawan Jawa.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Nama-nama saudara kandung maupun tiri di antaranya, yakni:

  • Satrio Soematri
  • Kartinah
  • R.A Roekmini
  • Kardinah
  • Sulastri
  • Busono, dan lainnya

Di usia 12 tahun, Kartini menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat dan dikaruniai seorang anak laki-laki.

Putra semata wayangnya adalah bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.

Biografi RA Kartini

Raden Ajeng Kartini
Foto: Raden Ajeng Kartini (Id.wikipedia.org)

Ingin menceritakan kisah kehidupan Kartini pada Si Kecil? Moms bisa melihat biografi RA Kartini singkat di bawah ini mulai dari kelahiran hingga wafat.

1. Kelahiran RA Kartini

Biografi RA Kartini dimulai ketika waktu kelahirannya. Sebagai informasi Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.

Hari kelahiran Kartini kini diperingati sebagai Hari Kartini setiap tahunnya di Indonesia.

Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa, sehingga ia mendapatkan gelar Raden Adjeng atau R.A.

Ayah Kartini bernama Raden Adipati Ario Sosroningrat dan ibunda Kartini bernama M.A Ngasirah. Darah biru di dalam diri Kartini hadir berkat ayahnya.

Sebab, ayah Kartini merupakan putra dari Pangeran Ario Tjondro IV.

Kehidupan orang tua Kartini pun cukup sulit, ini karena sang ibu hanya gadis sederhana, bahkan seorang rakyat jelata dari Teluk Awur.

Berbanding terbalik, Raden Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan keturunan ningrat merasa jatuh cinta kepada M.A Ngasirah dan memutuskan untuk menikah.

Namun, keputusan Raden Adipati Ario Sosroningrat menikah dengan ibunda Kartini ternyata melanggar aturan kolonial Belanda, dimana sosok bangsawan harus memilih keluarga bangsawan juga.

Hingga akhirnya hal ini membuat Raden Adipati Ario Sosroningrat sulit menjadi bupati Jepara.

Untuk menuju kekuasaanya Raden Adipati Ario Sosroningrat memutuskan untuk menikahi gadis lain yang berasal dari kerajaan Madura.

Berkat pernikahan keduanya, ayah Kartini bisa menjadi bupati Jepara.

Tak lama dari pemilihannya sebagai bupati, RA Kartini lahir.

2. Masa Kecil Kartini

Masa kecil Kartini terbilang cukup penuh lika-liku. Di usianya yang menginjak 12 tahun, ia baru diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School).

Di tempat ini ia mempelajari bahasa asing, salah satunya bahasa Belanda.

Karena kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, ia mengisi waktu luang dengan belajar dan menulis surat untuk teman-teman Belandanya.

Salah satu teman masa kecil yang mendukungnya adalah Rosa Abendanon.

Isi surat yang disampaikan tersebut yakni berisi penindasan Belanda terhadap penduduk asli Pulau Jawa.

Praktik poligami dan ketidaksetaraan gender menjadi poin penting yang ia sampaikan.

3. Masa Remaja Kartini

Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 saudara kandung dan tiri. Ia merupakan anak perempuan tertua dari sederet saudara kandunganya.

Di masa kehidupan remajanya, Kartini mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di sekolah di ELS (Europese Lagere School) saat usianya 12 tahun.

Dari kesempatannya belajar di ELS, Kartini berhasil memahami Bahasa Belanda.

Kemudian kecerdasan Kartini semakin meningkat dari hari kehari, tetapi sayangnya keingin Kartini untuk sekolah lebih tinggi harus dipatahkan.

Pada usia 15 tahun, Kartini terpaksa harus berhenti sekolah. Ini terjadi karena pada usia tersebut, wanita-wanita yang hidup di masa Kartini harus sudah dipingit.

Karena Kartini tidak memiliki pilihan lainnya, akhirnya ia menuruti keputusan tersebut.

Namun, karena keinginannya untuk belajar sangatlah tinggi, masa pingit Kartini dipenuhi dengan rasa gundah gulana.

Beruntungnya, berkat dirinya bersekolah di ELS Kartini memiliki sahabat dari Belanda bernama Rosa Abendanon yang bisa ia ajak bertukar pikiran selama dipingit.

Proses tukar pikiran antara Kartini dan Rosa ini dilakukan melalui surat.

Kemampuan Kartini berbahasa Belanda membuat keduanya mudah untuk berkomunikasi.

Melalui surat tersebut, Kartini juga mempelajari tentang kehidupan dan pola pikir perempuan-perempuan di Eropa.

Selain menghabiskan waktu dengan surat-menyurat Kartini juga gemar membaca majalah hingga buku agar dirinya tetap mengetahui informasi luar.

Dengan berbekal informasi dari Rosa dan majalah-majalah yang ia baca, Kartini mengetahui bahwa kehidupan perempuan di Eropa dan Indonesia sangat bertolak belakang.

Dimana Kartini menyadari bahwa perempuan Indonesia tidak memiliki kesetaraan dengan laki-laki, kebebasan dalam segala hal, termasuk otonomi serta kesetaraan hukum.

Menyadari adanya masalah tersebut, Kartini memiliki keinginan untuk memajukan nasib perempuan-perempuan di sekitarnya.

4. Dipingit di Usia Muda

Sosok Kartini juga digambarkan sebagai seorang perempuan yang memiliki kegemaran dalam belajar.

Meski pernah didiskriminasi saat sekolah, Kartini tetap rajin membaca buku dan mempelajari berbagai bahasa asing.

Sayangnya, ia pada saat itu hanya boleh menempuh pendidikan sampai sekolah dasar.

Hal ini lantaran ia dipingit oleh Raden Adipati Joyodiningrat pada 12 November 1903.

Ia kehilangan masa kecilnya dan menghabiskan waktu di rumah dalam beberapa waktu lamanya.

5. Kartini Dewasa

Setelah harus dipinggit sejak usia 15 tahun, akhirnya Kartini dinikahkan pada usia 24 tahun, tepatnya di tanggal 12 November 1903.

Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, tetapi bukan menjadi istri pertama, melainkan dijadikan istri keempat.

Masih dengan pendiriannya yang ingin memajukan nasib perempuan, Kartini didukung penuh oleh sang suami.

Bahkan Kartini diberikan kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur kompleks kantor kabupaten Rembang saat itu.

Melalui sekolah tersebut semangat Kartini menguat dan tak dapat membendung untuk mewujudkan keinginannya membebaskan para wanita.

Kehidupan rumah tangga Kartini dan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dianugerahi seorang anak laki-laki bernama, Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.

6. Wafatnya R.A Kartini

Wafatnya R.A Kartini (Pinterest.com)
Foto: Wafatnya R.A Kartini (Pinterest.com)

Pernikahan Kartini tak berjalan lama, sebab ia meninggal pada 17 September 1904.

Ini tepat setahun lamanya setelah ia menikah. Penyebab ia meninggal dunia karena komplikasi melahirkan anak pertamanya.

Beberapa hari sejak kelahiran anaknya Kartini meninggal pada usia 25 tahun, yaitu pada tanggal 17 September 1904, tepat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Kepergian Kartini cukup mengejutkan masyarakat di sekitarnya, hal ini karena selama masa kehamilan Kartini tampak sehat dan bugar.

Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Meski mimipinya banyak yang belum tercapai, setelah kepergiannya di tahun 1912, sekolah wanita dibangung oleh Yayasan Katini yang diberi nama Sekolah Kartini di Semarang.

Selain di Semarang, sekolah ini dibangung di kota lainnya, seperti Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan lainnya.

7. Terbitnya Kumpulan Surat Kartini setelah Wafat

Sekitar 7 tahun setelah kematiannya, buku yang berisi surat-surat pribadi tersebut mulai dipublikasikan. Ini dibantu oleh sahabatnya yakni Jacques H. Abendanon.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan pada tahun 1911.

Melalui buku ini, pemikiran Kartini tentang emansipasi perempuan dan pendidikan dikenal luas, menjadikannya simbol perjuangan perempuan Indonesia.

Baca Juga: Sejarah RA Kartini dan Perjuangannya dalam Emansipasi Wanita

Itulah biografi RA Kartini singkat yang bisa Moms ajarkan dan ceritakan pada Si Kecil.

Tanamkan rasa semangat juang Kartini pada Si Kecil untuk mengejar mimpi-mimpinya, ya Moms!

  • https://repositori.kemdikbud.go.id/27589/
  • https://sma.dikdasmen.go.id/data/files/Buku%20Kartini%20final.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.