23 May 2025

Apa Itu Brain Rot? Kenali Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi konten receh di media sosial
Apa Itu Brain Rot? Kenali Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Foto: Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com

Brain rot merupakan istilah yang semakin sering terdengar di era digital saat ini, terutama di kalangan pengguna aktif media sosial.

Jika pernah merasa lelah secara mental setelah lama scrolling media sosial atau merasa kesulitan fokus setelah menonton deretan video pendek yang tak berhenti-henti, bisa jadi Moms sedang mengalami brain rot.

Meskipun bukanlah penyakit medis, namun efek brain rot sangatlah nyata.

Fenomena ini bisa menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Apa Itu Brain Rot?

Apa Itu Brain Rot?
Foto: Apa Itu Brain Rot? (Freepik.com/jcomp)

Lantas, apa itu brain rot?

Melansir laman Merriam Webster, brain rot adalah istilah gaul yang digunakan untuk menyebut konten digital yang tidak bermanfaat atau bikin ketagihan, yang biasanya ditemukan di internet atau media sosial.

Konten seperti ini bisa menyita perhatian seseorang terus-menerus, sehingga dianggap bisa memengaruhi cara berpikir dan kesehatan mentalnya.

Istilah ini menggabungkan kata "brain" (otak) dan "rot" (pembusukan), yang menggambarkan kondisi di mana seseorang terlalu terfokus pada konten digital berkualitas rendah hingga mengalami penurunan fungsi kognitif.

Tanda-tanda Brain Rot

Tanda-tanda Brain Rot
Foto: Tanda-tanda Brain Rot (Orami Photo Stocks)

Kira-kira, apa saja yang menjadi tanda seseorang mengalami brainrot? Berikut ini di antaranya:

  • Susah fokus dan mudah terdistraksi
  • Mudah lupa hal-hal penting
  • Lebih suka scrolling daripada berinteraksi langsung
  • Susah lepas dari gadget
  • Sering mengecek notifikasi yang tidak penting
  • Terlalu banyak menonton konten receh
  • Susah tidur atau pola tidur berantakan
  • Mata cepat lelah atau sering sakit kepala
  • Mudah cemas atau merasa kosong
  • Sulit berpikir jernih atau menyelesaikan tugas berat

Baca Juga: 9 Dampak Positif dan Negatif Internet terhadap Anak, Pahami!

Dampak Brain Rot

Dampak Brain Rot
Foto: Dampak Brain Rot (Freepik.com/syda_productions)

Meskipun bukan istilah medis resmi, fenomena ini telah menjadi perhatian serius karena dampaknya yang nyata terhadap kesejahteraan mental dan kemampuan berpikir seseorang.

Berikut beberapa dampak dari brain rot yang penting untuk Moms dan Dads waspadai.

1. Penurunan Konsentrasi dan Rentang Perhatian

Salah satu dampak utama dari brainrot adalah menurunnya kemampuan untuk fokus dalam waktu lama.

Melansir laman The Economic Times, rata-rata orang sekarang hanya bisa fokus pada satu layar selama 47 detik, padahal di tahun 2004 masih bisa fokus sampai 2,5 menit.

Masalah ini bukan hanya karena kecanduan gadget.

Banyaknya notifikasi, berita yang terus muncul setiap saat, dan kebiasaan melakukan banyak hal sekaligus (multitasking) juga membuat otak kita kewalahan.

Dahulu, otak kita dirancang untuk cepat tanggap demi bertahan hidup.

Namun sekarang, otak jadi terbiasa menerima rangsangan instan seperti video pendek dan informasi cepat, sehingga kemampuan berpikir mendalam jadi menurun.

Kita pun lebih mudah terdistraksi, sulit menyelesaikan pekerjaan, dan tidak lagi menikmati kegiatan yang butuh perhatian penuh seperti membaca atau berdiskusi.

2. Kelelahan Mental

Ketika otak terus-menerus menerima rangsangan dari notifikasi, video pendek, atau informasi yang tidak penting, ia bekerja tanpa henti dan akhirnya menjadi lelah.

Berbeda dengan kelelahan fisik yang terasa di tubuh, kelelahan mental terjadi di pikiran, ditandai dengan sulit fokus, mudah lupa, cepat marah, dan merasa tidak bersemangat meski tidak melakukan aktivitas berat.

Jadi, Moms mungkin merasa sibuk, tapi tidak benar-benar produktif.

Kondisi ini bisa saja makin parah jika tidak diatasi.

Tanpa jeda untuk otak beristirahat, kemampuan berpikir jernih dan mengambil keputusan pun dapat menurun.

3. Penurunan Kemampuan Mengingat

Dampak dari brainrot lainnya adalah dapat menurunkan kemampuan mengingat.

Kondisi ini terjadi akibat paparan berlebihan terhadap konten digital yang dangkal dan cepat, seperti video pendek dan doomscrolling di media sosial.

Otak menjadi terbiasa menerima informasi instan tanpa proses mendalam, sehingga kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi jangka panjang menurun.

4. Desensitisasi Emosional

Dampak signifikan dari brain rot berikutnya adalah desensitisasi emosional, yaitu penurunan respons emosional terhadap rangsangan yang sebelumnya memicu reaksi kuat.

Dalam konteks digital, ini terjadi ketika seseorang terlalu sering terpapar konten negatif atau kekerasan di media sosial, sehingga menjadi kurang peka terhadap penderitaan atau kekerasan yang sebenarnya.

Dengan begitu, empati terhadap penderitaan orang lain dapat menurun, sementara toleransi terhadap kekerasan atau perilaku agresif meningkat.

Seseorang yang mengalami brainrot juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam merespons situasi emosional secara tepat.

5. Gangguan Tidur

Menurut studi yang dipublikasikan di Frontiers in Psychiatry, screen time di tempat tidur, berapa pun jenis aktivitasnya, dapat berdampak negatif terhadap tidur terutama meningkatkan risiko insomnia dan mengurangi durasi tidur.

Meskipun media sosial sering dianggap penyebab utama, hasil studi ini menunjukkan bahwa aktivitas layar lainnya pun memberikan dampak yang serupa.

Hal ini karena paparan cahaya biru dari layar gadget dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur alami tubuh.

Selain itu, stimulasi emosional dari konten digital juga dapat membuat otak tetap aktif, sehingga sulit untuk tertidur.

6. Meningkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi

Melansir laman Verywell Mind, seseorang yang terlalu sering terpapar berita di media sosial atau platform lainnya memiliki risiko terkena gangguan kesehatan mental yang lebih tinggi.

Sebab, melihat konten negatif di media sosial yang terlalu sering bisa membuat kita merasa bahwa dunia ini menakutkan dan penuh bahaya.

Jadi, timbul rasa cemas berlebihan dan bahkan membuat seseorang jadi depresi.

Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali hanya memberi kesan seperti terhubung dengan orang lain, padahal sebenarnya tidak membawa manfaat nyata.

Akibatnya, kita bisa merasa semakin kesepian dan terasingkan.

Ditambah lagi, media sosial sering menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis yang membuat banyak orang jadi tidak percaya diri atau bahkan membenci penampilan tubuhnya sendiri.

Hal ini bisa memicu gangguan makan, masalah citra tubuh, dan perasaan negatif terhadap diri sendiri.

Baca Juga: 5 Manfaat Digital Detox, Baik untuk Kesehatan Mental

Cara Mengatasi Brain Rot

Cara Mengatasi Brain Rot
Foto: Cara Mengatasi Brain Rot (Freepik.com/pch-vector)

Bagaimana cara mengatasi brainrot? Beberapa cara berikut ini bisa membantu.

  • Batasi waktu penggunaan gadget setiap hari
  • Hindari penggunaan gadget menjelang tidur
  • Kurangi konsumsi konten receh dan tidak bermanfaat
  • Gunakan teknik Pomodoro (fokus 25 menit, istirahat 5 menit) untuk meningkatkan fokus
  • Aktiflah dalam kehidupan sosial secara langsung
  • Lakukan detoks digital secara berkala, misalnya satu hari dalam seminggu
  • Kelola notifikasi dan aplikasi yang mengganggu
  • Tidur cukup dan atur waktu istirahat dengan baik
  • Cari bantuan profesional jika dibutuhkan

Baca Juga: 12 Dampak Media Sosial dari Sisi Positif dan Negatif

Dengan melakukan cara-cara di atas, Moms dapat mengurangi dampak buruk brain rot sekaligus menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup di tengah kehidupan digital yang serba cepat.

  • https://economictimes.indiatimes.com/magazines/panache/is-your-attention-span-shrinking-with-every-scroll-new-study-reveals-a-shocking-decline-here-is-how-to-take-back-control/articleshow/121248355.cms
  • https://www.merriam-webster.com/slang/brain-rot
  • https://www.verywellmind.com/brainrot-8677487
  • https://www.health.com/study-screen-use-in-bed-insomnia-11701831#citation-1
  • https://www.frontiersin.org/journals/psychiatry/articles/10.3389/fpsyt.2025.1548273/full

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.