8 Penyakit Kulit pada Bayi dan Cara Tepat untuk Mengatasinya
Penyakit kulit pada bayi umum terjadi mengingat kulit Si Kecil yang tipis dan sensitif cenderung lebih rentan terhadap berbagai masalah.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua baru untuk mengetahui apa saja penyakit kulit yang umum terjadi pada bayi, bagaimana mencegahnya, serta langkah-langkah yang harus diambil ketika kulit bayi menunjukkan tanda-tanda masalah.
Penyakit Kulit pada Bayi
Apa saja penyakit kulit pada bayi yang umum terjadi? Berikut di antaranya yang perlu orang tua waspadai.
1. Intertrigo

Salah satu penyakit kulit pada bayi yang dapat dialami oleh Si Kecil yakni intertrigo.
Melansir laman American Family Physician, intertrigo adalah kondisi peradangan pada lipatan kulit yang disebabkan oleh gesekan antar kulit dan dapat diperparah oleh kelembapan atau panas.
Kondisi ini biasanya muncul sebagai ruam merah pada bagian leher, ketiak, lipatan paha, atau di bawah payudara.
Intertrigo sering ditemukan pada bayi yang memiliki kelebihan berat badan atau yang sering berkeringat.
Kelembapan yang terjebak di lipatan kulit ini menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri atau jamur, bahkan dapat menyebabkan infeksi sekunder jika tidak ditangani dengan benar.
Untuk mengatasinya, pastikan Moms membersihkan dan mengeringkan area yang terkena.
Pilih juga popok yang pas dan sering menggantinya untuk menghindari kelembapan berlebih.
Selain itu, mengenakan pakaian yang longgar dan terbuat dari bahan yang menyerap kelembapan juga dapat membantu mencegah terjadinya gesekan dan iritasi lebih lanjut.
2. Biang Keringat

Bayi lebih rentan mengalami biang keringat dibandingkan orang dewasa karena saluran keringat mereka masih berkembang.
Biang keringat dapat muncul sebagai benjolan atau lepuhan pada kulit dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya.
Menurut National Library of Medicine, biang keringat, yang juga dikenal sebagai panas dalam atau miliaria, adalah kondisi kulit yang terjadi ketika kelenjar keringat dan saluran tersumbat.
Hal ini menyebabkan keringat mengalir kembali ke epidermis dan dermis, yaitu lapisan permukaan kulit dan lapisan jaringan di bawahnya, sehingga menyebabkan ruam yang terasa gatal, tidak nyaman, dan seperti terbakar.
Untungnya, biang keringat biasanya tidak memerlukan intervensi medis yang serius karena kondisi ini cenderung mereda dengan sendirinya.
Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah keparahan ruam, seperti menjaga kulit bayi tetap kering dan sejuk, mandi dengan air dingin, dan kenakan pakaian yang longgar
3. Eksim

Eksim yang juga dikenal sebagai dermatitis atopik adalah salah satu jenis penyakit kulit pada bayi yang umum terjadi.
Ini merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peradangan kulit yang menyebabkan iritasi, kemerahan, dan rasa gatal yang intens.
Dalam beberapa kasus, kulit dapat membentuk vesikel atau gelembung kecil yang pecah dan meneteskan cairan.
Jika kondisi ini tidak ditangani, eksim dapat berkembang menjadi lebih parah dengan munculnya luka terbuka, nanah, dan kerak pada area yang terkena.
Terjadinya eksim pada bayi sering kali terkait dengan faktor genetik, di mana riwayat keluarga dengan eksim, asma, atau alergi lainnya dapat meningkatkan risiko seorang bayi untuk mengembangkan kondisi ini.
Selain itu, lingkungan yang kering atau perubahan suhu yang ekstrem juga bisa memicu atau memperburuk gejala eksim.
Faktor lain yang dapat memicu eksim antara lain alergen seperti bulu hewan, debu, dan bahan iritan seperti sabun dan deterjen.
4. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik pada bayi atau yang sering disebut dengan istilah cradle cap merupakan kondisi kulit yang umum terjadi pada bayi.
Melansir laman Johns Hopkins Medicine, penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak bersisik yang tebal pada kulit kepala bayi, serta bisa juga muncul pada wajah, leher, atau area popok.
Sisik-sisik tersebut biasanya berwarna putih atau kuning dan bisa terlihat seperti ketombe tebal atau kerak.
Penyebab pasti dari dermatitis seboroik tidak sepenuhnya dipahami, tetapi kondisi ini tidak menular, tidak disebabkan oleh infeksi, alergi, atau karena kebersihan yang buruk.
Dermatitis seboroik pada bayi biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan, tetapi ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola gejala dan mempercepat proses penyembuhan.
Misalnya dengan membersihkan kulit kepala secara rutin dengan sampo bayi yang lembut dan menggosoknya secara lembut menggunakan sikat berbulu untuk membantu menghilangkan sisik.
Mengoleskan minyak bayi atau petroleum jelly sebelum mandi juga dapat melunakkan sisik, sehingga membuatnya lebih mudah untuk dibersihkan.
Pada kasus yang lebih persisten, dokter mungkin akan merekomendasikan sampo yang mengandung ketoconazole atau hydrocortisone untuk mengurangi peradangan dan pertumbuhan jamur.
5. Impetigo

Penyakit kulit pada bayi selanjutnya yang umum terjadi yakni impetigo.
Impetigo adalah infeksi kulit menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes yang masuk melalui luka kecil pada kulit, seperti goresan, gigitan serangga, atau iritasi kulit lainnya.
Impetigo sering terjadi di area yang terbuka seperti wajah, tangan, dan kaki, tetapi juga dapat muncul di area popok atau lipatan kulit.
Impetigo dapat ditandai dengan munculnya gelembung atau lepuhan kecil yang pecah dan berubah menjadi kerak kuning kecoklatan atau keemasan yang khas, sering kali disertai kemerahan dan rasa gatal di sekitar lesi.
Infeksi ini bisa menyebar dengan cepat melalui kontak fisik atau melalui barang-barang yang terkontaminasi seperti handuk, mainan, atau pakaian.
Pengobatan impetigo biasanya melibatkan pembersihan area yang terinfeksi dan aplikasi antibiotik topikal.
Dalam kasus yang lebih serius atau luas, antibiotik oral mungkin diperlukan.
Penting untuk menjaga kebersihan yang baik dan menghindari berbagi barang pribadi untuk mencegah penyebaran penyakit.
Selain itu, bayi yang terinfeksi harus dijaga agar tetap terisolasi dari orang lain untuk menghindari penularan hingga mereka tidak lagi menular, biasanya setelah 24 jam pengobatan dengan antibiotik.
6. Ruam Popok

Penyakit kulit pada bayi yang juga umum terjadi pada Si Kecil adalah ruam popok.
Kondisi ini ditandai dengan adanya iritasi pada kulit di area yang tertutup oleh popok, biasanya termasuk kemerahan, ruam, dan kadang-kadang lecet atau luka.
Menurut National Health Service, ruam popok pada bayi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Kulit bayi yang bersentuhan dengan urine atau feses dalam waktu lama
- Tidak membersihkan area popok atau mengganti popok cukup sering
- Popok yang menggesek kulit bayi
- Reaksi alergi terhadap sabun atau deterjen
- Iritasi dari tisu bayi yang mengandung wewangian atau alkohol
- Efek samping dari beberapa jenis obat seperti antibiotik atau obat pencahar (yang digunakan untuk membuat bayi buang air besar lebih sering), dan thrush (infeksi jamur)
Untuk mengatasi ruam popok, pastikan Moms sering mengganti popok yang basah atau kotor dan membersihkan area popok dengan lembut menggunakan air hangat atau tisu bayi bebas alkohol dan wewangian.
Setelah itu, keringkan area tersebut dengan menepuk-nepuk secara perlahan.
Oleskan juga krim seperti zinc oxide atau petroleum jelly untuk melindungi kulit bayi dari kelembapan sehingga ruam tak semakin menyebar.
Jangan lupa pastikan popok yang digunakan tidak terlalu ketat dan memiliki daya serap yang baik.
Jika ruam tidak membaik atau tampak parah, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai, ya.
7. Milia

Si Kecil juga bisa saja mengalami milia, yakni benjolan kecil berwarna putih yang sering muncul pada kulit bayi, khususnya di wajah, tetapi juga bisa ditemukan di bagian tubuh lain.
Studi dari Indian Journal of Paediatric Dermatology menyebutkan bahwa milia merupakan kista kecil yang berisi keratin, protein yang ditemukan di lapisan luar kulit, rambut, dan kuku.
Milia pada bayi terjadi ketika kelenjar keringat atau folikel rambut tersumbat.
Kondisi ini biasanya tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada bayi dan umumnya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan tanpa perlu intervensi medis.
Namun, jika milia menyebar secara luas atau bertahan lama, mungkin diperlukan pemeriksaan lebih lanjut agar bisa ditangani dengan tepat.
8. Hemangioma Infantil

Jenis penyakit kulit pada bayi lainnya yang juga dapat dialami Si Kecil yakni hemangioma infantil.
Melansir laman Kids Health, hemangioma infantil sebenarnya merupakan tumor jinak yang terdiri dari kumpulan pembuluh darah yang tumbuh berlebihan di bawah atau di permukaan kulit.
Hemangioma sering kali tidak terlihat pada saat kelahiran, tetapi mulai muncul dan tumbuh beberapa hari hingga bulan setelah bayi lahir.
Hemangioma infantil biasanya terjadi di kepala atau leher, tetapi juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya dan bahkan pada organ internal seperti hati atau paru-paru.
Kondisi ini akan mulai mengecil dan menghilang seiring pertumbuhan anak, sering kali selesai mengecil ketika anak berusia sekitar 5 hingga 7 tahun.
Walaupun banyak hemangioma yang hilang tanpa meninggalkan bekas, pada beberapa kasus mungkin dapat meninggalkan bekas berupa kulit kendur atau berubah warna.
Meskipun sebagian besar hemangioma tidak menimbulkan masalah dan hilang dengan sendirinya, beberapa bisa menyebabkan komplikasi tergantung pada lokasi dan ukurannya, seperti mengganggu penglihatan, pernapasan, atau menyebabkan pendarahan dan ulserasi.
Dalam kasus yang jarang, hemangioma yang besar atau berlokasi strategis dapat memerlukan intervensi medis, seperti pengobatan dengan obat-obatan, pembedahan, atau metode pengobatan lainnya untuk mengelola gejala atau mencegah komplikasi.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Body Lotion Anak, Menjaga Kulit Anak Lembab!
Nah, Moms itulah penyakit kulit pada bayi yang umum terjadi.
Namun, jangan takut. Ikuti saja solusi di atas dari untuk mengatasinya, ya!
Jika gejala penyakit kulit pada bayi semakin memburuk, jangan ragu untuk membawa Si Kecil ke dokter.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21693-intertrigo
- https://www.healthline.com/health/intertrigo#_noHeaderPrefixedContent
- https://nationaleczema.org/8-survival-tips-caring-eczema-baby/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3862747/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5574071/
- https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=455&language=English#:~:text=The%20most%20common%20skin%20conditions,vascular%20malformations%20and%20melanocytic%20nevi.
- https://www.nhs.uk/conditions/baby/caring-for-a-newborn/nappy-rash/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15786-cradle-cap-seborrheic-dermatitis-in-infants
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537176/
- https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2005/0901/p833.html
- https://www.whattoexpect.com/first-year/baby-care/baby-skin-care/impetigo.aspx
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/seborrheic-dermatitis-cradle-cap#:~:text=Cradle%20cap%20(infant%20seborrheic%20dermatitis,up%20within%20the%20first%20year.
- https://journals.lww.com/ijpd/fulltext/2022/23020/generalized_multiple_eruptive_milia_in_an_infant__.26.aspx
- https://kidshealth.org/en/parents/infantile-hemangioma.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.