Frekuensi Hubungan Suami Istri yang Sehat, Seberapa Sering?
Intinya Nih, Moms
- Frekuensi hubungan suami istri berbeda tiap pasangan.
- Rata-rata pasangan usia 20-an melakukan hubungan seks 1 kali seminggu.
- Penurunan frekuensi bisa disebabkan usia, hingga kondisi fisik dan mental.
- Komunikasi penting dijaga untuk saling menyepakati frekuensi seks yang nyaman.
Frekuensi hubungan suami istri yang sehat mungkin bisa jadi pertanyaan bagi pasangan yang merasa hubungan intim dilakukan terlalu sering, atau justru terlalu jarang.
Memang, agar kehidupan rumah tangga tetap hangat dan juga harmonis, hubungan seksual menjadi salah satu faktor yang membuat kehidupan pernikahan bahagia.
Selain untuk menjaga kehangatan suami-istri, hubungan seksual juga dibutuhkan untuk mendapatkan keturunan.
Namun, adakah patokan frekuensi hubungan suami istri yang sehat itu dilakukan?
Baca Juga: Pendarahan Setelah Hubungan Intim Saat Hamil, Bahayakah?
Frekuensi Hubungan Suami Istri yang Sehat

Nyatanya, tidak ada angka pasti yang menjadi standar "sehat" untuk semua pasangan.
Frekuensi hubungan intim yang sehat sangat bergantung pada kebutuhan emosional dan fisik masing-masing pasangan.
Selama keduanya merasa puas, nyaman, dan terhubung secara emosional, maka frekuensi berapa pun bisa dianggap sehat.
Melansir dari laman Oprah, Dr. Phil McGraw, PhD, psikolog klinis dari University of North Texas menjelaskan tidak ada angka pasti untuk memastikan frekuensi hubungan suami istri yang sehat.
Menurutnya, yang penting pasangan saling berkomunikasi perihal berapa kali frekuensi hubungan intim yang nyaman mereka lakukan.
Jadi, jangan bertanya-tanya sendiri apakah terlalu seringnya hubungan seks dianggap berlebihan atau karena jarang hubungan menjadi menduga pasangan tidak lagi cinta.
Langsung saja bicarakan pada pasangan agar hubungan seks tidak menjadi beban pikiran pada salah satu pihak.
Penyebab Berkurangnya Frekuensi Hubungan Suami Istri

Penurunan frekuensi seks adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut penyebabnya:
1. Usia
Usia, menjadi salah satu penentu seberapa sering atau jarangnya frekuensi hubungan seks dilakukan.
Menurut Psychology Today, pada orang Amerika di usia 20-an, frekuensi seks rata-rata sekitar 80 kali dalam setahun atau 1 kali dalam seminggu.
Frekuensi itu terus berkurang seiring bertambahnya usia, di mana menjadi 20 kali dalam setahun untuk mereka yang berusia 60-an atau kira-kira 1 kali dalam sebulan.
2. Adanya Peran Baru Menjadi Orang Tua
Selain usia, menurut studi di Social Science Research, pasangan yang memiliki anak atau menjalankan peran menjadi orang tua baru juga mengalami penurunan frekuensi hubungan seks.
Ini tentu dapat dipahami, karena tugas sebagai orang tua dapat sangat melelahkan, terlebih jika anak masih bayi.
3. Perubahan Kualitas Fisik
Melansir dari Journals of Gerontology, kesehatan fisik yang memburuk di usia lanjut pada pria menjadi faktor signifikan yang membuat frekuensi hubungan seks menurun.
Ini tentu sangat masuk akal, karena untuk berhubungan intim dibutuhkan fisik yang prima untuk bisa mendapatkan kepuasan.
4. Kesehatan Mental dan Emosional
Studi yang dimuat pada laman Indiana University menunjukkan bahwa, stres menjadi salah satu penyebab menurunnya frekuensi hubungan seksual.
Jangankan bercinta, orang yang sedang stres, biasanya juga tidak semangat melakukan apa pun sampai perasaannya kembali membaik lagi.
5. Krisis Ekonomi
The Guardian menunjukkan bahwa selama masa krisis, atau ketika ekonomi memburuk, tingkat kelahiran bayi menurun di Spanyol dan Yunani pada tahun 2009-2011 saat resesi.
Ini masih berkaitan dengan stres di poin sebelumnya, ketika lapangan pekerjaan terbatas dan uang semakin menipis, orang cenderung lebih mudah menderita stres, dan ketika orang stres, mereka cenderung lebih jarang berhubungan seks.
Apakah Jarang Berhubungan Seks Berdampak pada Kesehatan?
Karena kesibukan atau kondisi fisik yang tidak selalu bugar, bisa jadi pasangan juga makin sering berhubungan intim.
Belum lagi jika ditambah usia pernikahan yang semakin lama, sehingga seks tidak lagi begitu dirasa menggairahkan seperti halnya saat menjadi pengantin baru.
Namun, tidak perlu cemas meskipun jarang berhubungan seks, hal itu tidak menjadi satu-satunya penentu keharmonisan sebuah hubungan suami istri.
Bahkan, tidak perlu khawatir jarangnya bercinta dapat berdampak pada kesehatan.
Menurut Medical News Today, tidak bercinta dalam waktu yang lama atau tidak berhubungan intim secara teratur umumnya tidak memberi efek buruk pada kesehatan.
Meski memang ada manfaat hubungan seks yang rutin untuk kesehatan.
Baca Juga: Gaya Gunting dalam Hubungan Seks Suami-Istri, Seperti Apa?
Pada akhirnya, frekuensi hubungan seks yang sehat bukan soal angka tertentu, tapi soal kepuasan dan kesepakatan bersama.
Setiap pasangan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan yang terpenting adalah menjaga komunikasi yang terbuka serta saling memahami.
Jika hubungan intim dilakukan dengan saling menghargai dan penuh kasih sayang, maka berapa pun frekuensinya, itu bisa menjadi bagian dari hubungan yang sehat dan harmonis.
- https://www.oprah.com/oprahshow/straight-talk-from-dr-phil#ixzz2Cpozf994
- https://kinseyinstitute.org/research/faq.php
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/keep-the-spark-alive-in-your-marriage
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3132270/
- https://news.iu.edu/live/news/26924-nearly-1-in-3-young-men-in-the-us-report-having-no
- https://neworleansmom.com/marriage-relationships/lets-talk-about-sex-what-is-normal-after-kids/
- https://parentdata.org/your-sex-lives-after-kids/
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/psymon-says/202303/how-often-do-couples-really-have-sex
- https://www.theguardian.com/politics/reality-check/2013/sep/18/recession-sex-economic-correlation
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/326518
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.