10 Red Flag Keuangan dalam Pernikahan, Waspada Moms!
Intinya Nih, Moms
- Red flag keuangan bisa menjadi sumber konflik serius dalam pernikahan.
- Ketidakterbukaan dan kebiasaan berutang tanpa diskusi adalah tanda yang perlu diwaspadai.
- Perencanaan dan pembagian tanggung jawab finansial harus dibangun bersama.
Ada beberapa red flag keuangan dalam pernikahan yang perlu Moms dan Dads kenali.
Dalam menjalani kehidupan pernikahan, keuangan sering kali menjadi salah satu aspek paling sensitif yang bisa menentukan keharmonisan rumah tangga.
Mulai dari kebiasaan berhutang yang tak terkendali, hingga kurangnya keterbukaan soal pengeluaran, memahami tanda-tanda ini sejak dini sangat penting agar pasangan dapat menjaga keuangan tetap sehat.
Red Flag Keuangan dalam Pernikahan

Berikut red flag keuangan dalam pernikahan yang perlu diwaspadai karena bisa berdampak serius terhadap hubungan dan stabilitas rumah tangga:
1. Tidak Terbuka Soal Penghasilan dan Aset
Menutup-nutupi jumlah gaji atau aset yang dimiliki bisa menjadi tanda kurangnya kepercayaan dalam hubungan.
Keterbukaan finansial sangat penting agar pasangan bisa merencanakan masa depan bersama secara adil dan realistis.
2. Kebiasaan Berutang Tanpa Diskusi
Jika salah satu pasangan terus-menerus mengambil utang tanpa sepengetahuan atau persetujuan pasangannya, ini bisa memicu konflik dan membahayakan kondisi keuangan keluarga secara keseluruhan.
3. Tidak Punya Anggaran Bersama
Tanpa adanya anggaran yang disepakati bersama, pengeluaran bisa menjadi tidak terkontrol.
Hal ini juga menunjukkan kurangnya perencanaan dan komitmen terhadap tujuan finansial jangka panjang.
4. Menyembunyikan Pengeluaran
Jika ada kebiasaan menyembunyikan struk belanja atau transaksi tertentu, ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang tidak jujur dalam penggunaan uang bersama.
Kebiasaan ini dikenal juga sebagai “financial infidelity.”
5. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup boros atau terlalu mengikuti tren tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan bersama bisa menyebabkan utang menumpuk dan memicu stres dalam rumah tangga.
6. Tidak Punya Dana Darurat
Ketidaksiapan menghadapi situasi darurat menunjukkan kurangnya tanggung jawab finansial.
Dana darurat sangat penting untuk melindungi keluarga dari risiko tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendadak.
7. Sering Mengandalkan Kartu Kredit
Penggunaan kartu kredit untuk menutupi kekurangan dana secara terus-menerus bisa menjadi tanda ketidakmampuan mengelola uang.
Jika tidak dikendalikan, hal ini akan menimbulkan beban bunga yang tinggi.
Ketahui juga ciri suami selingkuh, Moms!
8. Mengabaikan Kewajiban Keluarga
Jika salah satu pasangan enggan menanggung beban finansial keluarga, seperti biaya anak atau orang tua, ini bisa menimbulkan ketimpangan dan rasa tidak adil dalam pernikahan.
9. Tidak Membicarakan Tujuan Keuangan
Ketidakjelasan arah dan tujuan keuangan, seperti rencana membeli rumah, menabung untuk pendidikan anak, atau pensiun, bisa membuat pasangan berjalan masing-masing tanpa keselarasan visi.
10. Tidak Mau Belajar atau Berkembang Secara Finansial
Menolak berdiskusi, belajar, atau mencari solusi bersama untuk memperbaiki kondisi keuangan menunjukkan sikap pasif dan tidak bertanggung jawab.
Padahal, pertumbuhan finansial adalah tanggung jawab bersama dalam pernikahan.
Cara Terbebas dari Red Flag Keuangan

Berikut beberapa cara agar Moms dan pasangan bisa terbebas dari red flag keuangan dalam pernikahan:
1. Bangun Keterbukaan dan Kejujuran Finansial
Langkah awal yang paling penting adalah saling jujur soal pendapatan, utang, aset, dan kebiasaan belanja.
Jadikan keuangan sebagai topik yang wajar untuk dibicarakan, bukan hal yang ditutup-tutupi.
Ketahui juga tips mencegah masalah keuangan dalam rumah tangga.
2. Buat dan Patuhi Anggaran Bersama
Diskusikan dan susun anggaran bulanan berdasarkan kebutuhan, prioritas, dan tujuan bersama. Ini akan membantu mengontrol pengeluaran dan menghindari kebiasaan impulsif.
3. Tentukan Peran dan Tanggung Jawab Finansial
Bicarakan siapa yang membayar apa, termasuk tagihan, cicilan, dan tabungan. Pembagian yang jelas bisa mencegah rasa tidak adil dan mengurangi konflik.
4. Sisihkan Dana Darurat dan Tabungan
Prioritaskan dana darurat minimal 3–6 bulan pengeluaran rutin. Selain itu, alokasikan tabungan untuk tujuan jangka pendek maupun panjang, seperti liburan, pendidikan anak, atau pensiun.
5. Terapkan Gaya Hidup Sesuai Kemampuan
Hindari gaya hidup konsumtif demi gengsi atau mengikuti orang lain. Fokuslah pada kebutuhan nyata dan kebahagiaan yang tidak selalu bergantung pada materi.
6. Libatkan Pasangan dalam Keputusan Keuangan
Selalu diskusikan sebelum mengambil keputusan besar, seperti membeli kendaraan, investasi, atau mengambil utang. Hal ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan bertanggung jawab.
7. Atasi Utang Secara Bersama
Jika ada utang, hadapi sebagai tim. Buat strategi pelunasan dan komitmen untuk tidak menambah utang tanpa pertimbangan matang.
Ketahui juga tips mengatur keuangan dalam rumah tangga!
8. Rutin Evaluasi Keuangan
Luangkan waktu rutin, misalnya setiap bulan, untuk mengevaluasi kondisi keuangan rumah tangga. Cek apakah pengeluaran sesuai anggaran dan apa yang perlu diperbaiki.
9. Tingkatkan Literasi Keuangan
Belajar bersama soal keuangan melalui buku, webinar, atau konseling keuangan bisa membuka wawasan dan membantu membuat keputusan yang lebih baik.
10. Jangan Ragu Konsultasi dengan Ahli
Jika konflik keuangan terasa berat atau berlarut-larut, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan atau konselor pernikahan agar mendapat panduan yang objektif dan solutif.
Itulah red flag keuangan dalam pernikahan yang harus diwaspadai bersama, demi tercapainya financial freedom bersama pasangan!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.