26 June 2025

Penyebab Anak 2 Tahun Masih Ileran dan Cara Mengatasinya

Berikut ini beberapa tips yang dapat Moms coba untuk mengatasinya

Anak 2 tahun masih ileran sering kali membuat orang tua bertanya-tanya, apakah hal ini masih tergolong normal atau justru perlu dikhawatirkan.

Saat bayi, ileran memang merupakan hal yang wajar karena fungsi menelan dan otot mulut belum berkembang sempurna.

Namun, jika kebiasaan ini masih berlanjut hingga usia balita, tentu perlu dicermati lebih lanjut, Moms.

Normalkah Anak 2 Tahun Masih Ileran?

Anak Ngeces
Foto: Anak Ngeces (Iyurved.com)

Menurut Royal Children’s Hospital Melbourne, ‘drooling’ yang sering disebut mengiler/ileran/ngeces atau secara medis disebut ‘sialorrhea’, merupakan ketidakmampuan anak dalam mengontrol air liur oleh bibir dan otot-otot sekitarnya.

Mengiler merupakan adalah hal yang normal terjadi pada bayi dan balita karena kemampuan otot-otot mulut mereka masih berkembang, terutama di usia 6-18 bulan.

Selain itu, adanya tahapan perkembangan anak fase oral secara psikologis membuat Si Kecil lebih banyak memasukkan benda dan tangan ke dalam mulut, otomatis air liur akan keluar lebih banyak.

Menurut drg. Heidy Stefanie Yonathan, Sp. K.G.A, Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah, "Mengiler akan makin berkurang ketika usianya 2 tahun, seiring dengan kontrol saliva yang semakin baik.

Apabila hal ini terus terjadi hingga lebih dari usia 4 tahun, maka bisa jadi Si Kecil mengalami masalah perkembangan otot mulut, tumbuh gigi, atau gangguan lainnya."

Sialorrhea dapat menyebabkan komplikasi fisik dan psikososial, yang memberikan pengaruh negatif pada kualitas hidup Si Kecil.

Komplikasi fisik meliputi rusaknya kulit di sekitar mulut anak, yang dapat menyebabkan infeksi sekunder, bau yang tidak sedap, dehidrasi, kesulitan berbicara, hingga gangguan makan.

Sebesar 0,6% populasi anak di dunia mengiler hingga lebih dari usia 2 tahun.

Moms tentu perlu waspada karena pada usia tersebut sebagian besar anak sudah memiliki kemampuan menelan air liur dengan baik.

"Anak yang mengiler secara berlebihan juga memiliki risiko lebih tinggi untuk menghirup air liur, makanan, atau cairan ke dalam paru-paru (aspirasi), terutama ketika tindakan refleks yang umum seperti tersedak atau batuk terganggu," tambahnya.

Pada sisi psikososial, komplikasi meliputi isolasi sosial, hambatan untuk mendapatkan pendidikan, meningkatnya tingkat ketergantungan dan perawatan yang dibutuhkan, kurang percaya diri, dan interaksi sosial yang menantang.

Sialorrhea, atau mengiler yang berlebihan, sangat memengaruhi kualitas hidup pasien dan caregiver.

Tentu Moms tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan?

Bagaimana Proses Si Kecil Mengiler?

Ilustrasi Kelenjar Air Liur pada Anak
Foto: Ilustrasi Kelenjar Air Liur pada Anak (Dok. Royal Children Hospital Melbourne 2022)

Anak memiliki 3 buah kelejar air liur, yaitu Parotis, Submandibula, dan Sublingual.

Ketiganya menghasilkan 500-2000 ml saliva setiap hari.

Proses tersebut dilakukan secara tidak sadar melalui syaraf parasimpatis dan simpatis.

Saliva juga berfungsi untuk lubrikasi makanan agar mudah ditelan, lubrikasi lidah dan bibir ketika berbicara, membersihkan gigi dan gusi untuk meningkatkan kebersihan mulut, mengatur keasaman dalam pencernaan, memiliki antibodi untuk melawan bakteri, meningkatkan rasa/tastebud, hingga menginisiasi pencernaan.

Penyebab Anak 2 Tahun Masih Ileran

Bayi Tumbuh Gigi
Foto: Bayi Tumbuh Gigi (Orami Photo Stocks)

Berikut ini beberapa penyebab anak 2 tahun masih ileran.

1. Tumbuh Gigi

Menurut drg. Heidy, tumbuh gigi dapat menyebabkan anak usia 2 tahun mengeluarkan air liur lebih banyak.

Proses ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada gusi, sehingga merangsang produksi air liur yang berlebihan.

Hal ini umum terjadi pada bayi yang sedang mengalami pertumbuhan gigi pertama mereka. ​

"Ketika anak berusia 2 tahun, umumnya gigi geraham yang ukurannya lebih besar akan tumbuh, sehingga saliva juga keluar lebih banyak," jelasnya.

2. Kelainan Otot-otot di Sekitar Mulut (Orofacial Myofunctional Disorder)

Kelainan otot mulut atau Orofacial Myofunctional Disorder (OMD) adalah gangguan yang memengaruhi cara otot mulut bekerja, seperti otot bibir, lidah, rahang, dan pipi.

Anak dengan OMD sulit menutup bibir, sehingga bibir cenderung terbuka.

Selain itu, erakan abnormal maupun kekuatan/tonus lidah yang lemah antara lidah dan bibir juga membuat kondisi sialorrhea.

Hal ini disebut intra oral motor impairment.

Selain otot-otot orofasial, otot penelanan yang buruk juga dapat menyebabkan Si Kecil sulit menelan atau ‘dysphagia’, sehingga membuat air liur mudah keluar dari mulut karena anak tidak bisa menahannya dengan baik.

Kondisi ini menyebabkan Si Kecil tampak seperti mengiler terus.

Kelainan ini dapat disebabkan banyak hal, seperti kurangnya sensory stimulation ketika kecil, telat naik tekstur, tonus bibir lemah, adanya maloklusi dan karies gigi, dan lain-lain.

3. Gangguan Perkembangan atau Saraf

Menurut studi dari International Journal of Paediatric Dentistry, disebutkan bahwa anak dengan cerebral palsy memiliki gangguan kontrol otot, termasuk otot di sekitar mulut, yang menyebabkan mereka lebih rentan mengalami ileran berlebihan (hipersalivasi).

Royal Children’s Hospital Melbourne melaporkan insidensi terjadinya drooling pada anak-anak dengan cerebral Palsy yaitu sekitar 40%.

Gangguan pada sistem saraf lainnya seperti autisme juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam mengendalikan otot-otot mulut dan tenggorokannya.

Akibatnya, anak mungkin kesulitan menelan air liur dengan baik, sehingga air liur terus keluar dari mulut.

4. Amandel atau Adenoid Membesar

Anak 2 tahun masih ileran juga mungkin bisa disebabkan oleh amandel atau adenoid yang membesar.

Melansir studi dari The European Respiratory Journal, anak yang mengalami amandel atau pembesaran adenoid dapat membuatnya sering ngeces atau mengiler, karena posisi mulut yang terbuka dan kurangnya kekuatan otot mulut.

Tak hanya itu, pembesaran adenoid juga dapat menyebabkan Si Kecil sulit bernapas lewat hidung dan mengalami masalah tidur seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA).

5. Kebiasaan Sehari-hari

Beberapa kebiasaan seperti mengisap empeng (dot) terlalu lama, minum dari botol atau sippy cup yang salah, serta sering bernapas lewat mulut, bisa memengaruhi kekuatan otot mulut, kebiasaan menelan anak, dan menyebabkan Orofacial Myofunctional Disorder (OMD).

Jika otot di sekitar mulut kurang terlatih, anak tidak terbiasa menutup mulut rapat atau menelan air liur secara teratur, sehingga air liur lebih mudah keluar atau menetes.

Selain itu, postur yang buruk juga memengaruhi kontrol air liur, terutama postur leher atau kepala yang salah.

Baca Juga: 8 Penyebab Gigi Kuning pada Anak dan Cara Mengatasinya!

Cara Mengatasi Anak 2 Tahun Masih Ileran

Cara Mengatasi Anak yang Suka Ileran
Foto: Cara Mengatasi Anak yang Suka Ileran (Blog.talktools.com)

Lantas, bagaimana cara menghentikan kebiasaan ngiler pada anak, ya, Moms?

Moms dapat mengatasi anak yang sering mengiler dengan memahami terlebih dahulu sumber penyebab kondisi tersebut.

Apakah asalnya dari pengobatan atau kondisi medis tertentu, postur yang salah, atau memang hanya karena tumbuh gigi.

Setelah ditemukan sumber masalahnya, Moms dapat membantu anak lebih ‘aware’sadar akan dengan kondisinya dengan cara seperti:

1. Latih Anak Menelan Air Liurnya

Saat anak belum terbiasa menelan air liur secara otomatis, air liur bisa menumpuk di mulut dan akhirnya keluar (ileran).

Anak usia 2 tahun biasanya sedang dalam proses belajar mengendalikan otot-otot di mulutnya.

Melatih anak menelan air liur juga membantu anak untuk makan secara mandiri.

Dengan sering diajak untuk menyadari bahwa mulutnya basah dan perlu menelan, lama-lama anak akan terbiasa dan bisa mengendalikan air liurnya sendiri.

Misalnya, saat orang tua melihat air liur mulai keluar, bisa berkata dengan lembut, “Hei, coba telan dulu sayang,” sambil mencontohkan gerakan menelan.

Hal ini membantu anak menyadari kebiasaan menelan sebagai bagian dari keterampilan sehari-hari.

2. Eliminasi Kebiasaan Buruk

Beberapa anak gemar memasukan tangan atau benda ke dalam mulut karena mencari ‘sensasi’ dan kenyamanan yang menyebabkan ia mengiler.

Kondisi ini sering ditemukan pada anak-anak dengan gangguan neurologis dan sensori.

Moms bisa dapat mencoba mengalihkan kebiasaan mereka dengan memberi aktivitas (misalnya finger painting) atau mainan sensori positif (seperti scarf berpayet atau berbulu) pada tangan.

Stimulasi sensori dipercaya membantu anak untuk regulasi kontrol otot-otot orofasial, yang akhirnya mengurangi kebiasaan mengiler.

3. Hentikan Penggunaan Dot dan Empeng, Ganti Botol dan Sippy Cup

Sippy Cup
Foto: Sippy Cup (Newbornbaby.com.au)

Menggunakan dot, empeng, botol atau sippy cup yang salah dalam waktu lama dapat membuat anak terbiasa menjulurkan lidah ke depan dan membuka mulut terus-menerus.

Kebiasaan ini dapat memperburuk kebiasaan ileran kondisi karena bibir tidak tertutup dengan baik.

Segera transisi dot ke gelas/sippy cup jenis straw ketika buah hati menginjak usia 2 tahun.

Sippy cup yang mana ya, yang sebaiknya Moms pakai?

Menurut pedoman dari American Academy of Pediatric Dentistry, sippy cup jenis 'spout’ perlu dihindari, dan lebih baik menggunakan gelas atau sippy cup ‘straw’ atau sedotan.

Selain itu, anak mulai bisa diajarkan menggunakan gelas untuk melatih cara minum.

Keduanya membantu melatih otot bibir, pipi, dan lidah, yang penting untuk menelan air liur dengan benar.

4. Berikan Latihan Otot Mulut (Terapi Myofungsional)

Cara mengatasi anak 2 tahun masih ileran selanjutnya yang dapat Moms coba yakni dengan mengajarkan Si Kecil latihan otot mulut atau terapi myofungsional.

Latihan otot mulut bertujuan untuk membantu anak menguatkan otot-otot mulut agar bisa menutup mulut dengan baik, mengontrol lidah, dan menelan air liur secara teratur.

Dalam hal ini, Moms dapat mengajarkan Si Kecil untuk meniup balon atau gelembung sabun, mengisap melalui sedotan, menjilat es loli atau makanan dengan tekstur, atau bermain membuat ekspresi wajah lucu seperti mencibir atau meniup.

Terapi ini dapat dilakukan di rumah, tetapi jika tidak ada perubahan kondisi, sebaiknya Moms membawa anak ke dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak dan professional lainnya.

Dokter gigi akan membantu terapi myofungsional yang ekstensif dan berkelanjutan.

5. Gunakan Alat-Alat Fungsional (Oral Appliances)

Oral Screen
Foto: Oral Screen (Dok. Royal Children Hospital Melbourne 2022)

Moms dapat menggunakan alat-alat khusus yang bertujuan untuk memperkuat otot orofasial dan membantu penutupan bibir (lip seal) sehingga anak berhenti mengiler.

Penggunaan alat ini bertujuan agar anak lebih senang dan tidak mudah bosan.

Beberapa alat-alat tersebut seperti oral screen, Myobrace™, LM Activator™ dan lainnya.

Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi spesialis gigi anak dalam pemilihan alat-alat ini ya, Moms.

6. Meningkatkan Kebersihan Mulut

Drg. Heidy menyebutkan, kondisi mengiler terus-menerus pada anak dapat disebabkan keadaan gigi dan mulut yang kotor.

"Adanya plak, sisa makanan, dan karies serta peradangan gusi membuat konsistensi dan kualitas air liur yang bersifat baik berkurang," ujarnya.

Jadi, pastikan kebersihan mulut selalu terjaga, Moms.

Jangan lupa ajak Si Kecil melakukan pemeriksaan berkala ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

7. Pemeriksaan dan Terapi Lebih Lanjut ke Dokter

Beberapa kondisi neurologis (cerebral palsy), infeksi kelenjar air liur, maupun adanya amandel dan adenoid membuat produksi air liur semakin banyak.

Amandel (tonsil) dan adenoid yang membesar dapat menyumbat saluran napas, sehingga anak akan lebih sering bernapas lewat mulut.

Ketika mulut anak terbuka terus, air liurnya jadi lebih mudah keluar dan menyebabkan ia mengiler.

Jika dokter spesialis THT menemukan bahwa amandel atau adenoid anak membesar dan menyebabkan masalah seperti ngiler berlebihan, bernapas melalui mulut, atau tidur mendengkur, pengobatan atau bahkan operasi kecil (tonsilektomi atau adenoidektomi) dapat dipertimbangkan sebagai solusinya.

Baca Juga: 10 Penyakit Mulut pada Anak yang Bisa Menyerang Si Kecil

Kapan Harus ke Dokter?

Anak Diperiksa Dokter
Foto: Anak Diperiksa Dokter (Freepik.com/pressfoto)

Anak 2 tahun masih ileran bisa jadi masih merupakan tahap yang normal.

Namun, ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai dan menjadi tanda bahwa orang tua sebaiknya segera membawa anak ke dokter, seperti:

  • Anak sering tersedak, batuk saat makan, atau tampak kesulitan menelan.
  • Anak selalu membuka mulut, bernapas lewat mulut, dan mengorok (terutama saat tidur).
  • Ngiler terus-menerus hingga membuat kulit di sekitar mulut anak merah, gatal, atau bahkan lecet.
  • Ngiler yang disertai kesulitan bicara atau keterlambatan bicara.
  • Mengiler tidak hanya di bagian wajah, namun tetapi hingga ke baju, tangan, dan beberapa objek area lainnya.
  • Ngiler yang disertai dengan susunan gigi-geligi yang kurang baik (contoh: gigi tonggos).
  • Memiliki gigi berlubang dan gusi bengkak.
  • Anak ngilermengiler hingga lebih dari usia 2 tahun.
  • Anak memiliki kondisi seperti cerebral palsy, autisme, atau gangguan perkembangan lainnya.

Si Kecil secara tanpa sadar dapat mengiler sebagai regulasi sistem lubrikasi, mastikasi, dan pencernaan.

Dokter gigi spesialis gigi anak akan dapat menentukan apakah kebiasaan mengiler Si Kecil merupakan hal yang normal atau sudah lebih dari normal.

Segera konsultasi ke dokter spesialis gigi anak jika anak masih ileran di usia 2 tahun dan disertai gejala lain yang mengganggu kesehariannya.

Deteksi dan penanganan dini sangat penting agar anak mendapatkan terapi atau perawatan yang sesuai, Moms.

  • https://www.birthinjuryhelpcenter.org/birth-injuries/help-center/excessive-drooling/
  • https://www.asha.org/public/speech/disorders/orofacial-myofunctional-disorders/
  • https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/cerebral-palsy
  • https://therapyworks.com/blog/language-development/home-tips/help-toddlers-drooling/
  • https://www.webmd.com/children/what-to-know-excessive-drooling-children
  • https://districtspeech.com/why-does-my-toddler-drool-so-much/
  • https://www.betterspeech.com/post/excessive-drooling
  • https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1365-263X.2003.00439.x
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26541535/
  • https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/cerebral-palsy
  • https://www.rch.org.au/uploadedfiles/main/content/plastic/salivabook.pdf
  • https://www.aapd.org/assets/news/upload/2009/3696.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.